GEREJA YANG DILAWAT TUHAN

GEREJA YANG DILAWAT TUHAN:
MELIHAT SURAT TUHAN YESUS KEPADA JEMAAT EFESUS
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Sebab  itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Wahyu 2:4-5
Apakah Anda ingin dilawat oleh Tuhan?  Apakah Anda ingin merasakan kuasa dan kehadiran Tuhan?  Apakah Anda ingin hal tersebut nyata dalam Gereja-Nya?  Melalui surat Tuhan Yesus yang disampaikan oleh Yohanes kepada Jemaat Efesus akan menjadi perenungan kita mengenai kondisi seperti apa yang mana Tuhan berkenan hadir dan terus bekerja dalam hidup umat-Nya.
Hari ini di negara-negara barat dan khususnya Inggris banyak dijumpai gedung-gedung Gereja yang besar tetapi sepi pengunjung.  Sebagian besar orang di sana menganggap Gereja sudah tidak up to date alias kuno dan kolot.  Gereja ditinggalkan ketika orang-orang Kristen tidak lagi mengikuti gelombang gerakan Tuhan.  Mereka lebih menjalani kehidupan religius/agamawi dari pada menjalani semangat spiritualitas Kristen sejati.
Hal ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada jemaat Efesus dalam hal profesionalitas Kristen yang bernafaskan kasih mula-mula (Why.2:4).  Meskipun jemaat Efesus terkenal dengan kerja kerasnya untuk pelayanan; ketekunan dalam iman; perlawanan yang keras terhadap penyesat dan ajaran sesat tetapi mereka meninggalkan kasih mula-mula.  Baik teladan kasih yang pernah dijalani oleh generasi pendahulu maupun kasih pertama ketika orang-orang Kristen bertobat telah mereka tinggalkan.
Tuhan Yesus memulai suratnya dengan kata “Aku tahu..” (Why.2:2) yang mempunyai pengertian sangat mendalam, yakni: mengetahui dengan sempurna keadaan jemaat atau yang disebut dengan istilah kaki dia emas.  Sementara surat kepada malaikat jemaat mengacu kepada majelis jemaat yang bertugas melayani.
Tuhan Yesus bukan sekedar tahu apa dan bagaimana pekerjaan dan jerih lelah melayani tetapi juga sikap hati mereka.  Mereka bergiat bergiat bagi Tuhan tetapi kehilangan komitmen kasih.  Tuhan melihat keadaan hati mereka yang sesungguhnya.  Mereka sedang meninggalkan fondasi dari kerohaniannya.
Teguran Yesus sangat jelas, bila mereka tidak bertobat maka Gereja akan ditinggalkan Tuhan.  Gedung gereja boleh ada dan bahkan besar atau untuk sementara banyak orang tetapi bila kehilangan kasih mula-mula sama saja sedang menaruh Kristus di luar Gereja itu sendiri.  Gereja boleh kecil, boleh besar tetapi tidak boleh meninggalkan kasih mula-mula.
Bagaimana dengan keadaan kerohanian kita dan gereja kita?  Apakah kita sedang melayani dengan profesional atau asal-asalan?  Adakah kita berjerih lelah untuk Tuhan?  Apakah kita sedang meninggalkan kasih mula-mula?
Suatu waktu ada orang Jepang datang ke Jakarta, tiba di air port Soekarno-Hatta.  Ia naik taxi lokal ke tempat tujuannya.  Sementara dalam perjalanan lewatlah mobil Honda.  “wuuussss…!”  orang Jepang ini melihat dan berkomentar dengan bangga, “Honda very fast..! Made in Japan”.  Pengemudi taxi mengiyakan sambil terus mengemudi.  Tidak berapa lama kemudian menyaliplah mobil Toyota.  “wuuuussss…!”  Orang Jepang ini dengan senang berkomentar lagi, “Toyota very fast.  Made in Japan!”  Sopir taxi agak jengkel sambil mengatakan, “ya betul.”  Kemudian lewatlah mobil Mitshubisi.  Orang Jepang ini dengan senang berkata, “Mitshubisi, very fast.  Made in Japan!”  Sopir taxi dongkol dan mengiyakan lagi.  Kemudian tibalah mereka di tempat tujuan.  Waktu orang Jepang ini mau bayar taxi, dia terkejut, “Hah..!  800 ribu?!  Kenapa mahal sekali”.  Dengan enteng sopir taxi berkata, “ARGOMETER, made in Indonesia.  Very fast…!”  Ilustrasi lucu di atas sebenarnya mengingatkan kita akan prestasi dan iri hati.  Seringkali banyak orang iri hati dan tidak berprestasi.  Melihat rumput tetangga lebih baik dan kemudian mengkritik gerejanya sendiri.  Tidak mengerjakan pelayanan secara serius dan profesional tetapi membandingkan gerejanya dengan gereja besar orang lain.
Marilah kita kembali berefleksi kepada diri kita masing-masing: Apakah kita sudah meninggalkan persekutuan yang hidup dengan Tuhan atau jangan-jangan hidup Kristen kita suam-suam?  Apakah kita sudah berambil bagian dalam membangun Gereja-Nya atau justru lepas tangan dan hanya mengeluh?  Kiranya kita boleh dengan rendah hati mengevaluasi diri di hadapan Tuhan tanpa menunjuk-nunjuk si A atau si B.  Tuhan memberkati.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

LEX TALIONIS


Lex Talionis
Matius 5:39
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Ketika istirahat makan siang di acara pembinaan, sejumlah remaja bertanya jawab dengan saya. Salah satu pertanyaan adalah: Apa yang dimaksud dengan berikan pipi kiri jika ada orang yang menampar pipi kanan? Apakah ketika seseorang mengganggu, kita bilang: “Tambah lagi donk! Mau.. mau.. mau!”
Banyak orang salah memahami perkataan Yesus ini dalam konteks jaman sekarang. Untuk mengerti kebenaran ayat ini, pembaca haruslah mengetahui konteks budaya dan rangkaian ayat sebelum dan sesudahnya. Kebiasaan hukum jaman itu adalah mengadili orang yang bersalah dengan cara yang setimpal atas perbuatannya, sehingga pihak yang dirugikan mendapat ganti rugi. Hukum ini disebut lex talionis.
lex talionis atau hukum balas dendam sebenarnya mempunyai dasar niat yang baik agar orang tidak membalas dendam dengan orang lain. Misalnya jika seorang dari suku A dilukai oleh orang lain dari suku B, maka masyarakat di suku A akan melakukan pembalasan dengan orang suku B itu. Akhirnya, semua orang di suku B juga membalas semua orang-orang di suku A. Pembuatan hukum ini untuk menghindari lingkaran maut balas dendam.
Dalam perkembangannya lex talionis disalahgunakan dengan tindakan serupa yang saling merugikan. Seorang yang memukul musuhnya hingga gigi patah, akan dibalas pukul pula hingga gigi pemukul itu patah juga. Akibatnya, gigi yang memang sudah patah harus “haus” dengan gigi baik yang dirusakkan.
Mengenai tampar pipi kiri dan kanan berkaitan dengan budaya rabinis, telapak tangan sebelah luar dan dalam. Orang yang ditampar dengan menggunakan telapak tangan sebelah luar lebih pahit dan merupakan penghinaan dua kali lipat dari pada tamparan telapak tangan sebelah dalam. Pukulan boleh keras, tetapi kerap kali yang membuat sakit hati adalah penghinaan.
Jadi maksud Yesus dengan perkataan berikan pipi kirimu adalah kalaupun ada orang lain yang memberikan penghinaan sangat berat pada dirimu, jangan melanjutkan lingkaran setan balas dendam.
Apakah ini mudah? Tentu saja tidak akan pernah mudah selama kita memfokuskan ego dan memikirkan terus betapa sakitnya penghinaan itu. Di sinilah orang percaya diberikan kemampuan atas pertolongan Roh Kudus untuk tidak membalas dan masuk dalam siklus balas dendam.
Saya pernah berboncengan motor dengan seorang remaja. Kemudian lewatlah mobil angkutan (pete’-pete’ : Makassar) sambil meludah kami. Entah sengaja, entah tidak sengaja yang pasti membuat saya sangat emosi dan mau membalas dengan keras. Namun, dalam hati terpikir: “untuk apa saling membalas?! Sabar. Tenang.”. Saya kagum ketika bertanya pada remaja yang juga terkena ludah di muka, ia tidak emosi dan menganggap angin lewat.
Perkataan Yesus bukan basa-basi yang dibuat-buat atau teori tidak masuk akal. Perkataan Yesus adalah perkataan kebenaran dan Ia sendiri tahu dan sadar apa itu rasanya dihina dengan sangat amat. Mari kita belajar mengampuni orang yang bersalah dan tidak melanjutkan lingkaran setan balas dendam.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

SUDAH PADAMKAH LENTERAMU ?


SUDAH PADAMKAH LENTERAMU?
Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Matius 24:12

Beberapa saat yang lalu ada seorang bertanya mengenai transport dari Surabaya-Lumajang kepada saya. Belum sempat saya membalas, ternyata informasi ini dia tanyakan untuk membantu seorang yang mengaku Pendeta dan mencari dana untuk membangun gerejanya di pelosok daerah. Katanya, rohaniwan ini susah banget mendapat dana dari berjualan minyak. Ia sudah berkeliling gereja-gereja besar tapi ditolak.
Terbersit dalam pikiran saya adalah: “apakah orang ini benar Pendeta atau dia sebenarnya penipu yang menyamar?” Saya pribadi banyak kali menjumpai dan mendengar banyak cerita mengenai orang yang mengaku baik padahal penipu. Singkat cerita, rupanya orang yang bercerita kepada saya sudah mengecek kebenarannya dan orang ini memang membutuhkan bantuan.
Siapa sih yang tidak tahu kalau dunia ini jahat? Orang polos mana yang tidak tahu bahwa di dunia ini ada banyak penipu yang menyamar sebagai orang baik? Namun sayang, seringkali keadaan dunia yang tidak baik menjadikan banyak orang Kristen pasif. Yesus Kristus menggambarkan keadaan itu sebagai “kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin” (ayat 12). Inilah gambaran keadaan dunia yang sedang terjadi saat ini.
Saya jadi berkaca, apakah kasih saya terhadap orang lain menjadi dingin? Pertimbangan sebelum menolong orang lain adalah hal yang penting. Siapa sih yang mau ditipu dan dirugikan?? Tetapi bila hal itu membuat kita menjadi Kristen yang pasif dan tidak menunjukkan kasih, maka kita sedang hanyut dalam kedurhakaan dunia.
Bagaimana dengan Anda dan saya saat ini? Apakah kita masih menjadi pengikut Kristus yang didorong oleh semangat kasih Kristus atau jangan-jangan justru didorong oleh ketakutan dan kekuatiran dunia? Kiranya Tuhan menolong kita untuk boleh terus mengalirkan kasih Tuhan kepada orang di sekitar kita. Seperti ada pepatah “jangan tunggu bola datang, kita harus jemput bola”, mendorong kita untuk tidak jadi Kristen yang pasif tetapi aktif melakukan Firman Tuhan. Maukah Anda?

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MISI UNTUK DISELESAIKAN


MISI UNTUK DISELESAIKAN
Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku
dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Yohanes 3:34
Pernakah Anda bertanya, “hidup ini untuk apa?” Ketika menuliskan renungan ini, saya teringat peristiwa yang terjadi beberapa waktu lalu. Seorang bapak terkena api semburan dari tabung gas elpiji yang bocor. Ketika melihatnya di ruang ICU, saya sama sekali tidak mengenali wajahnya. Gosong. Tidak sampai seminggu akhirnya bapak ini dipanggil Tuhan. Minggu sebelumnya masih bertemu di Gereja dengan kondisi sehat, baik dan ceria. Hari itu sudah dipanggil Tuhan dengan kondisi tidak sadarkan diri.
Beberapa hari kemudian, seorang jemaat kami yang usianya sudah 102 tahun juga dipanggil Tuhan. Sudah cukup lama oma ini terbaring di ranjangnya, penglihatannya kabur dan tidak jelas mendengar suara orang-orang di sekitarnya. Kejadian semua ini begitu mengejutkan dan nyata menghampiri setiap manusia. Apakah arti hidup manusia?
Apabila kita melihat peristiwa perjalanan Yesus di daerah Samaria, maka terlihat adanya misi hiudp yang jelas yang terpancar dari perkataan-Nya. Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk sebuah misi: Menyatakan Karya Keselamatan Allah kepada Manusia. Tuhan Yesus Kristus datang ke dalam dunia dan menjadi manusia, membatasi diri di dalam ruang dan waktu bukan sekedar ada, hidup, berkarya, tetapi menyelesaikan misi Allah.
Demikian pula dengan banyak bagian Alkitab yang menceritakan misi hidup para tokohnya. Abraham memiliki sebuah misi hidup untuk membawa seluruh keluarganya ke Tanah Perjanjian. Yusuf memiliki misi hidup untuk menyelamatkan Israel dari bencana kelaparan. Musa memiliki misi hidup untuk membebaskan Israel dari penjajahan Mesir. Demikian pula dengan para Hakim yang mengemban misi dari Tuhan untuk menyelamatkan Israel dari penjajahan bangsa-bangsa lain. Paulus memiliki misi hidup untuk mengabarkan Injil kepada orang non Yahudi.
Yesus Kristus ada di dunia sekitar 33,5 tahun untuk sebuah misi Allah. Ia mengerjakan pelayanan sekitar 3,5 tahun dengan motto: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia”. Ia memiliki target dan sasaran yang jelas sehingga tahu apa yang harus diselesaikan.
Kata “selesai” di dalam Yohanes 4:34 mempunyai makna: menggenapi, mengerjakan sampai akhir/lengkap. Kata ini jelas mempunyai maksud untuk menggenapi nubuatan Kitab Suci di Perjanjian Lama. Kata ini sekaligus memaknai kasih dan kehadiran Allah kepada manusia. Kata ini pula memberikan jawaban atas kebutuhan terdalam manusia yang dicari sepanjang segala abad. Yesus menyelesaikan-Nya sampai tuntas (Yohanes 19:30).
Apakah arti hidup Anda? Tahukah Anda, mengapa Allah mengijinkan kita semua hidup saat ini (bukan hanya sampai kemarin) karena ada misi Tuhan yang harus kita kerjakan? Tahukah Anda, jikalau Tuhan mengijinkan kita hidup di hari esok berarti ada hal-hal yang harus kita kerjakan bagi Dia? Apakah Anda sedang mengerjakan misi hidup yang sesungguhnya? Bila belum, mari kita mulai dari sekarang selagi ada waktu untuk hidup bagi Tuhan. Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail