SEKILAS GAMBARAN MEMASUKI PASKAH

SEKILAS GAMBARAN MEMASUKI PASKAH
Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. I Korintus 5:7
Tidak terasa kita mulai memasuki minggu-minggu pra paskah.  Hampir semua media pelayanan Kristiani mulai menampilkan berbagai renungan dan ulasan tentang Paskah (easter).  Saya berpikir, Apakah Paskah kali ini akan dikenang lebih penting dari bulan Natal (Christmas)?  Apakah yang menjadi rentetan dari peristiwa Paskah ini?  Apa dan bagaimana kita mengenang dan memaknainya?  Berikut ini gambaran sekilas untuk menolong kita melihat kembali peristiwa Paskah.  Kiranya kita semua boleh merenungkan dan memperoleh semangat, pengharapan dan antusias dari berita Paskah. 
  
Inti Paskah diperingati dalam perjamuan kudus yang melambangkan pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk mengampuni dosa, menebus, menyelamatkan dan memberi pengharapan hidup yang sesungguhnya dalam Tuhan (Matius 12:28-30).
Paskah pertama terjadi ketika bangsa Israel hendak keluar dari penjajahan Mesir (Keluaran 12).  Tuhan dengan kuasaNya yang dahsyat memakai Musa untuk membebaskan Israel dari perbudakan dan penjajahan.   Kata Paskah berasal dari bahasa ibrani Pesach yang artinya dilewatkan (dari kematian).  Paskah waktu itu adalah darah anak domba yang dikorbankan sebagai lambang keselamatan.   
Semua aspek yang terjadi di jaman Perjanjian Lama adalah gambaran yang belum selesai.  Sementara kesempurnaan dari Paskah  yakni Yesus Kristus yang dikorbankan di kayu salib untuk penebusan dosa dan keselamatan hidup manusia yang percaya.
Malam sebelum Tuhan Yesus disalibkan, diadakan perjamuan kudus pertama dengan makna roti lambang tubuh Kristus yang dikorbankan dan darah lambang darah Yesus yang dicurahkan untuk pengampunan dosa (I Korintus 11:23).  Perjamuan Kudus bemakna tentang pengorbanan (sacrifice); pengampunan dosa; keselamatan dan hidup yang dikuduskan/dilayakan oleh Allah.
Malam itu Yesus sadar apa yang akan terjadi dengan seluruh konsekuensi berat yang ditanggungnya.  Yesus berdoa meskipun murid-muridnya tertidur lelap.  Kekuatan terbesar di dalam pergumulan yang berat sesungguhnya terletak dalam dukungan doa.  Kemenangan Yesus dalam pergumulan di Getsemani bukan dari keyakinan batin “saya hebat”; “saya bisa”; ataupun “saya kuat”, tetapi justru di dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Bapa di sorga.
 
Babak selanjutnya adalah gambaran tentara dan orang-orang yang menyebut dirinya tokoh-tokoh agama yang membawa senjata, pedang, pentungan, obor dan borgol untuk menangkap Yesus sewaktu malam gelap di taman Getsemani (Matius 26:47-56).  Penangkapan dilakukan dengan cara keji, yakni cium khianat Yudas Iskariot.  Demi cinta harta, Yudas bukan saja sering korupsi uang pelayanan, tetapi juga menjual informasi keberadaan Guru Yesus.  Hari ini banyak orang yang mengaku sebagai pengikut Yesus tetapi lebih cinta uang dari pada cinta Tuhan.
Yesus disiksa dan diseret paksa ke pengadilan manusia.  Pengadilan pertama justru adalah pengadilan agama yang seharusnya membela Tuhan dan memperjuangkan kebenaran.  Sebuah ironi dari sekumpulan orang berpendidikan yang berdiri di payung organisasi religius.  Pengadilan kedua adalah pengadilan negara oleh Pontius Pilatus.  Pengadilan tidak akan berbicara tentang kebenaran dan keadilan kecuali kembali kepada kebenaran Tuhan.  Suara rakyat bukan suara Tuhan.  Pengadilan manusia dapat menjadi pengadilan setan (court of evil) ketika manusia tidak kembali bertobat kepada Tuhan.
 
 Yesus disiksa dan dianiaya karena kepentingan politik, kebencian, iri hati, dan dengki.  Setiap luka dan bilur yang diderita bukan karena kesalahan Yesus Kristus, tetapi IA rela menanggungnya demi menyembuhkan, mengampuni, memulihkan dan menyelamatkan orang-orang yang bertobat dan percaya kepadaNya.
Puncak dari Paskah adalah salib yang tergantung tinggi.  Salib pada jaman itu adalah lambang kehinaan dan kutuk.  Orang yang disalib di jaman Romawi adalah orang yang melakukan kejahatan besar sehingga layak dihukum mati secara keji.  Romawi mengijinkan penyaliban bukan karena kejahatan tetapi justru karena alasan politik dan KETAKUTAN akan terjadi ketidakstabilan keamanan.  Bukankah hari ini banyak pengadilan dan aparat keamanan menangkap, memenjarakan dan memutus bersalah orang-orang yang memberitakan Kabar Baik demi alasan supaya tidak rusuh?
Saya sedih ketika mendengar pemerintahan Amerika Serikat memperlakukan sangat sopan dan hati-hati kepada para tahanan teroris dan  Al Qur’an dengan alasan “takut” rusuh dunia, tetapi di satu sisi justru terjadi pembiaran terhadap pihak kepolisian yang melarang Alkitab dibagikan di Nottingham High School- Trenton, New Jersey.  Pihak Alkitab the Giedons yang membagi pada waktu itu mengakatan bahwa mereka tidak salah secara hukum Amerika karena bebas utarakan pendapat dan tidak memaksakan orang untuk percaya, bila orang mau terima Alkitab silahkan, bila tidak mau juga tidak apa-apa. 
Ketika Yesus disalibkan, ada 7 perkataan yang memiliki makna dan pengertian yang sangat dalam.  Berikut ini dibahas secara sekilas yang sebenarnya tidak cukup untuk menjelaskan kedalaman perkataan-perkataan Yesus tersebut:
1.  “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34) yang menunjukkan pengampunan dan kasih bukannya balas dendam dan kebencian. 
2.  “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Lukas 23:43) yang menunjukkan tidak perduli seberapa jahat, najis dan berdosanya manusia bila bertobat dan menerima Kristus akan diampuni dosanya dan diselamatkan. 
3.  “Ibu, inilah anakmu! … Inilah ibumu!” (Yohanes 19:26-27) yang menunjukkan bahwa semua orang percaya pengikut Yesus Kristus dari berbagai suku, bahasa, umur dan golongan apapun adalah saudara seiman.
4.  “Eli, Eli, lama sabakthani?” (Matius 27:46) yang artinya Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?  Perkataan ini adalah gambaran suasana kesedihan, ditinggalkan sendiri untuk menanggung dosa manusia dan masuk dalam jurang maut.  Yesus tengah menjalani pergumulan yang berat, yakni Tuhan yang jadi manusia membatasi diri dalam ruang dan waktu harus terhina, dibantai habis demi menebus dosa kita.  Itulah sebabnya Yohanes 3:16 dengan jelas menyatakan motif Allah yang sangat amat mengasihi kita sehingga rela menyerahkan Yesus Kristus sebagai korban penebusan dosa agar kita selamat.
5.  “Aku haus.” (Yohanes 19:28) bukan sekedar perkataan dari seseorang manusia yang haus karena disalib dan kehabisan cairan darah tetapi juga mewakili pergumulan manusia yang “haus” akan air kehidupan.  Yesus tengah berada di posisi salib menggantikan manusia yang harus disalib.  Kitalah yang seharusnya disalib karena dosa-dosa kita, tetapi mengambil posisi kita agar semua laknat neraka tidak menghabisi kita.
6.  “Sudah selesai.” (Yohanes 19:30) mengambarkan kelengkapan dan kesempurnaan dari pengorbananNya.  Misi-Nya sudah selesai, sudah genap.  Tidak perlu lagi tambahan, hanya oleh darah Yesus menyelamatkan dan memulihkan manusia.
 7.  “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku” (Lukas 23:46) adalah sebuah penyerahan total melakukan kehendak Tuhan hingga akhir.  Yesus tidak mempercayakan diri kepada orang-orang kaya, berpengaruh, pejabat, ataupun dukungan massa.  Yesus memulai di dalam Tuhan dan mengakhiri di dalam Tuhan pula.
Perkataan Yesus mulai jam 09.00 pagi hingga jam 15.00 sore diiringi dengan kegelapan siang bolong jam 12.00 dan pada saat penyaliban terjadi gempa bumi; tirai bait Allah robek yang melambangkan kegenapan dan kesempurnaan dari bait Allah di Yerusalem bukan bangunan kasat mata tetapi ada dalam hati orang-orang percaya (I Korintus 6:19).
Pada saat penyaliban Yesus, terjadi kebangkitan orang-orang mati yang dulunya hidup saleh di hadapan Tuhan.  Keadaan yang digambarkan oleh kitab Injil menunjukkan kengerian, ketakutan akan kehadiran Allah melewati banyak peristiwa alam, supranatural dan menggoncangkan banyak jiwa untuk menyadari bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan (Matius 27:51-54)
Pada hari ketiga, Yesus bangkit dari kematian (Matius 27:52).  Ia telah mengalahkan maut dan memberi kesaksian di depan para murid dan ratusan orang lainnya.  Tuhan Yesus Kristus adalah Tuhan yang dulu pernah datang ke dalam dunia jadi manusia, tetapi sekarang sudah naik kembali ke sorga.  Ia memanggil setiap kita orang percaya untuk memberitakan kabar baik, bahwa ada keselamatan ganti kebinasaan, ada pengharapan ganti keputusasaan.  Yesus Kristus memanggil setiap kita untuk bertobat, percaya kepada peristiwa salib Kristus dan menjadi murid-muridNya.  Setiap kita dipanggil untuk berbuat sesuatu bagi Injil Kristus sesuai dengan talenta, keunikan dan keadaan kita masing-masing.  Selamat merenungkan masa pra paskah.  Tuhan Yesus beserta kita.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BERHARAPLAH PADA YESUS

BERHARAPLAH PADA YESUS

(Baca: Matius 28:1-10)

 

       “Arrghh….!!! Berapapun harganya kita bayar. Selamatkan generasi ini..!!” Itulah penggalan kata-kata dari sebuah cerita abad 14 di kota kecil Hamelin. Apa yang sebenarnya terjadi pada masa itu? Sejarah mencatat tahun 1346-1353 Eropa diserbu dengan wabah Pes. Ratusan ribu tikus yang terjangkit bakteri Yersinia Pestis pada akhirnya memakan korban 2/3 penduduk dunia (atau sekitar 75 juta orang).  Cemas, kuatir dan takut itulah keadaan pada waktu itu.

       Hari hari ini dunia cemas, kuatir dan takut dengan adanya pandemi covid 19. Bukan hanya lebih dari 200 negara yang terkena efeknya dan banyak yang meninggal, namun yang hidup pun harus bersiap menghadapi gejolak perlambatan ekonomi bahkan resesi. Siapa yang bisa mengalahkan penyakit dan menang atas kematian? Hanya Tuhan!

 

 

 

       Itulah yang dinyatakan Alkitab. Hanya Tuhan yang sanggup! Tuhan datang ke dalam dunia, jadi manusia dan mati disalibkan untuk tebus dosa kita dan bangkit kalahkan neraka. Alkitab mengatakan, 3 wanita: Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome berada dalam keadaan cemas, takut dan kuatir. Hari-hari itu fenomena dunia sungguh aneh! Jam 12 siang harusnya terang tetapi jadi gelap hingga pukul 15.00 sore (Lukas 23:44), gempa bumi yang dahsyat dan orang-orang saleh yang meninggal bangkit dari kubur (Matius 27:51-53). Hari ketiga pagi itu ketiga ibu-ibu ini datang ke kubur  Yesus dihadapkan kenyataan bahwa Yesus sudah bangkit dari kubur dan kalahkan kematian.

       Yesus hidup! Ia bukan saja membuat org sakit sembuh; lumpuh berjalan; buta melihat; tulis mendengar; bisu bicara tetapi ia sendiri kalahkan kematian. Yesus menjamin kehidupan!  Hari ini, di seluruh dunia umat Nasrani merayakan Paskah. Apapun keadaannya, Apapapun masalah  Anda. Firman Tuhan datang kepada kita: JANGAN TAKUT. BERHARAPLAH PADA YESUS. Selamat Paskah. Kiranya Tuhan menolong setiap kita. Amin. 

 

JANGAN TAKUT! BERHARAPLAH PADA YESUS!

 

 

 

 

 

 

 

 

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MELIHAT DARI AKHIR

MELIHAT DARI AKHIR

Jangan takut!… Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan Dia.  (Markus 16:6)

 

       Anda suka menonton film silat berseri? Bagi sebagian orang, film berseri panjang sangat menarik dan bagi yang lain tentu membosankan karena alur yang kepanjangan. Rahasia mengetahui sebuah film kerap bukan di lihat di awal tetapi dari akhir. Itu sebabnya mertua saya suka sekali menonton awal dan kemudian akhir seri sebelum melanjutkan film di tengah. Dengan demikian langsung mengetahui akhir kisah cerita senang, sedih atau membingungkan.

       Hidup di lihat dari akhir adalah sebuah misteri Ilahi yang hanya dapat disingkapkan oleh Pencipta dan Penguasa sejarah dan masa depan. Manusia kerap tidak mengerti dan belum memahaminya, namun Alkitab mengajar kita bahwa akhir dari hidup manusia bersifat kekal dan tentunya berbeda bila dijalani di dalam Tuhan Yesus Kristus.

      Apa yang dialami para murid ketika Yesus Kristus disalib adalah sebuah catatan kelam bernama kedukaan. Mereka bukan saja sedih, bingung, tetapi hancur dan putus asa setelah gurunya difitnah secara kejam dan dihukum mati karena dengki dan iri hati dari para Farisi dan Ahli Taurat. Kedukaan itu berubah menjadi sukacita ketika Yesus Kristus mengalahkan neraka dan bangkit dari kematian. Malaikat menampakkan diri, banyak mujizat terjadi bahkan Yesus pun menjumpai para murid. Inilah tonggak kebangkitan iman, yakni melihat hidup bukan dari awal tetapi dari akhirnya.

       Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Salome menjadi saksi kubur kosong dan melihat malaikat bahkan pada akhirnya melihat Yesus Kristus yang sebenarnya lebih dari guru yakni Tuhan yang menjadi manusia. Kebangkitan Yesus diresponi dengan pewartaan kabar baik keselamatan kepada semua orang.

       Akhir dari film kehidupan manusia sudah disingkapkan rahasianya oleh Tuhan yakni ada kekekalan. Saat ini kita yang masih diberikan kesempatan hidup dapat memilih pengharapan atau keputusasaan; bimbang, ragu dan merasa tak berdaya atau justru melibatkan Tuhan untuk mendapat kekuatan, keberanian dan hikmat-Nya?

       Bagi tiga wanita itu, batu besar di kubur Yesus tampak sebagai penghalang namun ketika didekati sebenarnya malaikat sudah menyingkirkan penghalang raksasa itu. Bagi manusia kedukaan bisa menjadi penghalang kehidupan, tetapi di dalam Tuhan ada penghiburan, kekuatan dan pengharapan. Kiranya Tuhan menolong Anda dan saya menjalani hidup ini bersama Tuhan yang menguasai akhir dari segalanya. Amin.

RAHASIA MENJALANI HIDUP BUKAN DI LIHAT DARI AWAL TETAPI JUSTRU DARI AKHIR BERSAMA TUHAN

 

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

DOA YANG (TIDAK) TERJAWAB

DOA YANG (TIDAK) TERJAWAB

Ketika Elisa menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, datanglah Yoas raja Israel, kepadanya dan menangis oleh karena dia, katanya: “Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda”!

(II Raja-raja 13:14)

 

 

       Dalam acara kedukaan, ada seorang pendeta yang bersaksi betapa sedih dirinya. Ia biasa mendoakan orang yang sakit dan sembuh. Ketika ia berdoa biasa mujizat terjadi, namun ketika ia mendoakan ayahnya yang sakit, tidak kunjung sembuh dan pada akhirnya meninggal. Pendeta ini bertanya kepada Tuhan, “Mengapa? Mengapa orang lain Kau sembuhkan, namun ayahku sendiri tidak sembuh dan meninggal?” Apakah orang yang rohaninya tinggi pasti mengalami mujizat dan doanya pasti terkabul?

       Hal unik terjadi di jaman Israel yang kacau ketika para pemimpinnya, baik raja-raja Israel Utara ataupun Yehuda di Selatan hidup jauh dari Tuhan. Rakyat Israel mengalami banyak kesusahan karena para pemimpin yang membelakangi Tuhan dengan menyembah berhala. Nabi Elia tampil seorang diri dan mengadakan mujizat nyata, yang sakit sembuh; yang lapar dikenyangkan; api dahsyat menyambar korban bakaran untuk Tuhan. Sepertinya orang-orang pada waktu itu mengambil tanda bahwa kalau dari Tuhan yang sakit pasti sembuh, yang kurang pasti dicukupkan dan pasti ada fenomena dahsyat sebagai tanda. Benarkah demikian?

       Jawaban tersebut langsung dibantah Alkitab dengan kehadiran Elisa yang diurapi Tuhan dengan dahsyat! Air sungai Yordan terbelah, sakit sembuh, yang lapar dicukupkan namun Elisa sendiri meninggal karena penyakit yang dideritanya. Apakah Elisa kurang rohani? Apakah Elisa doanya tidak dijawab Tuhan?  Bagaimana dengan Musa yang begitu dahsyat dipakai Tuhan? Ia membela air laut; angkat tangan dan peperangan pasti menang; lewat kepemimpinannya ada roti manna surga; mujizat air hingga listrik dan GPS (Global Positioning System) pagi siang malam secara gratis yang disebut tiang awan dan tiang api. Musa meninggal sebagai orang tua di atas gunung Nebo, Madeba dengan keinginan masuk Tanah Kanaan yang tidak terjawab.

       Bahkan Yesus pun yang menyembuhkan orang sakit; lumpuh berjalan; buta melihat; tuli mendengar; mati dibangkitkan namun doanya untuk terhindar dari cawan pahit tidak terkabul dan Yesus mati disalibkan sebelum bangkit pada hari ketiga. Apakah Musa dan Yesus kurang rohani? Tentu tidak. Yang perlu diubah adalah cara pikir manusia yang salah.

       Orang yang rohani tidak identik dengan semua doa yang diinginkan atau dipintanya pasti terkabul. Orang yang menjadi hamba Tuhan, bahkan kerohaniannya tinggi justru paham bahwa dirinya adalah hamba dan bukan boss yang maunya harus dan pasti dituruti. Ia sadar perannya dipakai Tuhan secara dahsyat lewat berbagai mujizat tidak serta merta dirinya jadi dewa atau Tuhan. Ia tetap hamba yang harus siap dengan segala rancangan, kehendak dan kedaulatan Tuhan.  Akhirnya Pendeta yang bersaksi tentang doanya tidak dijawab dan ayahnya meninggal mengerti bahwa rencana Tuhan jauh lebih dalam melampaui pemikiran dan keinginannya.

       Hari ini apabila Anda berduka dan hidup serasa dalam kekelaman, ingatlah bahwa Tuhan tidak membiarkan kita sendirian. Jangan ragukan Firman Tuhan yang disampaikan di tempat terang ketika Anda berada di awan gelap. Badai dan awan gelap pasti akan berlalu, itulah pengharapan. Apapun yang terjadi, mari pegang erat iman kepada Yesus Kristus. Lihatlah kesaksian hidup-Nya lewat Alkitab, berjalanlah bersama Dia dan hiduplah bagi Dia. Kiranya Tuhan saja yang menjadi penghiburang dan kekuatan kita. Amin.

LIHATLAH KESAKSIAN HIDUP-NYA LEWAT ALKITAB! BERJALANLAH BERSAMA DIA DAN HIDUPLAH BAGI DIA!

 

 

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail