WIKILEAKS INDOLEAKS

WIKILEAKS INDOLEAKS
Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Matius 24:33
Anda sudah pernah mendengar hebohnya berita tentang Wikileaks akhir-akhir ini?  Bila belum, berarti Anda adalah orang yang ketinggalan berita dunia saat ini.  Wikileaks dalam beberapa minggu terakhir (november 2010) telah membuat kalang kabut pemerintah Amerika Serikat karena berita rahasia dan sensitif kawat diplomatik Amerika Serikat dimuat umum di dunia maya (dari yang sebelumnya http://www.wikileaks.org menjadi http://www.wikileaks.ch).
Situs yang bermarkas di Swedia ini mengklaim punya rahasia yang sesungguhnya terjadi dalam perang Irak, Afghanistan, konspirasi Amerika-Korea Selatan hingga sejumlah rahasia kotor dari dan antar negara-negara di dunia termasuk Indonesia.  Apakah semua ini benar?  Terlepas dari validitas pembuktian, pemerintah Amerika Serikat berang dan melakukan banyak cara untuk menutup situs tersebut.  Berita selanjutnya, aliran dana lewat Master Card, Pay Pal maupun akses situs Amazon.com yang memutuskan hubungan dengan situs Wikileaks  mendapat serangan besar-besaran di dunia maya dari pendukung Wikileaks.
Belum selesai dengan berita heboh dunia ini, Indonesia pada hari peringatan Anti Korupsi dihebohkan pula dengan tandingan Wikileaks, yakni: Indoleaks (http://www.indoleaks.org).  Situs berbahasa Indonesia ini mencoba memaparkan kebenaran (entah benar atau salah) baik peristiwa Munir, Lapindo, G 30S PKI, dst. Berita terakhir, belum ada respon khusus dari pemerintahan Indonesia.
Pemikiran sederhana saya—terlepas dari pro dan kontra—apabila semua (katakanlah sebagian besar) berita tersebut benar maka muncul sikap saling tidak percaya, sikap saling curiga, konflik yang semakin mendalam dan merombak keadaan dunia.  Bisa jadi justru akan menimbulkan perang antar negara, menguntungkan sejumlah orang dibalik drama dalam perang dunia maya ini.  Singkatnya dapat terjadai chaos (kekacauan).
Apapun yang mungkin terjadi dan diskusi yang akan berkembang, sebenarnya Alkitab sudah memberitahukan akan suatu masa di mana bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan peperangan terjadi di mana-mana, banyak orang saling curiga, benci, dan kasih kebanyakan orang akan dingin.  Tuhan Yesus dengan gamblang mengatakan akan terjadi bencana, penganiayaan terhadap orang Kristen dan sejumlah tanda-tanda akhir jaman (Matius 24).
Pada kondisi seperti ini sebenarnya Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita agar jangan  gelisah, bimbang ragu, apalagi putus asa.  Kita diingatkan untuk sadar, melihat dengan cermat apa yang sesungguhnya sedang terjadi dan mengerjakan panggilan-Nya bagi setiap kita (Matius 24:42,44).  Hidup di dunia ini sementara, ada kekekalan dan suatu saat setiap orang akan bertanggung jawab di depan Hakim Agung Tuhan Yesus Kristus, Isa Almasih, Yesua Hamashia.
Yesus Kristus pernah berkata, ” Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu.”  Semua tanda-tanda yang dinyatakan sebagai syarat terjadinya dunia kiamat sangat jelas dan banyak terjadi di sekitar kita, di dunia di mana kita tinggal.  Kata “ketahuilah” mengandung pengertian agar kita sadar, memiliki pengetahuan, waspada, dan mengerti apa yang sesungguhnya sedang terjadi.  Sikap inilah yang Tuhan kehendaki bagi setiap orang.
Sebelum memulai pelayanan persekutuan komisi wanita, kami yang melayani berkumpul hendak berdoa bersama.  Tiba-tiba ada seorang ibu ingat ada seorang pengurus yang tidak bersama kami dan cepat-cepat hendak mencarinya.  Ia bergegas sambil menyebut nama ibu itu.  Kontan, kami semua tertawa, karena pengurus yang dicari ibu ini sebenarnya ada di depannya persis.  Dalam sekejap mata, ibu ini sadar bahwa rekan yang dicarinya ada di depannya.
Apa yang sesungguhnya sedang terjadi?  Ibu ini begitu sibuk dengan pikirannya dan segala persiapan pelayanan yang akan dikerjakan sampai tidak memperhatikan siapa saja yang ada disekelilingnya.  Ia melihat tetapi tidak melihat.
Hari ini banyak orang Kristen sudah tahu, dengar dan banyak yang hafal Alkitab.  Banyak orang bahkan mengetahui perkataan Tuhan Yesus termasuk tentang tanda-tanda akhir jaman.  Namun sayangnya banyak orang-orang yang mengetahui dan mendengar Firman Tuhan tetapi tidak sadar (not aware) apa yang sesungguhnya sedang terjadi.  Banyak orang melihat tetapi tidak melihat.  Mengetahui tanda-tanda akhir jaman, tetapi hidup seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan tidak perlu berbuat apa-apa untuk mempersiapkan kekekalan.
Marilah kita yang membaca, merenungkan Firman Tuhan mengenal tanda jaman yang sudah dekat ini dan mengambil langkah-langkah kongkrit untuk menjalani hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus.  Marilah kita mempersiapkan diri sedemikian baik dan bijaksana untuk menyambut kedatangan Tuhan.  Mohon Tuhan menolong kita tekun dan setia kepada-Nya sampai akhir.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MEMENTO MORI

MEMENTO MORI!
Hosea 6:6
Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan,
dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran.
J.C. Maxwell seorang penceramah kepemimpinan mengatakan ada dua ciri manusia sukses.  Manusia yang berhasil dalam hidupnya apabila ia mengenal siapa dirinya dan mengetahui tujuan hidupnya.  Berbicara tentang asal dan tujuan hidup manusia, maka manusia disadarkan dengan suatu kenyataan bahwa manusia tidak dapat memilih kapan dan di mana ia dilahirkan.  Manusia tidak dapat menentukan kapan meninggal dan dengan cara bagaimana.
Setiap kali kita menghadiri kebaktian penghiburan atau penutupan jenazah ataupun kebaktian peringatan orang yang sudah dipanggil Tuhan, maka secara implisit setiap manusia disadarkan dengan pepatah: memento mori! (Ingatlah, Anda akan mati!).   Peristiwa dipanggilnya seseorang ke rumah Bapa di sorga mengingatkan betapa hidup manusia terbatas, ditentukan sekali dan sesudah itu dihakimi (Ibrani 9:27).
Manusia diciptakan Tuhan dengan maksud dan tujuan-Nya.  Bukan suatu kebetulan seseorang lahir ditahun sekian dan mati diwaktu tertentu.  Jikalau seseorang hidup dan masih bisa menikmati satu hari lagi, itu berarti ada maksud dan tujuan Tuhan dalam hidup orang itu.
Ada satu kota kecil di Hamelin, Jerman yang terkenal dengan kisah suling dan tikus.  Suatu waktu kota ini terkena wabah pes akibat sangat banyaknya tikus berkeliaran di kota mungil itu.  Penduduk kuatir dan mulai mencari orang yang dapat memusnahkan tikus-tikus itu.  “Nyawalah paling pentig saat ini.  Jangan sampai anak-anak kita meninggal!  Kita rela membayar berapapun harganya!  Jika nyawa hilang, harta tiada arti!”
Datanglah seorang peniup suling dan memainkan sulingnya.  Begitu ajaib suara lagu itu hingga memikat puluhan bahkan ratusan ribu tikus keluar ke jalan dan berjalan di belakang mengikuti peniup suling.  Peniup suling ke luar dari kota dan semua tikus menceburkan diri ke sungai hingga mati.
Penduduk kota Hamelin sangat senang, dan lalu mereka berkata: “Kalau cuman meniup suling saya juga bisa.”  Peniup suling tidak dibayar.  Ia kecewa dan menundukkan kepalanya.  Kemudian peniup suling ini pergi sambil memainkan suling.  Ternyata lagu yang kedengaran begitu indah hingga menarik semua anak-anak di kota itu.  Mereka mengikuti peniup suling ke luar kota dan tidak pernah kembali lagi.
 
Seringkali ketika nyawa terancam, manusia rela mengorbankan segala hartanya.  Setelah keadaan lancar, manusia seringkali lebih mengutamakan harta dalam hidupnya.  Kita dicipta bukan tanpa tujuan.  Kita dicipta untuk menggenapi setiap tujuan Pencipta.  Tujuan penciptaan ada di dalam Kristus (Efesus 1:11).  Tuhan ingin makna dan tujuan hidup kita mengenal dan mengasihi Dia.  Memento Mori!
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

YARMULKE

YARMULKE: TANDA MENGHORMATI TUHAN
Kejadian 21:1-7; Galatia 6:15
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. Roma 2:29
Pernakah Anda mendengar istilah Yarmulke?  Ini adalah topi kecil yang disematkan di atas kepala sebagai simbol menghormati Allah (honoring God).  Yarmulke atau Kippah/Kipa biasa dipakai oleh orang-orang Yahudi sejak muda.  Mereka yang memakai Kippa dipandang sebagai orang yang saleh.
Budaya Israel, khususnya tradisi Yahudi dalam pemakaian Yarmulke sangat menarik dan memiliki pengertian yang mendalam.  Kita perlu terus mengingatkan dan diingatkan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Pemakaian Yarmulke adalah salah satu cara simbolis untuk mengingatkan kita agar senantiasa hidup di dalam Tuhan.  Namun, apabila simbol Yarmulke hanya sekedar di luar dapat tanpa diikuti dengan sikap hati yang saleh, maka topi kecil di kepala justru dapat menjadi kemunafikan dan hal yang tidak ada gunanya.
Abraham adalah salah satu contoh terbaik di kalangan Yahudi, Islam maupun Kristen tentang kesalehan hidup.  Abraham menghormati Tuhan dengan keluarganya, pekerjaannya, dan bahkan seluruh hidupnya.  Abraham menyunatkan Ishak pada hari ke delapan setelah Ishak lahir sebagai simbol perjanjian Tuhan dengan umat-Nya.  Disunat pun adalah simbol kesalehan di Perjanjian Lama.  Namun, apakah berarti orang yang tidak disunat itu tidak saleh dan orang yang bersunat pasti hidupnya dipandang saleh?  Jawabannya adalah tidak.
Sunat adalah ekspresi luar dari sikap hati yang mau percaya dan taat kepada Tuhan.  Intinya bukan terletak pada perbuatan sunat, tetapi pada sikap hati percaya dan mengikut Tuhan.  Abraham dibenarkan bukan karena sunatnya, tetapi karena imannya. 
Hal yang paling penting di dalam sikap menghormati Tuhan adalah sunat rohani, yakni sunat hati dan telinga.  Sunat yang dilakukan di dalam hati lewat pertobatan dan bukan ritual keagamaan atau sekedar religi simbolik.  Tuhan menghendaki setiap orang percaya yang mau beriman kepada Allah menyunatkan diri secara rohani lewat pertobatan dan iman kepada Isa Almasih/Yesus Kristus/Yesua HaMashiach (Kolose 2:11).
Abraham dibenarkan Allah karena imannya bukan karena perbuatan sunat.  Perihal sunat atau tidak sunat bukan lagi menjadi masalah hidup manusia yang diperkenan Tuhan. Paulus memaparkan dengan sangat gamblang bahwa orang Yahudi yang asli, tulen, sejati adalah mereka yang bersunat secara rohani bukan hurufiah.  Seseorang bersunat baik adanya, tidak bersunat juga tidak salah (I Korintus 7:18, bdk.Galatia 5:6; 6:12,15; Kolose 3:11; Kisah Para Rasul 7:51).  Hal yang utama adalah pertobatan dari mengandalkan dan menuruti nafsu diri, beralih kepada mempercayai, mengikut dan menghormati Tuhan.
Sara dan Abraham diberkati Tuhan secara luar biasa selama masa hidupnya.  Sekalipun mereka menjalani kehidupan yang tidak mudah, banyak kerikil kesulitan dan penderitaan, tetapi iman dan perbuatan mereka untuk Tuhan tidak sia-sia.  Abaraham dan Sara menyebut anaknya yang tunggal itu Ishak yang artinya: tertawa.  Arti nama tertawa bukan terhina, terejek, atau bermakna negatif lainnya, melainkan bermakna positif yakni sukacita, gembira, senang dan puji syukur.  Sara bersukacita untuk berkat Tuhan yang menakjubkan dalam hidupnya dan ia mau juga berbagai “tawa” (baca: sukacita) dengan orang lain (Kejadian 21:6).

Apakah Anda ingin mendapatkan berkat dan janji yang dari Tuhan seperti halnya Abraham dan Sara?  Apakah Anda ingin hidup di dalam Tuhan secara saleh dari dalam hati dan bukan simbolis belaka?  Apakah Anda ingin menghormati Tuhan?  Apakah Anda ingin menghidupi anugerah Tuhan yang besar itu?  Bila jawabannya adalah iya, maka pastikan bahwa diri Anda dan keluarga maupun orang-orang yang  Anda kasihi memperoleh sunat rohani (Kolose 2:11), bukan paksaan tetapi kerelaan dan kesadaran hati di hadapan Tuhan.  Mari kita belajar menjalani hidup yang bersunat telinga dan hati sebagai sikap menghormati Allah.  Kiranya Tuhan menolong kita.  Amin.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MALU-MALUIN TARZAN!

Malu-Maluin Tarzan!
“Sebab siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”  Matius 12:50

Pernakah anda mendengar cerita film Tarzan?  Ya, film klasik ini dikenal oleh berbagai kalangan di hampir seluruh dunia.  Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak; banyak yang pernah melihat film ini.  Konon ceritanya Tarzan adalah anak  manusia yang diasuh di hutan oleh sejumlah gorila.  Binatang berjenis kera ini tidak sampai hati meninggalkan mahluk kecil tidak berdaya di rimba liar.  Jadilah sebuah cerita tentang gaya hidup pengasuhan keluarga gorila terhadap anak adopsi:  manusia.
Walaupun hidup dalam keluarga kera; Tarzan memiliki kepolosan dan ketulusan manusia yang baik.  Dalam kelanjutan ceritanya ada sejumlah orang dari kalangan manusia dengan peradaban modern, datang dari kota hendak melakukan kejahatan dengan tipu muslihat maupun kekerasan.  Singkat cerita; Tarzan yang disebut manusia kera dari dunia primitiflah yang menjadi pahlawan dan menolong yang lemah.
Sebenarnya di balik cerita legendaris ini ada hal yang dapat kita pelajari.  Pertama mengenai betapa kejahatan manusia itu nyata dan terus berkembang; bahkan melampaui kebuasan hewan liar.  Kedua, ternyata dibalik perilaku binatang liar yang katanya hidup di luar peradaban, justru memiliki kasih sayang terhadap anaknya sendiri.  Sering kali manusia lah yang lebih kejam dari binatang.  Sungguh perbandingan yang sangat kontras antara kasih sayang keluarga hewan dan kejahatan keluarga besar manusia yang menamakan dirinya modern.
Saat ini kita diajak untuk merenungkan kembali arti keluarga dan bagaimana menghidupi yang namanya keluarga di dalam Tuhan Yesus Kristus.  Sering kali menjadi kenyataan di banyak jemaat; sekalipun menamakan diri sebagai bagian dari tubuh Kristus dan mengakui setiap orang Kristen adalah keluarga besar Allah namun hubungan satu dengan yang lain terasa dingin; cuek; dan tidak perduli. 
Ada sejumlah orang Kristen yang saling menyikut; menjegal; menjatuhkan untuk kepentingan dan ambisi pribadi/kelompok.  Akibatnya, bukannya terasa keluarga sejahtera; tetapi permusuhan dan pertikaian yang dilihat orang lain.
Yesus dalam pengajaran-Nya di Kapernaum membuat langkah yang radikal mengenai pengertian keluarga.  Bagi sejumlah besar orang Yahudi: keluarga adalah penting dan dijunjung tinggi.  Adalah berkesan sangat buruk bila anak memungkiri siapa orang tuanya.  Inilah yang kelihatannya dilakukan oleh Yesus.  Seolah-olah Yesus menjadi anak yang tidak berbakti dan menolak mengakui keluarga-Nya (Mat.12:48).
Jika kita perhatikan konteks dekat maupun jauh; akan terlihat bahwa maksud Yesus dengan perkataan: “Siapakah ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” (ay.49), adalah menjelaskan konsep keluarga Kristen.  Keluarga Allah tidak dibatasi pada hubungan darah; jasa baik di masa lampau; keahlian maupun pembayaran materi seperti sejumlah syarat menjadi anggota klub; namun didasarkan pada kelahiran baru oleh Roh Kudus dan diwujudnyatakan dalam melakukan kehendak Bapa (ay.50).
Yesus mengasihi dan perduli terhdap keluarga-Nya, Ia bahkan ingin setiap manusia menjadi anggota keluarga Allah di dalam karya penyelamatan Kristus.  Inilah bukti kasih terbesar Allah terhadap manusia.  Bagaimana dengan kita yang sudah di dalam anggota keluarga Allah, Apakah kita menganggap saudara seiman sebagai keluarga?  Jangan-jangan bukannya saling mengasihi (Gal.6:10; I Yoh.4:7) tapi saling mendengki yang ada di jemaat.  Semoga tidak malu-maluin Tarzan.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail