MENGUPAS ARTI PERSAHABATAN

 

 

MENGUPAS ARTI PERSAHABATAN
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesukaran.” Amsal 17:17
Orang seperti apakah yang menjadi teman dekatmu?  Pendiam atau yang suka bicara?  Jika anda seorang pendiam kemungkinan lebih suka mencari teman bicara yang ramai; demikian pula sebaliknya: orang yang ramai cenderung suka mencari teman yang pendiam. 
Terlepas dari kebalikan sifat atau jenis kelamin, pada umumnya kita mencari orang yang memenuhi kebutuhan kita, dan bisa jadi justru orang yang mempunyai kecocokan dengan diri kita.  Kecocokan itu dapat berupa kegemaran; keahlian; kerohanian; karakter maupun kebiasaan.  Sering juga persahabatan terjalin akrab karena nyambung-nya bicara; pemikiran maupun tujuan.
Persahabatan seringkali ditandai dengan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.  Hubungan timbal balik dapat terjadi karena senasib sepenanggungan.  Ada pula hubungan kesalingan ini dimulai dari salah satu pihak yang berinisiatif  untuk berbuat baik kepada orang lain terlebih dahulu.  Apapun penyebab dan alasannya; persahabatan muncul dan berkembang sejalan dengan kesalingan yang menguntungkan ke dua belah pihak.
Kata “sahabat” dalam ayat di atas mempunyai pengertian adanya sikap menghormati; menghargai; mencari kesejahteraan/kebaikan kawannya.  Rupanya kesalingan dalam persahabatan di kitab Amsal ini dilandasi dengan motivasi tersebut.  Hubungan yang kokoh kerap kali memang didasari dengan kasih yang menaruh respek.  Dua orang teman yang mendasarkan hubungan hanya pada minat tanpa adanya rasa hormat dan penerimaan, kerap kali menimbulkan konflik; ketersinggungan dan kekecewaan.  Persahabatan yang tidak mempunyai landasan kuat tidak akan bertahan lama dalam permasalahan dan perbedaan.
Ada sebuah cerita mengenai sejumlah burung yang terbang dengan formasi V. Diantara sejumlah burung yang terbang itu ada seekor burung dengan suara jelek dan gaya terbangnya payah.  Pada waktu sedang terbang, ada pemburu menembak salah satu burung tersebut.  Komandan burung memerintahkan dua ekor burung lain untuk menolong dan mendampingi burung yang jatuh tertembak itu.
Dalam cerita ini ke dua burung yang diutus untuk menolong burung yang tertembak tidak jadi menolong justru melarikan diri.  Ke dua burung itu ketakutan dengan letusan bertubi-tubi dari pemburu.
Melihat keadaan itu, burung dengan suara jelek dan gaya terbang yang payah merasa kasihan dan turun menolong burung yang tertembak.  Pada akhir cerita, burung ini sekalipun suara jelek dan gaya terbangnya payah, dia menjadi pemimpin dari kelompok burung lain. 
Cerita ini mengekspresikan bagaimana persahabatan yang baik itu dilukiskan.  Ada orang yang hanya menolong sahabatnya atas perintah orang lain atau karena menguntungkan diri.  Jika tidak membawa keuntungan, pastilah sahabat itu ditinggalkan.  Ada pula orang yang mendasari persahabatannya karena kasih yang menaruh respek.  Persahabatan seperti ini tidak jarang menghasilkan kesetiaan dan keakraban yang dalam. 
Terlepas dari kelemahan dan kekurangan, persahabatan yang didasarkan pada kasih yang hormat menembus batas kepicikan dan menghasilkan kebaikan yang benar.  Persahabatan sejati ini sudah diteladankan oleh Yesus Kristus kepada kita, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.  Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yohanes 15:13-14). 
Yesus Kristus memberikan teladan persahabatan sejati melalui pengorbanan diri-Nya.  Inilah bukti nyata Allah yang berinisiatif mau bersahabat dengan manusia.  Ini pula dasar yang kuat persahabatan antara sesama orang percaya, yakni Kristus Yesus yang sudah mati dan bangkit buat kita.  Yesus Kristus mau menjadi sahabat Anda dan saya.  Maukah Anda menerima jenis persahabatan ini?
Bila ya, maka kita harus masuk dalam dimensi persahabatan yang berbeda dengan cara pandang dunia.  Jenis persahabatan ini bukan angan-angan, bukan pula cari untung, tetapi persahabatan yang ditindaklanjuti dengan melakukan apa yang Tuhan kehendaki.  Persahabatan dengan Allah dan atas inisiatif-Nya ini harus diresponi dengan kasih yang menaruh respek.  Bilah kita mau bersahabat dengan Allah, maka kita harus menaruh sikap respek/hormat kepada-Nya.  Respek itu diwujudkan secara nyata seperti yang Tuhan Yesus mau, “… jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”
Maukah Anda menjadi sahabat Allah?  Maukah Anda menjalani persahabatan yang kekal ini?  Yuk, kita bersama-sama belajar menjalani relasi persahabatan seperti yang diinisiatifkan Yesus.  Selamat berproses! 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

TREN BAKAR DIRI

TREN BAKAR DIRI
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa.
Ibrani 12:3
Siapa yang sangka bahwa aksi bakar diri seorang pemuda terpelajar, Muhammed Bouazizi pada bulan desember 2010 di Tunisia menjadi inspirasi sekaligus “tren” sejumlah orang di berbagai negara seperti: Mesir, Aljazair maupun Mauritania?  Sebenarnya aksi bakar diri di dalam sejarah bukan hal baru.  Ada orang-orang yang berbuat ini karena marah, kecewa ataupun “berani” untuk melakukan aksi destruktif ini demi falsafah atau cara pandang hidupnya.
Peristiwa tahun 2011 tentang bakar diri yang dibuka oleh Bouazizi sebelumnya,  mengetengahkan tema yang hampir sama: kemiskinan.  Kemiskinan dan ketidak-adilan hidup memicu sejumlah orang untuk jadi putus asa.  Putus asa diungkapkan dengan mengakhiri hidup alias bunuh diri.
Hal yang paling mematikan dari diri manusia bukan pada saat ia kekurangan sesuatu atau berada dalam keadaan sulit, tetapi pada saat seseorang berputus asa.  Putus asa adalah sikap menyerah terhadap hidup.  Putus asa dipicu dari kelelahan berlebihan yang dialami secara terus menerus.
Putus asa dapat menyerang siapa saja, di mana saja dan kapan saja.  Apakah orang itu kaya atau miskin, pandai atau bodoh, muda ataupun tua; putus asa bisa menghancurkan hidup manusia tanpa pandang agama dan kepercayaan sekalipun.  Saya pernah mengetahui seorang tetangga yang bunuh diri karena putus cinta.  Apa yang salah adalah cinta yang tidak kesampaian?   Bukan.  Saya pikir lebih karena putus asa.
Bagaimana sebaiknya kita menghadapi permasalahan dan keadaan sulit, bahkan mungkin bagi sebagian orang adalah terus menerus ini?  Belajar dari surat Ibrani, penulis mengingatkan bahwa memang kita tinggal di dunia yang sebenarnya tidak layak dihuni.  Suatu dunia yang dipenuhi dengan dosa, dimeriahkan dengan kekerasan dan ketidak-adilan. 
Penulis Ibrani mencontohkan banyaknya orang-orang percaya yang disiksa karena iman percayanya.  Mereka harus menghadapi penganiayaan dan keadaan yang sulit secara berkelanjutan.  Hal yang membuat mereka kuat, modalnya adalah iman.  Mereka tergoda untuk merangkul keputus-asaan, tetapi mereka memandang dengan iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan akhirnya beroleh pengharapan dan kekuatan.
Mengarahkan pandangan kepada Yesus Kristus/Isa Almasih/Yesua Hamashiach membuat kita sadar bahwa kita tidak sendirian.  Mengarahkan pandangan kepada-Nya memberikan kekuatan oleh kuasa kebangkitan-Nya.  Mengarahkan pandangan kepada Kristus dapat memberikan pengharapan, sukacita, damai sejahtera dan kelegaan (Matius 12:28-30).
Adalah kecenderungan kebanyakan kita apabila ada masalah ataupun kesulitan hidup dan kemudian memperhatikan, menghabiskan waktu untuk melihat kesusahan kita.  Sementara Penulis Kitab Ibrani mengajak kita mengarahkan pandangan kepada Yesus.  Seperti ada pepatah, “Bila kita melihat manusia, kita akan kecewa.  Bila kita melihat Tuhan, kita akan beroleh kekuatan menjalani hidup.”. 
Suatu kali ada dua orang berjalan di kota besar.  Orang pertama mendengar suara binatang jangkerik, tetapi orang kedua tidak.  Tidak berapa lama orang pertama ini menyeberangi jalan, mendekati sebuah pot bunga dan merogoh seekor binatang jangkerik.  Temannya heran dan berkata, “Wah, pendengaranmu tajam luar biasa!  Bagaimana kamu bisa mendengar di tengah keramaian kota ini?”  Dengan enteng, orang pertama menjawab, “itu tergantung apa yang kau perhatikan.”
Kemudian orang pertama memberikan tanda kepada temannya untuk memperhatikan.  Ia merogoh dikoceknya sejumlah uang, kemudian melemparkan ke jalan. Terdengar bunyi, “kerinciiiing…. !!”  segera banyak orang yang lewat di sana menoleh, termasuk pekerja bor tanah.  Teman dari orang pertama segera mengerti maksudnya.  Itu semua tergantung dari apa yang kau perhatikan.
Hidup ini sulit.  Itu tidak bisa dipungkiri.  Semua orang tahu bahwa menjalani hidup itu tidak mudah, terlebih hidup yang benar dan berkenan di hadapan Tuhan.  Mari kita membuat hidup ini tidak bertambah sulit dengan pikiran-pikiran negatif: khususnya putus asa.  Masih ada Tuhan!  Masih ada harapan!  Masih ada kehidupan kekal di surga yang luar biasa indah tak terkatakan bagi setiap orang yang mau percaya dan mengarahkan hatinya kepada Tuhan Yesus Kristus. 
Mari kita mengucapkan dan merenungkan kembali apa yang dikatakan oleh penulis kitab Ibrani, “Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. “  Mari kita mengingat Dia, Tuhan Yesus Kristus!  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN

ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN
Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka. Pengkhotbah 5:7
Anda pernah dengar nama Gayus Tambunan di Indonesia?  Bila Anda belum pernah dengar nama ini, maka Anda termasuk orang yang jarang membaca koran, jarang menyimak televisi dan jarang bergaul dengan orang-orang di Indonesia.  Kemungkinan lain adalah Anda tidak tinggal di Indonesia sehingga tidak mengetahui nama yang santer di sebut di mana-mana.
Gayus Halomoan Tambunan adalah pegawai pajak golongan III A yang menjadi tersangka makelar pajak bernilai Miliaran rupiah.  Kasusnya sampai saat ini belum selesai dan terkesan kuat melibatkan orang-orang penting dan berpengaruh sehingga sulit dibongkar tuntas.  Ketika dipenjara, Gayus dengan entengnya bisa pulang ke rumah, menikmati fasilitas mewah (seperti narapidana berduit lainnya), bahkan plesiran ke Bali maupun luar negeri.
Tidaklah heran apabila kemudian ada seorang dari Gorontalo, Bona Paputungan membuat lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” untuk mengungkapkan kenyataan hukum yang bisa diperjualbelikan.  Inilah sekilas gambaran negeri yang akrab dengan korupsi dan kesemrawutan dengan mengedepankan tema: Ketidakadilan.  Mengapa begitu banyak orang yang tertarik untuk menyimak berita sampai lagu-lagu semacam ini?  Jawabannya adalah karena memang hal ini yang sedang terjadi dan keadaan ini tidak dapat dipungkiri oleh hati nurani rakyat.
Kalau seandainya Anda jadi Gayus Tambunan, apa reaksi Anda?  Senang dan bergembira karena bisa menikmati harta yang luar biasa banyaknya dan punya pengaruh tingkat tinggi?  Atau justru susah karena dipakai sebagai “boneka” dari kepentingan orang-orang di “atas”?  Fenomena ini seperti lapisan gunung es di bawah air laut yang dingin.  Kelihatannya kecil tetapi akarnya sangat besar dan rumit.
Bila kita berkaca kembali kepada kitab Pengkhotbah, sebenarnya raja Salomo sudah memberikan gambaran datangnya hari-hari seperti ini.  Seolah-olah Salomo berkata, “jangan kaget! Memang itulah yang sedang terjadi”. 
Terjemahan Todays English Version terhadap Pengkhotbah 5:7 menekankan bahwa tindakan pejabat negara yang menyeleweng sebenarnya dilindungi oleh pejabat di atasnya dan pejabat-pejabat yang melakukan penyelewengan dalam sistem yang korup ini juga dilindungi oleh pejabat yang lebih senior.  Sementara itu terjemahan Contemporery English Version lebih condong menjelaskan perkataan Pengkhotbah sebagai tindakan yang disetujui atau diperintahkan oleh atasannya.  Jadi apabila dalam sistem pemerintahan yang korup, pejabat yang rendah melakukan penyelewengan karena diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.  Inilah gambaran keadaan negeri anta berantah yang dilukiskan oleh Raja Saul tentang dosa yang menggerogoti manusia.
Jauh setelah raja Salomo meninggal, Israel berada dalam keadaan seperti ini sejak dari jaman Raja-raja hingga pembuangan di Babel.  Keadilan diputar balikan, orang-orang minoritas dan lemah dimanfaatkan, diperas dan dinjak-injak.  Hukum diselewengkan justru oleh para penegak hukum.  Rakyat berbuat sekehendak hati dan semaunya sendiri (lihatlah Kitab Hakim-Hakim).  Tidaklah heran kemudian banyak terjadi kekacauan, musibah dan bencana karena ketiadaan pertobatan.
Raja Salomo yang terkenal dengan hikmatnya, menuliskan rentet kehidupan manusia dalam rana: suka duka, senang-susah, lahir-mati, bekerja-istirahat, dan masih banyak lagi yang kesemuanya menyatakan realitas semua orang baik jahat ataupun baik.  Di balik semuanya ini, penulis kitab Pengkhotbah mengingatkan kepada pembaca agar tidak lupa bahwa ada TUHAN.  Pesannya sederhana tetapi penting, “Jangan lupa menghormati dan taat Tuhan!”
Yesus pernah berkata, “Dan karena makin bertambahnya keduhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.  Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Matius 24:12-13).  Perkataan Tuhan Yesus Kristus ini dirajutkan dalam konteks akhir jaman, di mana ada kehidupan setelah kehidupan.  Ada penghakiman yang adil dan serius kepada seluruh manusia di hadapan Tuhan.
Matius menuliskan apa yang dikatakan Yesus Kristus pada waktu itu agar setiap orang bukan saja percaya kepada Isa Almasih/Yesua Hamshiach/Yesus Kristus tetapi juga memanfaatkan hidup yang satu kali ini mengerjakan sesuatu dalam rangka menyambut kedatangan-Nya yang kedua (Matius 24).
Mari kita mengevaluasi diri sejenak, mungkin kita berpikir kehidupan Gayus H T sangatlah buruk, dosanya sangat besar dan perbuatannya sangat merugikan orang banyak.  Kita mungkin berasumsi negatif terhadap sosok ini (karena dalangnya masih tidak diketahui), namun bagaimana dengan kehidupan kita?  Apakah kita sedang melayani Tuhan?  Apakah kita sedang berbenah untuk mewujudkan hidup yang Tuhan inginkan?  Apakah kita sudah menjawab panggilan Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita (Matius 28:19-20)?  Jangan-jangan, kita merasa lebih baik dari Gayus Tambunan, tetapi Tuhan bilang, “Aku tidak penah mengenal kamu!  Enyalah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”   Kiranya Tuhan menolong kita sekalian untuk berbenah diri.  Amin.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

GARUDA DI DADAKU

GARUDA DI DADAKU
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
Roma 12:16
Siapa sih yang tidak tahu berita pertandingan sepak bola AFF Suzuki Cup 2010 yang beberapa waktu ini menyedot perhatian rakyat Indonesia?  Tim Merah Putih kebanggaan Indonesia mendapatkan perhatian, dukungan dan harapan yang sangat besar untuk membawa harum nama bangsa Indonesia.  Kenapa pertandingan sepak bola Timnas Indonesia mendapat perhatian besar saat ini?  Mengapa begitu populer dan seolah membius ratusan juta penduduk Indonesia?  
Pertandingan sepak bola piala AFF kali ini bukan sekedar kemenangan bola tetapi lebih pada kebanggan Indonesia.  Suatu aura rasa ikut memiliki dan menjadi satu bagian dari identitas diri yang telah lama hilang.  Tidak bisa dipungkiri, negara ini banyak memiliki rekor buruk dalam hal korupsi, teroris, perpecahan, chaos, hingga kelunturan berbangsa dan bernegara.
Jauh di dalam lubuk hati, masyarakat Indonesia sadar bahwa negara ini sebenarnya dalam keadaan “porak poranda” dan membutuhkan persatuan serta identitas unik yang dapat dibanggakan.  Kebutuhan inilah yang oleh Psikologi Sosial disebut Self Social.  Pakar Psikologi Sosial Baron dan Byrne mendefinisikannya sebagai identitas kolektif yang meliputi hubungan interpersonal dan aspek-aspek identitas yang datang dari keanggotaan pada kelompok-kelompok yang lebih besar dan tidak lebih  personal yang berdasarkan pada ras, etnis dan budaya.
Saya baru saja mendapat pesan singkat dari seorang teman penggemar bola.  Ia menceritakan pertandingan bola antara Liverpool dengan Italiano Milan di Istanbul tahun 2004.  Mulanya Liverpool tertinggal 3-0 pada babak pertama.  Dikatakan oleh seorang pemain bahwa rasanya merinding mendengar lagu “You are never walk alone” (Anda tidak pernah berjalan sendiri) dari ribuan penonton. Pada akhirnya, Liverpool dapat menyamakan posisi pada babak ke dua dan menang pada saat adu penalti.
Popularitas pemain Merah Putih Indonesia melejit sesungguhnya karena hausnya rakyat ini terhadap identitas self social yang bisa dibanggakan oleh bangsa indonesia, yang sanggup mempersatukan dan membuat negara ini lebih baik.  Apakah peristiwa ini dapat menjawab kebutuhan dan kehausan rakyat?  Kemungkinan besar jawabannya adalah TIDAK.  Tetapi, moment-moment seperti inilah yang berpotensi memberikan pengaruh positif dan sangat baik bagi bangsa ini.
Sungguh, persatuan itu indah dan auranya akan terasa apabila kita menjaganya dengan baik.  Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Roma tentang kunci menjaga persatuan.  Ia mengatakan, “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai”.  Perkataan Paulus ini mencakup tiga aspek apabila dibandingkan dengan beberapa terjemahan termasuk bahasa Yunani (asli kitab Roma): rendah hati alias tidak sombong; mau mengarahkan perhatian pada tujuan bersama; dan mau berteman.
Orang yang Rendah hati alias tidak sombong menurut Paulus adalah gambaran dari orang-orang yang mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan (Roma 12:1-2).  Orang-orang yang menggunakan talenta/bakat/karunianya dan hidup di dalam kasih.  Kerendahan hati dan tahu diri akan menjaga persatuan dengan sendirinya.
Orang-orang yang mau mengarahkan perhatian pada tujuan bersama dan terbuka untuk hidup bersama (berteman)dalam sikap saling menghargai akan merasakan dan mengalami indahnya persatuan.  Orang yang diliputi dengan prasangka negatif dan menuntut balas dendam hanya akan mendatangkan kehancuran.  Inilah pengajaran Alkitab tentang hidup Kristen yang seharusnya.
Aura persatuan dan spirit kegembiraan dalam mendukung Timnas Merah Putih Indonesia itu indah, asal jangan merusak rumput lapangan sepak bola; asal jangan sengaja bermain laser tanda tidak sportif; asal jangan meneror lawan main dengan  slogan “Ganyang Malaysia!”; asal jangan bertindak anarki.  Seperti ada judul film Indonesia tentang bola, Yuk kita serukan bersama: “Garuda di Dadaku”.  Bersatulah Indonesia!
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail