SATU PAKET

SATU PAKET
(Baca Kejadian 1:1-3)
Allah beserta kita!
Hidup ini bak paket kehidupan.  Ada yang baik dan buruk.  Ada kesukaan dan ada kedukaan.  Ada yang kita senangi dan ada pula yang kita tidak sukai di dalamnya.  Pernakah Anda bertanya-tanya: Mengapa saya dilahirkan di keluarga seperti ini?  Mengapa orang tua saya membuat kami broken home?  Mengapa istri atau suami saya tidak sebaik orang lain?  Mengapa anak saya dilahirkan cacat sementara orang lain anaknya sehat dan pandai?
Terkadang kita tidak mengerti mengapa Allah mengijinkan hal tidak baik terjadi pada hidup kita.  Terkadang kita merasa Allah begitu jauh dan tidak hadir di saat yang gelap dan sunyi itu mencekam hati kita.
Hidup ini satu paket.
Waktu Allah memulai kehidupan di bumi ini, dituliskan “bumi belum berbentuk dan kacau”.  Allah menciptakan, berarti dari yang tidak ada sama sekali hingga ada namanya bumi yang belum berbentuk waktu itu. 
Apakah Allah senang dan berhenti pada saat bumi masih kacau?  Tidak!  Allah sedang bekerja, dan belum selesai!  Apakah pada waktu itu Allah tidak berkuasa?  Tidak!  Allah belum selesai dg ciptaan-Nya.
Allah lebih menyukai keteraturan daripada kekacauan.  Allah lebih menyukai terang daripada gelap.  Kendati demikian bukan berarti Allah tidak mengijinkan adanya gelap dan kekacauan di bumi ini. 
Allah selesai menciptakan dasar kehidupan pada hari ke enam, dan puncaknya adalah kita manusia, namun Allah belum selesai dengan karya-Nya hingga dunia berakhir.  Allah belum selesai.
Hari-hari ini banyak hal yang buruk terjadi di dunia.  Ada banyak bencana.  Ada banyak kejahatan.  Ada banyak hal yang kita pikir tidak seharusnya terjadi, namun menimpa diri kita.  Ini semua bukan berarti Allah lepas tangan.  Ini juga bukan berarti Allah tidak berkuasa atas keadaan kita.  Allah belum selesai.
Tujuan Allah mencipta adalah untuk kemuliaan-Nya.  Tujuan Allah mencipta adalah untuk kesenangannya yang sempurna dan baik adanya.  Bila semua yang manusia ingin terwujud, maka terjadilah kekacauan.  Syukur kepada Allah!  Allah belum selesai dengan ciptaan-Nya!
Bila hari ini kita mencari tujuan hidup.   Bila hari ini kita ingin mendapat kelepasan dan  pemulihan dari Allah, mulailah dari Allah dan bersama Allah.  Allah belum selesai dengan kita!  Kehidupan ini satu paket.  Bila kita dengan Allah, maka kita berada di pihak yang benar, pihak yang baik dan pihak yang menang!
Hidup ini satu paket.  Bila kita memiliki orang tua yang berantakan, itu bukan kutukan.  Bila kita memiliki suami/istri yang mengecewakan, itu bukan akhir dari kehancuran.  Bila jodoh belum juga datang, bukan berarti hidup kita ini gagal.  Bila anak tidak seperti anak orang lain, bukan berarti tidak ada rencana Allah yang indah.  Allah belum selesai dengan kita. 
Apakah kita akan mengakhiri hubungan dengan Allah dan mencari paranormal?  Bila Allah belum menjawab apakah dukun adalah pelariannya?
Ingat, kehidupan ini satu paket!  Allah belum selesai dengan kita.
Bila kita memulai dan bersama dengan Allah, maka Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya!
Amin.  Tuhan beserta kita.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

TINGGAL DAN MEMBANTU

TINGGAL DAN MEMBANTU
Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku
dalam segala pencobaan yang Aku alami.
Lukas 22:28
Di pinggir jalan trotoar bilangan jalan kenjeran-Surabaya, Anda akan menemukan sebuah keluarga berjualan nasi penyet  Madiun.  Mereka berjualan dari sore hari hingga tengah malam.  Peristiwa yang menarik saya adalah seorang gadis kecil berusia sekitar 10 tahun yang membantu orang tuanya.
Apa yang dilakukan gadis kecil ini?  Ia membantu membersihkan meja makanan, menyapu, dan membantu membereskan segala peralatan warung orang tuanya.  Dalam hati saya bertanya: “Bukankah gadis kecil ini seharusnya sudah tidur di tengah larut malam?  Apakah dia besok tidak sekolah?  Apa yang membuat dia rajin dan sukacita membantu orang tuanya?  Karena terpaksa atau dengan pengertian?”
Ketika mengamati kenyataan kehidupan sebuah keluarga penjual nasi, saya melihat betapa beruntungnya banyak remaja dan siswa-siswi yang saya jumpai di sekolah maupun di gereja.  Banyak anak yang malas membantu orang tuanya, di sekolah malas belajar, di rumah kerjanya main game dan tidur puas.  Andai saja mereka melihat apa yang saya lihat, mereka akan lebih mensyukuri dan menggunakan hari-hari yang ada.
Gadis kecil ini tinggal bersama orang tuanya selama jam kerja malam mereka.  Ia menahan rasa ngantuk dan lelah demi membantu nafkah orang tuanya.  Setahu saya penghasilan untuk menjual nasi penyet di sana dapat dikatakan sedikit.  Kendati demikian, gadis ini tetap tinggal dan membantu.  Gadis ini mendukung orang tuanya.
Sungguh suatu penghiburan dan kekuatan bila ada orang yang mendukung khususnya pada saat mengalami kesulitan.  Inilah yang diharpkan Yesus di malam terakhir Yesus akan disalibkan.
Yesus mengalami pencobaan yang luar biasa berat di taman Getesemani.  Ia tahu waktunya sudah tiba.  Ia membutuhkan dukungan dari para murid.  Sayangnya, mereka bukannya mendukung dan memahami apa yang sedang dialami Yesus, mereka justru ribut soal siapa yang terbesar diantara mereka yang kelak diangkat di kerajaan Tuhan.
Yesus menjelaskan arti menjadi pemimpin yang melayani.  Yang lebih besar, lebih dewasa, lebih hebat justru melayani.  Yesus yang seharusnya mendapat dukungan dan dilayani pada masa-masa sukar ini, justru menunjukkan tindakan melayani dan menyempatkan diri menghibur, menasihati dan mengajar mereka.
Tinggal bersama dan membantu orang lain memiliki lika-liku dan seni tersendiri.  Bisa jadi disalahpahami, justru merepotkan karena beda persepsi, dsb.  Singkatnya tinggal bersama dengan maksud mulia harus siap menanggung resiko pengorbanan.  Itulah yang dilakukan para murid mendukung Yesus.  Apakah yang dapat kita lakukan untuk mendukung Yesus dalam perwujudan orang tersisih dan terhimpit?  Kiranya Tuhan menolong kita.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

ULANG TAHUN KE-17

Ulang Tahun ke-17
Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Yohanes  15:5
17
Siapakah yang tidak kenal dengan perayaan ulang tahun pada usia 17? Hampir semua remaja tidak asing dengan istilah ini.  Entah mereka sendiri ataupun temannya yang mengadakan ulang tahun, bisa dikatakan sebagian besar remaja usia ini pernah menikmati pesta sweet seventeen.
Kado adalah bagian yang menyemarakkan acara ulang tahun itu sendiri.  Bukan suatu kewajiban bagi mereka yang diundang, tetapi secara tidak langsung tradisi memberi hadiah terus berlaku di berbagai tempat dan acara.  Ada kalanya justru pihak yang berulang tahun memberikan sejumlah hadiah kepada undangan.
Selain kado, juga adalah acara potong kue dan permainan yang melengkapkan sweet seventeen.  Semuanya dibuat untuk sukacita dan kegembiraan bersama khususnya remaja yang berulang tahun.
Di balik semua kemasan perayaan ulang tahun, ada dua perbedaan mencolok yang umumnya dilakukan oleh orang yang mementingkan dimensi rohani.  Perbedaan itu adalah: ada doa sebelum makan ataupun bahkan ibadah, sementara yang tidak mementingkan dimensi rohani lebih menekankan pesta bahkan tidak jarang adanya diskotik kecil-kecilan.
Hal menarik dari sejumlah perayaan, yakni mengundang rohaniwan entah pendeta atau penginjil untuk datang menghadiri, mendoakan bahkan memimpin kebaktian pengucapan syukur.
Memang benar apa yang dikatakan oleh Yesus mengenai orang percaya berbuah bila dekat dengan Tuhan.  Kesempatan ulang tahun bukan sekedar perayaan dan pesta tetapi dilihat dari sudut pandang Firman Tuhan: berbuah.  Perayaan ulang tahun menjadi sarana pengucapan syukur kepada Ilahi sekaligus pelayanan dengan menjadi saluran berkat. Melalui renungan Firman Tuhan, sejumlah remaja lain boleh diberkati dalam perayaan ulang tahun.  Melalui pembagian makanan kepada yatim atau orang-orang yang membutuhkan telah membuat Tuhan tersenyum, hati gembira dan lega dalam perayaan ulang tahun.
Memang berbeda antara orang yang di dalam Kristus berbuah dengan orang yang mengaku Kristen tetapi tidak menyentuh dimensi spiritual.  Apapun yang dilakukan orang yang melihat dari dimensi rohani—entah acara ulang tahun, pernikahan, kelahiran, kedukaan—cenderung menghasilkan buah bagi kemuliaan nama Tuhan, menghasilkan kepuasaan lebih besar dalam bersyukur dan keefektivitasan makna perayaan itu sendiri.  Kiranya kita semua boleh belajar melihat perayaan hidup dari sudut rohani.  Tinggal dalam Kristus dan berbuah lebat… lebat… hingga banyak orang boleh menikmati buah yang nikmat, harum dan enak!
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

SEPERTI AYAH MENDIDIK ANAKNYA

SEPERTI AYAH MENDIDIK ANAKNYA
Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.  Mazmur 32:8
Saya melihat seorang ayah tengah mendidik anaknya mengenai sopan santun ketika mengotak-atik barang orang lain.  Ayah ini melarang anaknya untuk menyentuh sebuah handycam yang dipasang di sebuah tripod. 
Dengan antusias  anak ini ingin mengetahui benda yang jarang dilihatnya.  Anak ini tidak menghiraukan perkataan orang tuanya, karena begitu heran dan asyik mengamati benda kecil yang menampilkan gambar bergerak.
Melihat perkataan dirinya yang tidak digubris apalagi justru melihat anaknya makin mendekati tiga kaki penyangga dari aluminium ringan itu, sang ayah segera “menylentik” telinga anaknya.  Kontan saja anaknya terkejut dan langsung diam.
Saya kagum, sang ayah tidak memukul, menampar, apalagi memaki-makin supaya anaknya tidak mendekati handycam kecil itu.  Anak ini beruntung memiliki ayah yang sayang dan perhatian kepadanya.  Tidak lama setelah dilarang, anak kecil ini digendong dan dipeluk oleh ayahnya.
Kurang lebih seperti inilah yang dilakukan Tuhan kepada kita dalam mendidik dan membimbing jalan hidup.  Pemazmur Daud menggambarkan dengan jelas arti sikap Bapa terhadap anak-anak-Nya.  Bapa yang baik bukan saja memberitahu yang mana benar dan yang mana salah, tetapi juga memberikan pengampunan dan kesempatan bagi yang terjatuh di dalam dosa.  Tuhan tidak berdiam diri, tetapi mendidik dan bila perlu menghajar anak-anak-Nya supaya bertobat dan kembali di dalam pelukan kasih-Nya.
Ketika Daud jatuh di dalam perbuatan dosa, ia merasakan ketidaknyamanan dan ketidakdamaian dalam hatinya.  Ia menggambarkan keadaannya sebagai tulang-tulang yang lesuh sepanjang hari.  Sampai ia mengakui dosanya dan bertobat, barulah Daud merasakan yang namanya berbahagia!
Ketika Tuhan memandangkan wajah-Nya kepada orang percaya, Ia sedang mendidik dan menunjukkan jalan yang harus ditempuh.  Jikalau orang percaya itu begitu asyik dan terbuai terhadap hal-hal duniawi, maka Tuhan akan memperingatkannya.  Jikalau orang percaya itu masih belum sadar akan bahaya yang sedang diperingatkan, Tuhan akan “menylentik telinganya”.  Sesudah orang percaya itu sadar dan mau berubah, diampuninyalah dan dipeluk dalam dekapan kasih Bapa.
Relasi kehidupan kita dengan Tuhan  adalah sama dengan relasi kehidupan Daud dengan Tuhan.  Hubungan  Tuhan dengan kita adalah Bapa terhadap anak.  Ada kalanya Bapa tersenyum melihat kita yang unik.  Bisa jadi mengerutkan dahinya ketika kita mulai “nakal” dan “menylentikan” tangan-Nya ketika kita tidak dengar-dengaran.  Marilah kita belajar tidak terbuai di dalam dunia, tetapi belajar mendengar dan mentaati Firman-Nya.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail