SATU LAGI PERBUATAN BAIK HARI INI

Satu Lagi Perbuatan Baik Hari Ini
Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
Matius 10:42
Pernakah Anda memperhatikan sebuah keping mata uang?  Ada berapa sisi keping itu?  Ya, dua sisi keping di setiap logam mata uang di negara manapun.  Kehidupan diumpamakan dengan sebuah mata uang dengan dua sisi.  Sisi yang satu dengan sisi yang lain tampak berkontradiksi padahal adalah paradoksi.
Yesus memberikan gambaran yang jelas mengenai keberadaan-Nya di dunia ini.  Ia membawa misi dari Allah Bapa untuk menyatakan keselamatan dari Tuhan, pemulihan manusia yang dirusak dosa, sekaligus menyatakan pemisahan dan hukuman bagi pendosa yang tidak bertobat.
Satu sisi, nampaknya kehadiran Yesus yang menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang lumpuh, menghidupkan orang mati, bahkan mengusir roh jahat yang merasuk manusia.  Sisi lain, Yesus dengan jelas menyatakan kehadiran-Nya seperti membawa pedang penghakiman (Mat.10:34-41).
Seperti sekeping logam dengan dua sisi, kehidupan tidak dapat dijalani tanpa memahami paradoksi (kelihatan bertolak belakang, tetapi saling melengkapi).  Allah hadir dengan kasih sekaligus tidak meninggalkan keadilan dan penghakiman-Nya.
Demikian pula hukum berkat dan memberkati adalah seperti sekeping logam dengan dua sisi.  Orang yang memperoleh berkat tidak boleh melupakan perbuatan baik menjadi saluran berkat.  Orang yang berbuat baik dengan tulus dan untuk Tuhan akan memperoleh berkat Tuhan.
Hukum tabur tuai juga disinggung oleh Paulus (Galatia 6:7) sebagai hukum Allah yang berlaku adil dan bijaksana.  Tuhan mengetahui isi hati setiap kita dan Tuhan tidak dapat dipermainkan dengan segala topeng kepalsuan manusia, baik itu menutupi setiap perbuatan jahat maupun perbuatan baik yang tidak tulus.
Hari ini, ketika kalimat demi kalimat memberondong dalam tulisan di atas, patutlah kita bertanya pada diri sendiri: Apakah saya mau melakukan perbuatan baik sekali lagi hari ini?  Dengan tulus atau dengan maksud tertentu untuk mencari keuntungan pribadi atau untuk kemuliaan Tuhan?  Kiranya Tuhan yang mengenal isi hati kita bekerja menolong kita untuk memberkati orang lain yang membutuhkan.  Amin.  
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

LEBIH BAIK MATI DI TANGAN TUHAN DARI PADA..

LEBIH BAIK MATI DI TANGAN TUHAN
DARI PADA HIDUP DALAM PELUKAN IBLIS
Lalu berkatalah Daud kepada Gad: “Sangat susah hatiku, biarlah kiranya aku jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab sangat besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia.”  
I Tawarikh 21:13

Jikalau Anda melakukan kesalahan dan harus menanggung hukuman, manakah yang Anda pilih: 3 tahun hidup kelaparan, 3 bulan dikejar-kejar musuh atau 3 hari mengalami sakit?  Mungkin kita cenderung memilih yang paling cepat dan paling ringan: 3 hari sakit.
Inilah yang terjadi pada bangsa Israel selama 3 hari terkena wabah penyakit sampar.  Peristiwanya dimulai dari penghitungan jumlah Israel.  Sensus penduduk pada dasarnya tidaklah jahat, tetapi dibalik dari niat Daud menghitung jumlah kebesarannyalah yang membuat kekejian di mata Tuhan.
Penulis kitab Tawarikh menyebutkan tindakan Daud diprovokasi oleh Iblis.  Penulis kitab II Samuel menyebutkan tindakan Daud adalah bagian dari ijin Tuhan karena sikap Israel yang keji dihadapan Tuhan.  Entah apa yang terjadi sesungguhnya, namun dari kedua kitab ini dapatlah diketahui bahwa baik bangsa Israel maupun Daud melakukan dosa di hadapan Tuhan.  Ini perihal motivasi dari hati yang di dalam.
Pengakuan dosa oleh Daud (I Taw.21:8), telah membuat Tuhan memberikan pilihan untuk memperoleh hukuman yang setimpal dengan kesalahan dan dosa Daud serta Israel.  Bisa jadi jikalau Daud memungkiri dosanya, Tuhan langsung menghukum dengan keras tanpa adanya pilihan hukuman.
Singkatnya, Daud merasa bertanggung jawab atas bencana penyakit sampar.  Ia bersedia menanggung hukuman atas dosanya.  Ia tidak menyalahkan dan mengambinghitamkan orang lain.  Bahkan Daud memilih lebih baik dihukum, bila perlu mati di tangan Tuhan dari pada hidup dalam pelukan Iblis.
Sekarang ini banyak orang yang mengaku Kristen tetapi sengaja mengeraskan hati atas dosa-dosa yang dilakukannya.  Bukannya mengakui di hadapan Tuhan dan bertobat tetapi merasa diri benar dan jika hidup sulit, menyalahkan Tuhan dan orang-orang gereja.
Marilah kita mengevaluasi hidup kita: Adakah dosa-dosa yang kita perbuat dan belum membereskannya di hadapan Tuhan?  Sudahkan kita mengakui dosa-dosa itu dihadapan Tuhan dan bertobat?  Mungkin dosa itu tidak kelihatan karena orang lain tidak tahu.  Mungkin pula dosa percabulan, gambar porno, hati yang meremehkan dan motivasi yang digerakkan oleh Iblis, dan celakanya jikalau kita justru menurutinya.  Bukankah ini ujungnya menuju maut yang ngeri?!  Lebih baik dipulihkan dan diajar Tuhan dari pada dibuai Iblis.  Lebih baik mati di tangan Tuhan dari pada hidup di dalam pelukan Iblis.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MEMAHAMI KEHIDUPAN DARI KEMATIAN

Memaknai Kehidupan dari Kematian
sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus. Roma 15:6
Suatu kali saya hadir dalam acara penamatan siswa-siswi SLTP.  Di sana seorang kepala sekolah hendak memberikan pengumuman mengenai kelulusan siswa-siswi kelas 3.  Sejumlah sekolah lain terpaksa menerima kenyataan: beberapa—bahkan beberapa puluh—siswa/i-nya yang tidak lulus.  Sebelum selesai memberikan pengumuman, bapak kepala sekolah yang sedang berbicara tiba-tiba berhenti.  Jantungnya berhenti.  Ia meninggal.
Peristiwa ini sangat mengejutkan semua orang yang hadir.  Saya pun tidak habis pikir dan shock.  Hanya dalam hitungan detik, suasana di sana sangat ramai, para guru histeris.
Mengamati peristiwa yang tidak diinginkan ini membuat setiap manusia semakin menyadari batas hidup manusia yang tidak tentu.  Seperti jam yang diputar Sang Pencipta.  Berhenti pada waktu-Nya.  Demikian manusia dalam keadaan apapun, bagaimanapun, di manapun dalam keadaan siap atau tidak harus berhenti.
Bagi saya secara pribadi, setidaknya ada dua pelajaran hidup di dalamnya.  Pertama, Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kedukaan selama ada di bumi.  Ke dua, Manusia memiliki waktu terbatas sebelum semuanya kembali dipertanggung jawabkan kepada Pencipta.
Paulus dalam suratnya kepada jemaat Roma mengingatkan setiap orang percaya mengenai arti hidup, memuliakan Tuhan.  Hidup manusia dirancang dengan tujuan memuliakan Tuhan.  Di sanalah semua batasan kelahiran dan kematian menjadi bermakna hanya jika manusia berusaha menggenapi tujuannya diciptakan oleh Tuhan di dunia ini.
Bagi saya, tiada hal lain yang lebih berarti selain mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya bagi keluarga yang ditinggalkan, mendoakan keluarga agar diberi kekuatan dan penghiburan serta semakin menyadari arti hidup ini.  Memaknai kehidupan dari kematian adalah pelajaran penting bagi setiap manusia.  Hidup memuliakan Tuhan adalah jawaban dari memaknai kehidupan dari kematian.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

DENGAR SUARA TUHAN?

Dengar Suara Tuhan?!
Di antaramu janganlah didapati seorangpun … menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, ataupun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati.  Ulangan 18:10-11
Pernah saya mendengar seorang ibu yang sedang frustasi berat karena suaminya mempunyai selingkuhan dengan wanita lain.  Dalam keadaan stres ini ia bertemu dengan orang Kristen yang memerintahkan untuk melakukan beberapa hal yang katanya adalah perintah langsung dari Tuhan.  Benarkah ini?  Apakah orang Kristen itu memang punya karunia dengar suara Tuhan?  Bagaimana pula dengan sejumlah “dukun” Kristen yang mengaku   perkataannya adalah didengar langsung dari Tuhan?
Praktik perdukunan dan peramalan sangat dilarang Tuhan.  Di Perjanjian lama memang banyak orang yang mendengar suara Tuhan dan itu benar.  Kendati demikian, jika tidak waspada bisa jadi tidak sungguh-sungguh dengar suara Tuhan tetapi justru suaranya sendiri dalam hati, dijadikan suara Tuhan.
Jaman Yerobeam tidak jauh beda dengan keadaan sekarang.  Banyak pembesar yang hidup di luar kebenaran dan sejumlah nabi yang mengaku mendengar suara Tuhan.  Seorang abdi dari Yehudah mendengar suara Tuhan dan pergi bernubuat tentang masa depan Mesias (I Raj.13:2).  Raja Yerobeam yang mulanya tidak percaya, menjadi takut dengan abdi itu.  Yerobeam lumpuh ketika memarahi abdi dari Yehudah.
Ketika abdi Allah itu pulang, seorang dari Betel mengaku mendengar suara Tuhan dan meminta nabi dari Yehuda itu makan dirumahnya.   Sebelumnya Tuhan berbicara agar nabi dari Yehuda itu tidak makan apapun di Betel. Permintaan bapak tua dari Betel tidak berani ditolak apalagi setelah dengar: “ini dari Tuhan lho!!”  Esoknya, sewaktu nabi dari Yehudah pulang, ia diterkam mati oleh seekor singa karena melanggar perintah Tuhan.
Apapun dan bagaimanapun keadaannya, suara Tuhan tidak pernah bertentangan dengan Firman-Nya sendiri.  Jadi, apa yang tertulis di Alkitab menjadi tolak ukur untuk mengetahui seseorang mendengar suara Tuhan atau suara hatinya sendiri.  Jangan-jangan yang didengar suara setan.
Alkitab adalah Firman Tuhan dan itu tidak boleh ditambah atau dikurangi lagi.   Yesus Kristus adalah perantara kita sehingga dapat langsung datang kepada Bapa (Ibr.4:14-16).  Dengan demikian, kita sebagai orang percaya tidak boleh mencari orang tertentu (‘dukun’ Kristen) untuk mengetahui kehendak Tuhan.
Jika ada orang mengklaim dengar suara Tuhan seperti:“semalam saya mendengar suara Tuhan, kamu harus berpacaran dengan si Q.” Atau “Saya tahu kamu sakit kanker dan suamimu hendak meninggalkanmu.  Tuhan berkata agar kamu tinggal di kota anu beberapa hari.”   Hati-hati!  Jangan sampai Anda justru lebih mencari “dukun” Kristen dari pada Tuhan Yesus.  Meski ‘peramal’ itu tahu banyak tentang Anda, jangan lugu.  Kehendak Tuhan adalah Anda mengetahui kebenaran (Alkitab) dan kebenaran itu akan memerdekakan Anda (Yoh.8:32).
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail