TETAP FIT MELAYANI

TETAP FIT MELAYANI
“tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” Yesaya 40:31
 
Kesibukan luar biasa bisa membuat diri kita dalam keadaan jenuh; letih dan lelah.  Saya pernah mengalami hal tersebut ketika dalam waktu yang singkat harus menyelesaikan banyak program di beberapa komisi; banyak pertemuan rapat dan konsolidasi bersama pengurus-pengurus komisi.  Belum lagi ditambah beberapa kali ke luar kota untuk survei pelayanan dan bermacam persiapan khotbah.  Kesan saya waktu itu adalah rasanya ingin minum aspirin (obat penenang) dan berlibur.
Indah sekali Firman Tuhan yang tertulis di atas; bak iklan “Energizer” yang terus memiliki kekuatan dan kesegaran demikian pula orang yang di dalam Tuhan.  Rahasianya satu sebenarnya: bersekutu menunggu Tuhan.
Kerap kali kesibukan yang luar biasa tidak mengenal kata “menunggu” apalagi dikejar oleh batas tenggang waktu penyelesaian pekerjaan.  Padahal justru di dalam istirahat manusia memperoleh kembali kesegarannya dalam hidup.
Pengertian menunggu dalam Firman Tuhan di atas adalah menanti dengan sabar; terus berpengharapan dan istirahat di stasiun perhentian.  Saya pernah naik kereta api kelas ekonomi di Jawa.  Setiap kali ada stasiun, kereta itu akan berhenti sejenak untuk menunggu penumpang dan kemudian menunggu aba-aba untuk berangkat.  Begitu banyak yang harus disinggahi dan lambat rasanya.
Keadaan sekarang berbeda jauh dengan masa silam, kita hidup dalam era yang serba cepat dan instant.  Mengikuti irama hidup yang sangat cepat tanpa adanya istirahat akan menghasilkan kejenuhan/stagnasi/”burn out”.
Ada kalanya kita perlu istirahat; berlibur bahkan cuti di dalam pekerjaan.  Ada kalanya kita bersikap diam; tenang; terus menantikan dan menggumuli Firman Tuhan.  Kita perlu mengambil waktu evaluasi lebih banyak dan mendekatkan diri dalam persekutuan dengan-Nya pada saat-saat itu.  Kekuatiran dan ketergesaan hanya akan menghasilkan kekecewaan dan keletihan.
Tetap fit melayani tidaklah berarti beraktivitas tanpa berhenti.  Kita adalah manusia fana dengan segala keterbatasan dan kekurangan.  Hanya ketika kita berhenti dan menengok kembali pada kasih karunia Allah, maka kita akan disadarkan dan dikuasai oleh kasih-Nya.  Di sanalah sebenarnya kehadiran Allah dirasakan dan dihayati.
Bagaimanakah dengan Anda?  Apakah Anda merasa jenuh; letih; lelah dan stagnasi?  Mungkin kini saatnya mengambil waktu istirahat atau berlibur.  Mungkin pula kini saatnya mengambil waktu khusus bertemu Tuhan dalam iman.  Mungkin juga tidak perlu melakukan apa-apa selain menunggu dan menunggu dan menuggu.  Ada kalanya kita harus memasuki dimensi rohani, yakni bergumul bersama Tuhan dalam doa dan Firman Tuhan.  Kiranya Tuhan menolong kita tetap fit dalam Tuhan, tetap fit melayani Tuhan.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENGUPAS ARTI PERSAHABATAN

 

 

MENGUPAS ARTI PERSAHABATAN
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesukaran.” Amsal 17:17
Orang seperti apakah yang menjadi teman dekatmu?  Pendiam atau yang suka bicara?  Jika anda seorang pendiam kemungkinan lebih suka mencari teman bicara yang ramai; demikian pula sebaliknya: orang yang ramai cenderung suka mencari teman yang pendiam. 
Terlepas dari kebalikan sifat atau jenis kelamin, pada umumnya kita mencari orang yang memenuhi kebutuhan kita, dan bisa jadi justru orang yang mempunyai kecocokan dengan diri kita.  Kecocokan itu dapat berupa kegemaran; keahlian; kerohanian; karakter maupun kebiasaan.  Sering juga persahabatan terjalin akrab karena nyambung-nya bicara; pemikiran maupun tujuan.
Persahabatan seringkali ditandai dengan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.  Hubungan timbal balik dapat terjadi karena senasib sepenanggungan.  Ada pula hubungan kesalingan ini dimulai dari salah satu pihak yang berinisiatif  untuk berbuat baik kepada orang lain terlebih dahulu.  Apapun penyebab dan alasannya; persahabatan muncul dan berkembang sejalan dengan kesalingan yang menguntungkan ke dua belah pihak.
Kata “sahabat” dalam ayat di atas mempunyai pengertian adanya sikap menghormati; menghargai; mencari kesejahteraan/kebaikan kawannya.  Rupanya kesalingan dalam persahabatan di kitab Amsal ini dilandasi dengan motivasi tersebut.  Hubungan yang kokoh kerap kali memang didasari dengan kasih yang menaruh respek.  Dua orang teman yang mendasarkan hubungan hanya pada minat tanpa adanya rasa hormat dan penerimaan, kerap kali menimbulkan konflik; ketersinggungan dan kekecewaan.  Persahabatan yang tidak mempunyai landasan kuat tidak akan bertahan lama dalam permasalahan dan perbedaan.
Ada sebuah cerita mengenai sejumlah burung yang terbang dengan formasi V. Diantara sejumlah burung yang terbang itu ada seekor burung dengan suara jelek dan gaya terbangnya payah.  Pada waktu sedang terbang, ada pemburu menembak salah satu burung tersebut.  Komandan burung memerintahkan dua ekor burung lain untuk menolong dan mendampingi burung yang jatuh tertembak itu.
Dalam cerita ini ke dua burung yang diutus untuk menolong burung yang tertembak tidak jadi menolong justru melarikan diri.  Ke dua burung itu ketakutan dengan letusan bertubi-tubi dari pemburu.
Melihat keadaan itu, burung dengan suara jelek dan gaya terbang yang payah merasa kasihan dan turun menolong burung yang tertembak.  Pada akhir cerita, burung ini sekalipun suara jelek dan gaya terbangnya payah, dia menjadi pemimpin dari kelompok burung lain. 
Cerita ini mengekspresikan bagaimana persahabatan yang baik itu dilukiskan.  Ada orang yang hanya menolong sahabatnya atas perintah orang lain atau karena menguntungkan diri.  Jika tidak membawa keuntungan, pastilah sahabat itu ditinggalkan.  Ada pula orang yang mendasari persahabatannya karena kasih yang menaruh respek.  Persahabatan seperti ini tidak jarang menghasilkan kesetiaan dan keakraban yang dalam. 
Terlepas dari kelemahan dan kekurangan, persahabatan yang didasarkan pada kasih yang hormat menembus batas kepicikan dan menghasilkan kebaikan yang benar.  Persahabatan sejati ini sudah diteladankan oleh Yesus Kristus kepada kita, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.  Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yohanes 15:13-14). 
Yesus Kristus memberikan teladan persahabatan sejati melalui pengorbanan diri-Nya.  Inilah bukti nyata Allah yang berinisiatif mau bersahabat dengan manusia.  Ini pula dasar yang kuat persahabatan antara sesama orang percaya, yakni Kristus Yesus yang sudah mati dan bangkit buat kita.  Yesus Kristus mau menjadi sahabat Anda dan saya.  Maukah Anda menerima jenis persahabatan ini?
Bila ya, maka kita harus masuk dalam dimensi persahabatan yang berbeda dengan cara pandang dunia.  Jenis persahabatan ini bukan angan-angan, bukan pula cari untung, tetapi persahabatan yang ditindaklanjuti dengan melakukan apa yang Tuhan kehendaki.  Persahabatan dengan Allah dan atas inisiatif-Nya ini harus diresponi dengan kasih yang menaruh respek.  Bilah kita mau bersahabat dengan Allah, maka kita harus menaruh sikap respek/hormat kepada-Nya.  Respek itu diwujudkan secara nyata seperti yang Tuhan Yesus mau, “… jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”
Maukah Anda menjadi sahabat Allah?  Maukah Anda menjalani persahabatan yang kekal ini?  Yuk, kita bersama-sama belajar menjalani relasi persahabatan seperti yang diinisiatifkan Yesus.  Selamat berproses! 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

KAPAN SAATNYA REGENERASI

KAPAN SAATNYA REGENERASI?
“Ketika Elisa melihat itu, maka berteriaklah ia: ‘Bapaku, bapaku! Kereta Israel dan orang-orangnya yang berkuda!’  Kemudian tidak dilihatnya lagi, lalu direnggutkannyapakaiannya dan dikoyakkannya menjadi dua koyakan.”
II Raja-raja 2:12
Regenerasi atau yang disebut pergantian dari senior kepada yunior terkadang menjadi polemik bila dilaksanakan pada saat yang tidak tepat dan tidak siap.  Generasi senior bisa jatuh dalam lubang yang disebut post power syndrome yakni keadaan tidak siap digantikan oleh yunior dan berada dalam situasi tidak berkuasa atau berfungsi dalam pelayanan yang sebelumnya.  Bisa jadi juga Yunior jatuh dalam lubang syndrome absalom yakni suatu keadaan berambisi yang menjegal jatuh senior agar bisa memimpin/menggantikan fungsi pelayanan yang ada.
Bila regenerasi dilaksanakan pada saat yang tidak tepat dan belum siap, bisa terjadi konflik bahkan kekacauan di dalam sistem dan fungsi pelayanan.  Sebaliknya bila generasi senior dan yunior sama-sama tidak mengambil inisiatif kerjasama, maka akan menimbulkan kekosongan fungsi pelayanan, kemorosotan bahkan kehancuran pelayanan itu sendiri.
Pertanyaanya adalah: Kapan saat yang tepat terjadinya regenerasi? Apa yang perlu dipersiapkan oleh masing-masing generasi dalam mensukseskan dan melancarkan apa yang sudah ada?  Belajar dari suksesi pelayanan dan kepemimpinan Elia kepada Elisa, setidaknya ada beberapa prinsip yang dapat kita petik bersama.
Pertama, Tuhanlah yang menjadi inisiatif regenerasi.  Elia memanggil Elisa untuk dipersiapkan menjadi nabi Allah penggantinya.  Regenerasi adalah inisiatif Allah kepada manusia agar rencana dan kehendak Allah berjalan melewati sejarah dan masa depan, agar maksud Allah untuk menolong, menyelamatkan dan memulihkan manusia boleh terwujud.  Orang-orang yang dipilih, dipanggil dan dipakai Allah untuk melaksanakan tugas ini harus melihatnya sebagai suatu kehormatan dan tujuan hidup (Roma 8:28-29; I Petru 1:2; Efesus 2:10).
Kedua, Regenerasi berjalan dengan baik bila ada 3K, yakni: Kerjasama, Komunikasi dan Kerendahan hati.  Elia dan Elisa adalah gambaran teladan regenerasi dari senior kepada yunior.  Kerjasama bukan kerja sama-sama di suatu tempat dan kesempatan yang sama sementara yang satu dan yang lain melakukan kesibukan yang tidak ada kaitan sama sekali.  Kerjasama berarti yang senior mau dengan rendah hati melatih dan membagikan pengalamannya.  Kerjasama berarti yang yunior mau dengan rendah hati berlelah-lelah belajar melayani.  Kerjasama adalah tindakan efektif bersama dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Komunikasi berarti adanya pembicaraan timbal balik dan kesaling-mengertian satu dengan yang lain.  Elia bersedia membuka komunikasi kepada Elisa dengan bertanya apa yang bisa dilakukannya.  Elisa meminta peneguhan dan tanda dalam regenerasi.  Dalam komunikasipun di butuhkan kerendahan hati, baik untuk mendengar maupun cara menanggapi.  Dengan demikian faktor penting dalam regenerasi dalam hal kerjasama dan komunikasi harus diikat oleh kerendahan hati.
Ketiga, Regenerasi orang yang tepat (bukan yang sempurna)bukanlah perkara mudah. Ada kalanya mencari orang untuk melanjutkan “tongkat estafet” saja sulit.  Ada kalanya orang-orang yang siap menggantikan ada, tetapi sulit membedakan antara yang kelihatan bagus di luar dengan yang sesungguhnya bagus di dalam (motivasi dan hati).  Tidak ada salahnya kita meminta tanda dari Tuhan mengenai siapa orang yang tepat untuk regenerasi
Elisa meminta tanda dan pengesahan dari Elia mengenai suksesi pelayanan.  Permintaan Elisa memang sangat sulit sehingga Elia berkata, “Yang kauminta itu adalah sukar.  Tetapi jika engkau dapat melihat aku terangkat dari padamu, akan terjadilah kepadamu seperti yang demikian, dan jika tidak, tidak akan terjadi.” (ayat 10).
Elisa mendapat tanda yang pasti, ia melihat Elia diangkat ke sorga dengan kereta ber-api dan kuda ber-api.  Inilah pengesahan yang jelas dari Tuhan kepada Elisa yang bisa jadi waktu itu masih ragu apakah dia layak dan adalah orang yang tepat untuk menggantikan hamba Tuhan yang besar seperti Elia.
Tuhan yang berinisiatif untuk regenerasi, Ia pula yang memilih orang-orang yang dikehendakinya dalam regenerasi.  Tuhan bukan saja mampu menghadirkan tanda, Ia juga mampu meneguhkan di tengah-tengah keterbatasan kita melalui cara kerjanya yang unik.  Pertanyaan sekarang adalah pada saat kita dipanggil Tuhan untuk menggantikan pelayanan, maukah kita taat dan bergumul bersama Tuhan?  Pada saat kita diminta Tuhan untuk menyerahkan pelayanan kepada generasi muda, maukah kita mentaati dan mengerjakannya?  Kiranya Tuhan menolong kita berada di tempat yang seharusnya.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

GEREJA YANG DILAWAT TUHAN

GEREJA YANG DILAWAT TUHAN:
MELIHAT SURAT TUHAN YESUS KEPADA JEMAAT EFESUS
Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Sebab  itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. Wahyu 2:4-5
Apakah Anda ingin dilawat oleh Tuhan?  Apakah Anda ingin merasakan kuasa dan kehadiran Tuhan?  Apakah Anda ingin hal tersebut nyata dalam Gereja-Nya?  Melalui surat Tuhan Yesus yang disampaikan oleh Yohanes kepada Jemaat Efesus akan menjadi perenungan kita mengenai kondisi seperti apa yang mana Tuhan berkenan hadir dan terus bekerja dalam hidup umat-Nya.
Hari ini di negara-negara barat dan khususnya Inggris banyak dijumpai gedung-gedung Gereja yang besar tetapi sepi pengunjung.  Sebagian besar orang di sana menganggap Gereja sudah tidak up to date alias kuno dan kolot.  Gereja ditinggalkan ketika orang-orang Kristen tidak lagi mengikuti gelombang gerakan Tuhan.  Mereka lebih menjalani kehidupan religius/agamawi dari pada menjalani semangat spiritualitas Kristen sejati.
Hal ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh Tuhan Yesus Kristus kepada jemaat Efesus dalam hal profesionalitas Kristen yang bernafaskan kasih mula-mula (Why.2:4).  Meskipun jemaat Efesus terkenal dengan kerja kerasnya untuk pelayanan; ketekunan dalam iman; perlawanan yang keras terhadap penyesat dan ajaran sesat tetapi mereka meninggalkan kasih mula-mula.  Baik teladan kasih yang pernah dijalani oleh generasi pendahulu maupun kasih pertama ketika orang-orang Kristen bertobat telah mereka tinggalkan.
Tuhan Yesus memulai suratnya dengan kata “Aku tahu..” (Why.2:2) yang mempunyai pengertian sangat mendalam, yakni: mengetahui dengan sempurna keadaan jemaat atau yang disebut dengan istilah kaki dia emas.  Sementara surat kepada malaikat jemaat mengacu kepada majelis jemaat yang bertugas melayani.
Tuhan Yesus bukan sekedar tahu apa dan bagaimana pekerjaan dan jerih lelah melayani tetapi juga sikap hati mereka.  Mereka bergiat bergiat bagi Tuhan tetapi kehilangan komitmen kasih.  Tuhan melihat keadaan hati mereka yang sesungguhnya.  Mereka sedang meninggalkan fondasi dari kerohaniannya.
Teguran Yesus sangat jelas, bila mereka tidak bertobat maka Gereja akan ditinggalkan Tuhan.  Gedung gereja boleh ada dan bahkan besar atau untuk sementara banyak orang tetapi bila kehilangan kasih mula-mula sama saja sedang menaruh Kristus di luar Gereja itu sendiri.  Gereja boleh kecil, boleh besar tetapi tidak boleh meninggalkan kasih mula-mula.
Bagaimana dengan keadaan kerohanian kita dan gereja kita?  Apakah kita sedang melayani dengan profesional atau asal-asalan?  Adakah kita berjerih lelah untuk Tuhan?  Apakah kita sedang meninggalkan kasih mula-mula?
Suatu waktu ada orang Jepang datang ke Jakarta, tiba di air port Soekarno-Hatta.  Ia naik taxi lokal ke tempat tujuannya.  Sementara dalam perjalanan lewatlah mobil Honda.  “wuuussss…!”  orang Jepang ini melihat dan berkomentar dengan bangga, “Honda very fast..! Made in Japan”.  Pengemudi taxi mengiyakan sambil terus mengemudi.  Tidak berapa lama kemudian menyaliplah mobil Toyota.  “wuuuussss…!”  Orang Jepang ini dengan senang berkomentar lagi, “Toyota very fast.  Made in Japan!”  Sopir taxi agak jengkel sambil mengatakan, “ya betul.”  Kemudian lewatlah mobil Mitshubisi.  Orang Jepang ini dengan senang berkata, “Mitshubisi, very fast.  Made in Japan!”  Sopir taxi dongkol dan mengiyakan lagi.  Kemudian tibalah mereka di tempat tujuan.  Waktu orang Jepang ini mau bayar taxi, dia terkejut, “Hah..!  800 ribu?!  Kenapa mahal sekali”.  Dengan enteng sopir taxi berkata, “ARGOMETER, made in Indonesia.  Very fast…!”  Ilustrasi lucu di atas sebenarnya mengingatkan kita akan prestasi dan iri hati.  Seringkali banyak orang iri hati dan tidak berprestasi.  Melihat rumput tetangga lebih baik dan kemudian mengkritik gerejanya sendiri.  Tidak mengerjakan pelayanan secara serius dan profesional tetapi membandingkan gerejanya dengan gereja besar orang lain.
Marilah kita kembali berefleksi kepada diri kita masing-masing: Apakah kita sudah meninggalkan persekutuan yang hidup dengan Tuhan atau jangan-jangan hidup Kristen kita suam-suam?  Apakah kita sudah berambil bagian dalam membangun Gereja-Nya atau justru lepas tangan dan hanya mengeluh?  Kiranya kita boleh dengan rendah hati mengevaluasi diri di hadapan Tuhan tanpa menunjuk-nunjuk si A atau si B.  Tuhan memberkati.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail