MENENGOK KEMBALI ARTI GARIS KETURUNAN ADAM

Menengok Kembali Arti Garis Keturunan Adam
(Baca: Kejadian 5:1-32)
 
Apakah Anda pernah membuat bagan “pohon keluarga”?  Saya pernah.  Dari beberapa kumpulan data seputar asal muasal keluarga, terdapat sejumlah keterangan baru tentang hidup dan diri pribadi.  Pohon Keluarga adalah catatan mengenai siapa orang tua, kakek-nenek, sepupu bahkan hingga keluarga jauh beserta sejumlah catatan sejarahnya.
Pohon Keluarga yang dituliskan dalam kitab Kejadian 5 ini juga mencantumkan sejumlah nama dan keturunan dari Adam hingga Nuh.  Memang tidak semua keluarga dituliskan secara detil oleh penulis kitab Kejadian (Musa), namun bila mengkaji rangkaian pasal pertama hingga ke lima dapatlah disimpulkan adanya maksud Tuhan dalam hidup orang-orang-Nya.
Setidaknya ada hal-hal yang dapat kita pelajari dari pohon garis keturunan Adam hingga Nuh.  Kehidupan mereka sungguhlah kehidupan saleh-saleh yang bersekutu erat dengan Tuhan bahkan dipakai Tuhan secara luar biasa di tengah-tengah jaman yang rusak.  Hal pertama dapat kita pelajari dari genealogi ini adalah mengenai perkembangan manusia yang terbatas.  Manusia hidup di dunia ada batasnya.  Entah ia akan mati atau diangkat ke surga, tetapi masa hidupnya terbatas.  Manusia akan menjadi tua dan menurun kekuatan fisiknya. 
Hari ini banyak orang yang mengerjakan hidup tanpa menyadari dengan sungguh akan keterbatasannya.  Ada orang yang bekerja mati-matian dari pagi hingga malam demi meraup sejumlah milyaran uang.  Mereka mengorbankan persekutuan dengan Tuhan, mengorbankan waktu dengan keluarga dan mengorbankan kesehatan karena didorong oleh nafsu dan ambisi.
Sesungguhnya ketika seseorang tidak menyadari keterbatasannya, ia telah masuk di dalam jebakan Iblis persis seperti Adam dan Hawa.  Iblis mempengaruhi manusia sedemikian rupa bahwa mereka tidak akan mati dengan memakan buah pengetahuan baik dan jahat.  Manusia jaman sekarang dipengaruhi sedemikian rupa untuk meraih dunia dan kegemerlapannya sehingga lupa siapa diri yang sesungguhnya.
Melalui pohon keturunan keluarga (genealogi) Adam hingga Nuh, sebenarnya hendak menyatakan bahwa dalam perkembangan hidup manusia akan silih berganti dengan generasi yang baru.  Yang lama akan berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang untuk menggantikan dan melanjutkan tongkat estafet kehidupan.  Semakin ditahan-tahan, maka kehidupan bukan bertambah baik tetapi menjadi kaku dan ketinggalan jaman.
Hal kedua yang dapat kita pelajari dari garis keturunan ini adalah kehidupan manusia berasal dari satu garis keturunan Adam.  Sesungguhnya manusia adalah satu spesies dari satu keluarga besar Adam.  Perbedaan akan selalu ada dalam berbagai dimensi dan aspek-aspek sekitarnya, namun hal itu haruslah menjadi kekayaan bukan perpecahan. 
Hari ini banyak orang berselisih paham dan bermusuhan karena perbedaan suku, agama, dan ras.  Banyak orang saling bermusuhan dan terpecah belah di dalam prasangka negatif.  Pada saat ini muncul dalam hidup kita, marilah kita bercermin kembali kepada akar kehidupan dan sejarah yang sama. 
Di komunitas orang percaya pun bisa terjadi perpecahan dari prasangka buruk antara orang miskin dan kaya, antara yang pandai dan yang kurang pandai.  Semuanya ini tidaklah boleh terjadi di dalam tubuh Kristus sebab kita telah disatukan kembali bukan saja dari Adam, tetapi dari Yesus Kristus (Adam kedua).  Satu di dalam Tuhan, satu Tubuh Kristus, satu Roh, satu baptisan dan Allah Bapa.
Hal ketiga yang dapat dipelajari dari garis keturunan ini adalah bahwa dari keturunan mereka inilah akan muncul Mesias sesuai dengan yang dinubuatkan (Matius 1:1-17; Lukas 3:23-38).  Orang-orang yang dituliskan adalah bagian dari keturunan dan penggenapan nubuatan kehadiran Mesias.  Setiap mereka sekalipun adalah orang-orang yang dipilih Allah juga memiliki kelemahan dan kekurangan.  Justru di dalam kekurangan inilah kuasa Allah menjadi sempurna di dalam penggenapan-Nya.
Hal keempat yang dapat kita pelajari dari garis keturunan dari Adam hingga Nuh adalah juga hendak menunjukkan bahwa mereka ini berharga di mata Tuhan.  Alkitab menuliskan nama-nama mereka, bukan kumpulan atau nama kelompok.  Mereka disebutkan satu-satu namanya karena mereka masing-masing berharga dan Tuhan punya rencan yang indah buat hidup mereka.
Demikian dengan setiap kita diciptakan Tuhan bukan dengan sia-sia dan tanpa tujuan.  Tuhan punya rencana dan tujuan yang disiapkan sebelum permulaan jaman (Kejadian 1:26-28; Mazmur 139; Efesus 2:10; II Timotius 1:9).  Setiap kita diciptakan dengan tujuan untuk menggenapi rencana Tuhan.  Inilah kehidupan yang berhasil, bila kita berjalan di dalam rencana Tuhan dan bukan berdasarkan pikiran manusia.
Hari ini banyak orang berpikir bahwa hidup yang berhasil adalah kalau banyak punya uang, kalau sekolah tinggi dan punya pengaruh yang penting di masyarakat.  Tidak heran orang berlomba-lomba mencari uang siang malam; banyak orang belajar dan mengeluarkan uang habis-habisan untuk dapat gelar; bahkan banyak orang yang berebutan menjadi wakil rakyat untuk dapat posisi di dunia politik.  Semua ini bukan ukuran keberhasilan, tetapi ukuran ketamakan, kerakusan, takabur.
Hidup yang berhasil adalah hidup yang menjalani sesuai dengan bakat/talenta dan panggilan yang Tuhan sudah siapkan sebelumnya.  Menjadi tukang sapu pun adalah baik bila dilakukan dengan sungguh, dengan hati yang melayani, dengan profesional.  Kekayaan dan semua berkat Tuhan adalah bonus dari pengabdian hidup kita untuk berkarya bagi Tuhan.  Tujuan kita bukan bonusnya, tetapi karya.  Motivasi kita bukan manusianya, tetapi Tuhan.  Kiranya melalui sekilas pandang runtutan garis keturunan Adam hingga Nuh boleh menambah kita berhikmat di dalam Tuhan, di dalam menjalani hidup ini, di dalam memandang keberadaan kita sebagai ciptaan.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

KEBANGUNAN ROHANI

KEBANGUNAN ROHANI

(Baca: Kejadian 4:25-26)
Apa yang timbul dalam pikiran Anda ketika mendengar Kebangunan Rohani?  Sebagian orang mungkin akan berpikir adanya seorang pengkhotbah dan sejumlah orang hadir dalam acara Kebaktian Kebangunan Rohani.  Khotbahnya bagus, banyak orang tertarik dan digerakkan.  Kemudian orang-orang ini datang ke depan mimbar dan menyatakan komitmen baru.
Bila kita melihat kembali arti dari Kebangunan Rohani, maka tidak bisa tidak harus melihat pada Kebangunan Rohani pertama yang terjadi di Kitab Kejadian.  Kebangunan Rohani pertama pasca kejatuhan Adam dan Hawa adalah di jaman Enos.
Pada waktu itu manusia berdosa dan diusir dari Taman Eden.  Kehidupan keturunan Adam bak neraka.  Di sana bisa dibayangkan Adam dan Hawa saling menyalahkan karena hidup mereka yang susah.  Kain membunuh Habel karena iri, kebencian dan dendam yang timbunnya.  Bisa dibayangkan pula keluarga ini saling mencela, meneriaki dan bersikap kasar satu dengan yang lain pada waktu-waktu sulit itu.
Kehidupan keturunan Adam diceritakan kitab Kejadian dengan makin merebaknya kehidupan manusia dan menyebar di berbagai tempat.  Di masa itu pula tercatat manusia mulai berpoligami, meski Allah merancang manusia monogami dalam pernikahan.
Rupanya terdapat Kebangunan Rohani setelah generasi ke tiga manusia, yakni Enos.  Tepatnya Kebangunan Rohani itu terjadi pada waktu Set berumur 105 tahun.  Adam yang berumur 905 tahun masih hidup pada waktu Enos lahir (Kejadian 5:4-6).  Secara runtut kronologis dan penjelasan kitab Kejadian, bisa diprediksi bahwa sudah banyak keturunan Adam pada waktu itu, termasuk juga mungkin yang tidak dicatat oleh Alkitab.
Mengapa disebut sebagai Kebangunan Rohani pada waktu itu?  Setidaknya ada beberapa hal yang dapat ditengarai secara jelas.  Pertama, Alkitab mencatat bahwa pada masa Enos lahir maka di masa itu pula orang-orang mulai menyebut nama TUHAN.  Bukan satu orang saja yang mencari Tuhan, tetapi rupanya banyak orang.  Terjemahan Alkitab bahasa Inggris sehari-hari dan kontemporery menyebut dengan istilah people.  Peoplemengacu kepada orang-orang pada umumnya di dalam suatu populasi.  Dengan demikian terlihat jelas adanya Kebangunan Rohani di masa Enos dengan banyaknya orang yang mulai bertobat dan mencari Tuhan.
Hal kedua yang menjawab mengapa disebut Kebangunan Rohani di masa Enos adalah dari arti nama Enos sendiri.  Akar kata dari nama Enos artinya “lemah”.  Maksud dari nama ini hendak mengatakan bahwa Enos mengindikasikan keadaan manusia itu rapuh, lemah, bisa mati (mortal).  Nama ini menunjukkan manusia sadar siapa dirinya dan keterbatasannya.  Bila Adam dan Hawa jatuh dalam dosa karena tidak sadar dirinya bukan Allah, maka di jaman Enos, manusia sadar dirinya hanya ciptaan yang ada batasnya.  Hanya ketika seseorang menyadari dirinya terbatas, berdosa dan membutuhkan Tuhan, maka di saat itulah permulaan terjadinya Kebangunan Rohani.
Hari ini banyak gereja berlomba-lomba mengadakan Kebangunan Rohani.  Maksud dan kerinduan ini sangat baik sebab setiap kita bukan saja perlu disegarkan kerohaniannya, tetapi membawa jiwa-jiwa yang terhilang kembali kepada Kristus.
Hanya saja yang perlu diperhatikan dalam Kebangunan Rohani bukan pada cara tertentu atau gaya kebaktian tertentu. Kebangunan Rohani tidak serta merta berhasil hanya dengan pengkhotbah yang pandai bicara, artis atau penyanyi terkenal yang bersaksi atau terampilnya panitia menghadirkan banyak orang di suatu tempat.
Kebangunan Rohani barulah disebut Kebangunan Rohani bila banyak orang di satu populasi (bukan beberapa orang saja) bahkan satu populasi itu bertobat dari dosanya dan mengikut Yesus Kristus.  Pertobatan ini bukan sekedar angkat tangan di suatu KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani), melainkan suatu keadaan di mana orang-orang merasa dirinya sangat berdosa, lemah, sedang menuju neraka dan perlu Yesus menyelamatkan.  Mengikut Yesus berarti setelah moment pertobatan, maka banyak orang-orang ini mulai ke gereja, bertumbuh dalam Firman Tuhan, mencari dan bersekutu dengan Tuhan melalui doa dan bersama-sama melayani.  Persis dengan kejadian yang pernah ada di Kisah Para Rasul 2:41-47.
Hari ini banyak orang mengklaim KKR yang diadakan di gerejanya berhasil karena mengundang pembicara besar, ada artis terkenal, penyanyi kelas nasional dan ribuan orang hadir.  Banyak gereja merasa KKR yang diadakannya berhasil karena persembahan yang diterima surplus dari semua biaya yang dikeluarkan. 
Banyak orang hari ini merasa KKR berhasil dengan banyaknya orang yang menangis dan angkat tangan.  Kenyataannya, banyak diantara mereka yang setelah pulang dari momentpenting ini dan kembali kepada kehidupan yang lama.  Sebagian dari mereka memang sudah percaya, mereka sedikit lebih rajin ke gereja, tetapi bila sibuk di kantor atau dagangannya maka hilang dari peredaran di gereja.  Tidak hadir ke gereja, tidak melayani, tidak berdoa, apalagi membaca Alkitab.
Bila kita merindukan Kebangunan Rohani yang sesungguhnya, marilah kita minta Tuhan dan menyiapkannya dengan sungguh-sungguh.  Mungkin butuh proses yang lama dan harus dimulai dari kita.  Lihatlah Adam harus menunggu 775 tahun baru terjadi Kebangunan Rohani di komunitasnya.  Bila melihat kehidupan Habel dan juga Set dan Enos, setidaknya kita bisa memperkirakan bahwa Adam dan Hawa mati-matian sebagai orang tua mengajar anak-anaknya hidup mengenal dan mengikut Tuhan.
Bila kita merindukan Kebangunan Rohani yang sesungguhnya, maka hal itu bukan dimulai dengan membentuk panitia KKR (Hal ini bukan berarti saya tidak setuju atau menolak KKR).  Kita harus memulai dengan keluarga kita, anak-anak kita harus dididik mengenal dan mencintai Tuhan Yesus Kristus.  Bila orang tua-orang tua Kristen menyediakan waktu khusus untuk mencari dan bersekutu dengan Tuhan, untuk membaca Alkitab bersama, berdoa dan belajar mengandalkan Tuhan dalam keputusan-keputusan mereka, maka Kebangunan Rohani ada di depan mata.  KKR hanyalah pendobrak akhir dan salah satu metode di masa lalu.
Jadi kesimpulannya, Kebangunan Rohani yang sesungguhnya membutuhkan waktu, komitmen yang serius dan terus menerus dari setiap orang Kristen.  Mulailah dari keluarga Anda, anak-anakmu, orang tuamu, istri atau suamimu, adik atau kakakmu, ponakanmu, kakek atau nenekmu.  Mungkin pada saat itu banyak tantangan.  Banyak orang diremehkan, tidak dianggap, perlu menjadi teladan dulu, dsb.  Kendati demikian bukan tidak mustahil bahwa justru Kebangunan Rohani bertahan lama dan mempunyai efek yang dalam karena orang-orang Kristen mempersiapkannya sejak sekarang.  Kiranya Tuhan menolong dan mendengar seru doa kita.  Selamat mempersiapkan Kebangunan Rohani.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

POLIGAMI ADA DI ALKITAB?

Poligami Ada di Alkitab?
(Baca: Kejadian 4:17-24)
Beberapa waktu lalu kita mendengar kontroversi sejumlah orang yang berpoligami di Indonesia.  Ada yang merasa tidak apa-apa karena diijinkan oleh agama mereka, ada pula yang tidak setuju karena alasan moral dan hati nurani.  Lihat saja bilangan beberapa orang seperti A.A.Gymn; pemilik rumah makan “Wong Solo”; ataupun ulama pondok pesantren di Semarang, Pujiono.  Menurut sebagian aliran agama Islam, poligami adalah sah dan diteladankan oleh nabi Muhammad.
Bagaimana dengan kekristenan? Apakah di Alkitab mengijinkan poligami?  Bagaimana dengan Yakub, Daud, Salomo dan beberapa tokoh di Perjanjian Lama khususnya?  Bila kita melihat sejarah kronologis hidup manusia, memang dalam perkembangannya Alkitab mencatat ada sejumlah orang-orang yang berpoligami.  Bahkan poligami juga dilakukan oleh orang-orang yang dipilih dan dipakai Tuhan.  Apakah ini berarti Allah setuju dan mendukung poligami?
Marilah kita melihat sekilas dari perikop kitab Kejadian.  Pada mula penciptaan, manusia dirancang Allah untuk monogami.  Arti kehidupan berkeluarga adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan bersatu di dalam Tuhan membentuk ikatan rumah tangga.  Allah tidak pernah merancangkan kehidupan manusia dengan mengedepankan nafsu dan seksualitas jasmani belakadalam pernikahan.  Allah menyiapkan manusia untuk mencerminkan kemuliaan Tuhan dalam misi yang jelas: memelihara kehidupan.
Sejak Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, maka tatanan kehidupan manusia menjadi rusak dan perlahan namun pasti adalah kerusakan alam secara menyeluruh.  Manusia bukan saja memakan tumbuhan (herbivora), hewan (carnivora), pemakan segala (omnivore) tetapi saling memakan sesamanya mulai dari bentuk permusuhan, benci hingga membunuh.  Bukti nyata dari ketercemaran dosa adalah Kain membunuh Habel.
Generasi ketujuh di bawah Kain adalah Lamekh yang berpoligami.  Istri Lamekh adalah Ada dan Zila.  Alkitab tidak mencatat reaksi Allah secara khusus di perikop ini, bahkan seolah-olah dari keturunan Ada dan Zila lahirlah sejumlah para ahli yang dipakai Tuhan dalam bidangnya masing-masing.
Rancangan Allah terhadap manusia adalah monogami, tetapi sejak dosa masuk dalam hidup manusia maka terjadilah dalam kehidupan sejumlah orang yang berpoligami.  Melihat dari beberapa bagian dari Keluaran 20:17; Imamat 20:10; Ulangan 5:12; Matius 5:31 tampak bahwa Alkitab tidak mendukung manusia berpoligami.  Alkitab mencatat sejumlah kasus poligami justru untuk menunjukkan bahwa nafsu manusia-lah yang membuatnya tidak tahan untuk monogami.
Secara psikologis orang yang berpoligami tidak mungkin tidak membagi kesetiaan dan cintanya kepada lebih dari satu orang di dalam keluarga.  Mereka yang hidup di duakan, khususnya wanita secara normal tidak bisa menerima begitu saja.  Biasanya akan ada tekanan batin dalam bentuk stres atau yang lebih jauh depresi.  Mana ada wanita yang manu diduakan dalam hidup berumah-tangga?  Normalnya tidak ada, tetapi karena terpaksa ada budaya yang mengijinkan maka biasanya wanita cenderung untuk diam atau ikut saja.
Berdasarkan kajian sederhana di atas, dapatlah disimpulkan bahwa Alkitab memang mencatat poligami dalam hidup beberapa orang bahkan beberapa pahlawan yang dipakai Allah.  Kendati demikian, tidak ada satu indikasipun bahwa Allah menyetujui pernikahan poligami.  Rancangan Allah adalah monogami (Kejadian 2:24).
Allah tidak menciptakan beberapa pendamping manusia dari beberapa tulang rusuknya.  Firman Tuhan hanya mengatakan Allah mengambil satu tulang rusuk dan dibuatlah pendamping yang sepadan: Hawa.  Bila poligami adalah rancangan dan disetujui Allah, maka kisah penciptaan akan tertulis: Allah mengambil sejumlah tulang rusuk dari Adam.  Kemudian muncul-lah Hawa 1; Hawa 2; dst. sebagai alternatif dan bila perlu semuanya adalah pendamping Adam.  Syukurlah tidak demikian.  Kiranya Tuhan menolong kita untuk hidup di dalam rancangan dan kehendak-Nya, bukannya semau diri kita.  Hidup Monogami! 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

TERJERAT DALAM DOSA BENCI

Terjerat dalam Dosa Benci
Kejadian 4:8-16
Kebencian terhadap sesama adalah dosa yang berpotensi mematikan.  Pernakah Anda membenci seseorang karena sakit hati?  Firman Tuhan menjelaskan, orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia (I Yohanes 3:15).  Kain semula tidak senang dengan adiknya Habel karena persembahannya diterima Tuhan sementara persembahan Kain tidak diterima Tuhan.  Bisa dibayangkan rasa tidak senang Kain berubah menjadi kebencian yang dipupuk waktu demi waktu.  Puncak dari kebencian Kain terhadap Habel adalah membunuhnya dengan pukulanmaut.
Ketika dosa menggerogoti hidup manusia, maka efek dosa itu seperti kanker yang semakin lama semakin menjalar dan merusak hidup manusia.  Efek dari manusia yang tercemar oleh dosa adalah merusak orang lain dan lingkungan di sekitarnya.  Bila kita mengamati apa yang terjadi dalam Kejadian 4:8-16, terlihat beberapa aspek dari dosa benci.
Ketika ketidak sukaan berubah menjadi iri dan berlanjut pada benci, maka kebencian itu akan menghasilkan pembunuhan pada akhirnya.  Dosa benci dalam diri Kain membuat Kain menjadi manusia yang berbeda jauh dari gambaran rupa Allah.  Beberapa aspek yang setidaknya dapat kita lihat pada bagian ini adalah:
Pertama, dosa benci dalam diri Kain menghasilkan ketidakperdulian.  Kain merasa tidak punya tanggung jawab untuk menjagai adiknya.  Kain mengelak tanggung jawab bukan karena tidak terjadi apa-apa, melainkan sudah ada dosa dalam dirinya.
Hari ini kita menjumpai banyak orang yang hidup di dalam ketidakperdulian.  Ada orang yang tidak perduli dengan lingkungannya.  Orang-orang ini merokok di sembarangan tempat.  Ada pula yang membuang sampah di selokan sehingga berpotensi membuat bibit penyakit dan banjir.  Orang-orang yang lain meludah di jalan dan menyebarkan bakteri karena air ludah yang menguap di udara. 
Ketidakperdulian juga menimpa banyak aspek di keluarga terdapat orang tua-orang tua yang tidak memperhatikan dan mendidik anak-anaknya di dalam Tuhan.  Di masyarakat masing-masing hidup dan mengurus urusannya sendiri sehingga tidak saling kenal dan tidak perduli.  Tidaklah heran kemudian muncul cerita ada seorang wanita dibunuh di lingkungan padat penduduk sementara wanita ini teriak-teriak minta tolong, semua orang yang mendengarnya merasa bukan urusannya.  Ketika polisi datang, wanita ini sudah menjadi mayat dan warga baru tahu ternyata sudah terlambat untuk menolong.
Sikap cuek adalah efek nyata dari manusia berdosa yang perlu diubah di dalam Kristus.  Sikap yang seharusnya adalah perduli terhadap sekitarnya.  Membuang sampah pada tempatnya, ikut menghijaukan lingkungan dengan berbagai tanaman, tidak meludah sembarangan, menyapa tetangga dan menyediakan waktu untuk bersosialisasi adalah baik.  Hal ini bukan bermaksud bahwa kita harus ikut meng-gosip di pertemuan antar tetangga, tetapi ada bentuk keperdulian di tempat kita berada: entah di kantor, rumah, sekolah, dst.
Kedua, efek dari manusia yang jatuh dalam dosa benci adalah berujung pada ketakutan.  Takut adalah rasa sadar yang diberikan Pencipta kepada manusia bahwa ada sesuatu yang perlu diwaspadai atau diperhatikan atau diantisipasi.  Memang tidak semua orang yang takut pasti karena dosa benci, tetapi kebencian dan perbuatan jahat dapat berakibat rasa takut orang lain juga akan menyakitinya. 
Kain takut diusir dari tempat asalnya oleh Tuhan.  Kain takut dibunuh dan dicederai orang lain karena ia merasa jauh dari Tuhan.  Perbuatan dosa yang kita lakukan terhadap orang lain mengakibatkan kita takut orang lain berbuat dosa persis seperti yang kita lakukan terhadap orang lain.  Kain membunuh Habel dengan kebencian.  Bisa jadi orang lain akan membunuh Kain pula.
Rasa takut kerap membuat manusia tidak hidup sebagaimana seharusnya.  Ketakutan membuat banyak orang tidak berbuat apa-apa.  Ketakutan membuat orang bertindak salah.  Ketakutan membuat orang tidak melakukan yang seharusnya yang Tuhan mau.  Beberapa ketakutan adalah masuk akal mengingat dunia yang sudah rusak dan jahat.  Manusia perlu waspada, tetapi tidak perlu dikuasai ketakutan.
Hari ini kita hidup di dunia yang tidak ideal karena dunia yang tengah dirusak oleh dosa.  Syukur, karena cinta Allah yang besar maka Tuhan masih masih memberikan keselamatan melalui Yesus Kristus.  Tuhan menyertai orang yang mau mencari-Nya.  Janji penyertaan Tuhan bukan hidup yang selalu lancar, tetapi hidup tidak sendiri.  Keperdulian Tuhan tampak dalam setiap karya-Nya di dunia ini hingga dunia berakhir adalah bagian dari integritas Allah. 
Marilah kita hidup di dalam rencana-Nya yang baik di tengah-tengah jaman yang tidak baik ini.  Biarlah Tuhan menolong kita agar hidup di dalam keperdulian dan ketaatan bukan didalam kecuekan dan ketakutan.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail