LEX TALIONIS


Lex Talionis
Matius 5:39
Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

Ketika istirahat makan siang di acara pembinaan, sejumlah remaja bertanya jawab dengan saya. Salah satu pertanyaan adalah: Apa yang dimaksud dengan berikan pipi kiri jika ada orang yang menampar pipi kanan? Apakah ketika seseorang mengganggu, kita bilang: “Tambah lagi donk! Mau.. mau.. mau!”
Banyak orang salah memahami perkataan Yesus ini dalam konteks jaman sekarang. Untuk mengerti kebenaran ayat ini, pembaca haruslah mengetahui konteks budaya dan rangkaian ayat sebelum dan sesudahnya. Kebiasaan hukum jaman itu adalah mengadili orang yang bersalah dengan cara yang setimpal atas perbuatannya, sehingga pihak yang dirugikan mendapat ganti rugi. Hukum ini disebut lex talionis.
lex talionis atau hukum balas dendam sebenarnya mempunyai dasar niat yang baik agar orang tidak membalas dendam dengan orang lain. Misalnya jika seorang dari suku A dilukai oleh orang lain dari suku B, maka masyarakat di suku A akan melakukan pembalasan dengan orang suku B itu. Akhirnya, semua orang di suku B juga membalas semua orang-orang di suku A. Pembuatan hukum ini untuk menghindari lingkaran maut balas dendam.
Dalam perkembangannya lex talionis disalahgunakan dengan tindakan serupa yang saling merugikan. Seorang yang memukul musuhnya hingga gigi patah, akan dibalas pukul pula hingga gigi pemukul itu patah juga. Akibatnya, gigi yang memang sudah patah harus “haus” dengan gigi baik yang dirusakkan.
Mengenai tampar pipi kiri dan kanan berkaitan dengan budaya rabinis, telapak tangan sebelah luar dan dalam. Orang yang ditampar dengan menggunakan telapak tangan sebelah luar lebih pahit dan merupakan penghinaan dua kali lipat dari pada tamparan telapak tangan sebelah dalam. Pukulan boleh keras, tetapi kerap kali yang membuat sakit hati adalah penghinaan.
Jadi maksud Yesus dengan perkataan berikan pipi kirimu adalah kalaupun ada orang lain yang memberikan penghinaan sangat berat pada dirimu, jangan melanjutkan lingkaran setan balas dendam.
Apakah ini mudah? Tentu saja tidak akan pernah mudah selama kita memfokuskan ego dan memikirkan terus betapa sakitnya penghinaan itu. Di sinilah orang percaya diberikan kemampuan atas pertolongan Roh Kudus untuk tidak membalas dan masuk dalam siklus balas dendam.
Saya pernah berboncengan motor dengan seorang remaja. Kemudian lewatlah mobil angkutan (pete’-pete’ : Makassar) sambil meludah kami. Entah sengaja, entah tidak sengaja yang pasti membuat saya sangat emosi dan mau membalas dengan keras. Namun, dalam hati terpikir: “untuk apa saling membalas?! Sabar. Tenang.”. Saya kagum ketika bertanya pada remaja yang juga terkena ludah di muka, ia tidak emosi dan menganggap angin lewat.
Perkataan Yesus bukan basa-basi yang dibuat-buat atau teori tidak masuk akal. Perkataan Yesus adalah perkataan kebenaran dan Ia sendiri tahu dan sadar apa itu rasanya dihina dengan sangat amat. Mari kita belajar mengampuni orang yang bersalah dan tidak melanjutkan lingkaran setan balas dendam.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *