CARILAH DAHULU

CARILAH DAHULU…!

“Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kau katakan, teapi buatalah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya…” IRaja-raja 17:13b
Pernakah Anda mendengar kisah tentang seorang professor yang sedang mengajar di sebuah kelas?  Professor ini membawa aquarium bundar cukup besar dan meletakkannya di atas meja mengajarnya.  Ia mengisi batu-batu besar dan bertanya kepada murid-murid, “Apakah aquarium bundar ini sudah penuh?”  para murid menjawab, “sudah!”  Professor itu berkata, “belum.” 
Kemudian ia mengambil batu batu kerikil yang dipersiapkannya dalam sebuah kantong dan mengisinya.  Kali kedua sang guru ini bertanya, “apakah aquarium bundar ini sudah penuh?” Sebagian murid mulai ragu, ada yang menjawab, “sudah” dan ada pula yang setengah menggelengkan kepalanya.  Professor ini bilang, “memang belum.” 
Kemudian ia mengambil kantong ketiga berisi pasir dan mengisi hingga bibir aquarium bundar itu.  Kali ketiga ia bertanya kepada para murid, “apakah sudah penuh?”  murid-murid masih bingung dan ada yang menjawab penuh, ada pula yang menjawab belum.  Sebagian lain tidak memberi respon.  Professor ini bilang, “belum juga.”
 Terakhir ia mengambil sebuah air gallon dan mengisinya hingga penuh dan bertanya hal serupa kepada para murid, “apakah aquarium bundar ini sudah penuh?”  mereka serentak menjawab “iya!”.  Kemudian Professor ini menyimpulkan ilustrasi peragaan tersebut: “Tempatkan batu besar terlebih dahulu dalam hidupmu sehingga engkau bisa mengisi yang lainnya.  Bila kita mengisi air dahulu, maka yang lain tidak akan terisi.  Bila kita mengisi kerikil, maka pasir dan air dapat terisi tetapi batu besar tidak akan muat di dalam aquarium tadi.  Inilah yang disebut prioritas!”

Dalam hidup ini tidaklah selalu mudah menentukan prioritas.  Ada kalanya kita gagal dan salah mengambil keputusan karena tidak ada prioritas dan prinsip hidup yang jelas.  Janda sarfat hidup di tengah-tengah keadaan yang amat sulit: kelaparan yang sangat hebat.  Janda sarfat ini bersama anaknya tidak memiliki apa-apa kecuali sedikit tepung, minyak dan beberapa potong kayu bakar untuk membuat roti.  Rencananya, selesai makan mereka hanya menunggu waktu untuk mati.

Adalah hal mustahil dan diluar logika manusia apabila ditengah-tengah kelaparan masih mau berbagi kepada orang lain.  Kebutuhan primer (pangan) saja sudah sangat kurang, bagaimana mungkin prioritas diberikan kepada orang lain meskipun Elia disebut sebagai rohaniwan??!
Waktu pertama kita membaca ini, tentu kita tidak habis mengerti dan bertanya, “Mengapa Tuhan?”  Mengapa pada saat sulit justru Tuhan meminta janda sarfat itu mendahulukan Elia?  Bukankah Tuhan bisa mengutus gagak untuk memberi makan dan mengadakan banyak mujizat buat Elia?  Mengapa Tuhan seolah-olah merampas dari seorang miskin lagi tak berdaya ini?  Apa maksud Tuhan?
Bila kita membaca pasal-pasal sebelum dan sesudahnya, terlihat adanya rencana Tuhan yang sangat baik kepada janda sarfat dan anaknya ini.  Justru yang kelihatan jahat dan tidak masuk akal dengan meminta janda sarfat makanan terakhirnya, Tuhan hendak memberkati dengan makanan yang berkecukupan.  Tuhan peduli dan sayang kepada janda sarfat serta anaknya.  Tuhan bisa saja memberkati Elia dengan cara yang ajaib seorang diri, tetapi dalam peristiwa ini Tuhan mau memelihara Elia, janda sarfat dan anaknya dengan cara-Nya.
Bukankah prinsip Tuhan yang dinyatakan Elia juga dinyatakan Yesus?  Lihatlah Matius 6:33, “Tetapi carilah dahulu Kerjaan Allah dan kebenarannya, maka semuaya itu akan ditambahkan kepadamu.”   Inilah Prinsip Prioritas dalam hidup.  Bukan masalah memberi roti, tetapi masalah mengutamakan Tuhan dalam hidup ini.  Carilah dahulu Kerajaan Allah adalah perihal percaya sepenuhnya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan satu-satunya Juruselamat.  Mencari kebenaran-Nya berarti mencari dan mentaati Firman Tuhan.  Maka semuanya yang kita butuhkan, Tuhan akan pelihara dengan cara yang unik dan ajaib.
Bagaimana dengan kehidupan Anda dan saya?  Apakah kita masih hitung-hitungan dengan Tuhan ketika memberikan perpuluhan?  Apakah kita takut dan berpikir: “Tuhan saya kasih kurangnya ya dan bukan lebihnya dari perpuluhan penghasilanku”.  Apakah kita pelit dan tidak berani memberi banyak kepada pekerjaan Tuhan padahal kita memiliki berlimpah?  Adakah kita mau menyediakan waktu untuk berdoa dan membaca Alkitab setiap harinya?  Apakah kita mau melibatkan Tuhan dalam rencana sehari-hari dan termasuk rencana sekian tahun ke depan?  Sudahkah kita menempatkan Tuhan dalam prioritas kita yang utama? 
Hidup ini milik Tuhan, sejarah dan masa depan ada di tangannya.  Segala berkat yang manusia peroleh baik dengan jerih lelah usahanya maupun kelancarannya adalah bagian kecil dari berkat Tuhan.  Jangan sampai lalu kita merasa itu hak kita, sudah seharusnya kita peroleh dan lupa bahwa inipun pemberian Tuhan.  Kalau kita lagi bokek, tidak banyak berkat atau kena musibah jangan sampai pula kita bilang Tuhan berhutang sama kita dan menganggap Tuhan jahat.  Dibalik semua hal terjadi ada rencana baik dan maksud Tuhan yang tidak dapat diselami oleh manusia bagi orang-orang yang mengasihi Tuhan.
Hari ini ketika kita hidup, marilah kita meluruskan prioritas arah hidup kita.  Tempatkanlah Tuhan menjadi nomor satu dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan dan hidup pribadi kita.  Firman Tuhan berjanji “… maka semuanya akan ditambahkan kepadamu”.  Ya, semuanya yang baik menurut waktu dan rencana Tuhan bukan menurut mau-maunya kita.  Kiranya kita boleh sadar dan terdorong hidup di dalam Tuhan Yesus Kristus.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

YARMULKE

YARMULKE: TANDA MENGHORMATI TUHAN
Kejadian 21:1-7; Galatia 6:15
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah. Roma 2:29
Pernakah Anda mendengar istilah Yarmulke?  Ini adalah topi kecil yang disematkan di atas kepala sebagai simbol menghormati Allah (honoring God).  Yarmulke atau Kippah/Kipa biasa dipakai oleh orang-orang Yahudi sejak muda.  Mereka yang memakai Kippa dipandang sebagai orang yang saleh.
Budaya Israel, khususnya tradisi Yahudi dalam pemakaian Yarmulke sangat menarik dan memiliki pengertian yang mendalam.  Kita perlu terus mengingatkan dan diingatkan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.  Pemakaian Yarmulke adalah salah satu cara simbolis untuk mengingatkan kita agar senantiasa hidup di dalam Tuhan.  Namun, apabila simbol Yarmulke hanya sekedar di luar dapat tanpa diikuti dengan sikap hati yang saleh, maka topi kecil di kepala justru dapat menjadi kemunafikan dan hal yang tidak ada gunanya.
Abraham adalah salah satu contoh terbaik di kalangan Yahudi, Islam maupun Kristen tentang kesalehan hidup.  Abraham menghormati Tuhan dengan keluarganya, pekerjaannya, dan bahkan seluruh hidupnya.  Abraham menyunatkan Ishak pada hari ke delapan setelah Ishak lahir sebagai simbol perjanjian Tuhan dengan umat-Nya.  Disunat pun adalah simbol kesalehan di Perjanjian Lama.  Namun, apakah berarti orang yang tidak disunat itu tidak saleh dan orang yang bersunat pasti hidupnya dipandang saleh?  Jawabannya adalah tidak.
Sunat adalah ekspresi luar dari sikap hati yang mau percaya dan taat kepada Tuhan.  Intinya bukan terletak pada perbuatan sunat, tetapi pada sikap hati percaya dan mengikut Tuhan.  Abraham dibenarkan bukan karena sunatnya, tetapi karena imannya. 
Hal yang paling penting di dalam sikap menghormati Tuhan adalah sunat rohani, yakni sunat hati dan telinga.  Sunat yang dilakukan di dalam hati lewat pertobatan dan bukan ritual keagamaan atau sekedar religi simbolik.  Tuhan menghendaki setiap orang percaya yang mau beriman kepada Allah menyunatkan diri secara rohani lewat pertobatan dan iman kepada Isa Almasih/Yesus Kristus/Yesua HaMashiach (Kolose 2:11).
Abraham dibenarkan Allah karena imannya bukan karena perbuatan sunat.  Perihal sunat atau tidak sunat bukan lagi menjadi masalah hidup manusia yang diperkenan Tuhan. Paulus memaparkan dengan sangat gamblang bahwa orang Yahudi yang asli, tulen, sejati adalah mereka yang bersunat secara rohani bukan hurufiah.  Seseorang bersunat baik adanya, tidak bersunat juga tidak salah (I Korintus 7:18, bdk.Galatia 5:6; 6:12,15; Kolose 3:11; Kisah Para Rasul 7:51).  Hal yang utama adalah pertobatan dari mengandalkan dan menuruti nafsu diri, beralih kepada mempercayai, mengikut dan menghormati Tuhan.
Sara dan Abraham diberkati Tuhan secara luar biasa selama masa hidupnya.  Sekalipun mereka menjalani kehidupan yang tidak mudah, banyak kerikil kesulitan dan penderitaan, tetapi iman dan perbuatan mereka untuk Tuhan tidak sia-sia.  Abaraham dan Sara menyebut anaknya yang tunggal itu Ishak yang artinya: tertawa.  Arti nama tertawa bukan terhina, terejek, atau bermakna negatif lainnya, melainkan bermakna positif yakni sukacita, gembira, senang dan puji syukur.  Sara bersukacita untuk berkat Tuhan yang menakjubkan dalam hidupnya dan ia mau juga berbagai “tawa” (baca: sukacita) dengan orang lain (Kejadian 21:6).

Apakah Anda ingin mendapatkan berkat dan janji yang dari Tuhan seperti halnya Abraham dan Sara?  Apakah Anda ingin hidup di dalam Tuhan secara saleh dari dalam hati dan bukan simbolis belaka?  Apakah Anda ingin menghormati Tuhan?  Apakah Anda ingin menghidupi anugerah Tuhan yang besar itu?  Bila jawabannya adalah iya, maka pastikan bahwa diri Anda dan keluarga maupun orang-orang yang  Anda kasihi memperoleh sunat rohani (Kolose 2:11), bukan paksaan tetapi kerelaan dan kesadaran hati di hadapan Tuhan.  Mari kita belajar menjalani hidup yang bersunat telinga dan hati sebagai sikap menghormati Allah.  Kiranya Tuhan menolong kita.  Amin.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

PENGENALAN ALLAH MENGUBAH DIRI

PENGENALAN ALLAH MENGUBAH DIRI
(Yohanes 2:23-3:31)
dan karena tidak perlu seorang pun memberi kesaksian kepada-Nya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia” Yohanes 2:25.
Mengenal diri dan orang lain adalah bagian dari tugas perkembangan manusia yang perlu dipupuk dan dikembangkan selama hidup.  Hal ini penting untuk adaptasi dan sosialisasi eksistensinya di masyarakat.
Pengenalan diri setiap orang dengan orang lain mempunyai kadar yang berbeda; baik dalam kualitas pengenalan keunikan diri maupun kuantitas relasi  dengan orang lain.
Orang dapat mengenal diri dengan cara merenung; mengevaluasi diri ataupun mengadakan analisa terhadap perilaku yang sudah dan sedang dipikirkannya.
Pengenalan diri yang sehat mempengaruhi pengenalannya terhadap orang lain.  Pengenalan orang yang negatif terhadap dirinya akan cenderungnya membuatnya menilai negatif terhadap orang lain.  Sebaliknya, pengenalan diri yang sehat (positif dan apa adanya) terhadap diri akan membuat pengenalan terhadap orang lain lebih objektif/sesuai kenyataan.
Mengenal orang menilai orang lain dapat dilakukan melalui ekspresi wajah; gerak tubuh dan perkataannya.  Mengenal orang lain tidak semudah melihat apa  yang di luarnya; sebab penampilan luar dapat menipu.  Kendati demikian; penilaian luar sedikit banyak adalah cerminan dari hatinya.  Seperti ada pepatah mengatakan: “dari hatinyalah meluap kehidupan”.
Yesus mengetahui apa yang ada dalam hati manusia.  Ia mengenal manusia sebelum dan sesudah waktu sekarang.  Yesus Kristus sudah mengetahui apa yang akan terjadi pada saat ini jauh sebelum dunia ini ada (2 Tim.1:9).  Ia juga mengetahui apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang; bahkan kesudahan dari jaman ini.
Kehadiran Nikodemus pada waktu malam hari menyatakan keberadaan hatinya.  Melalui dialog Nikodemus dan Yesus Kristus, dapat diketahui bahwa Nikodemus adalah seorang ahli Farisi yang kagum dan ingin belajar dari Sang Rabbi (Kristus).  Yesus Kristus mengenal dengan jelas kebutuhan Nikodemus: mencari kerajaan Allah.  Yesus Kristus akhirnya membawa Nikodemus untuk mengenal keselamatan di dalam iman kepada Kristus.  Ini adalah jawaban dari apa yang dicari Nikodemus.
Kehadiran Yesus Kristus dalam hidup kita memampukan dan mengijinkan kuasa Allah nyata di dalam kehidupan.  Ketika seseorang percaya dan mengharapkan anugerah Allah dinyatakan; maka Allah akan bekerja berdasarkan cara-Nya yang unik untuk memberkati bahkan memenuhi kebutuhan kita yang sesungguhnya. 
Cara kerja Allah bukan bergantung dan sesuai dengan keinginan dan pemikiran manusia.  Cara kerja Allah berdasarkan keberadaan-Nya sebagai TUHAN.  Yesus Kristus adalah Tuhan yang mengenal kita dengan sempurna dan ingin yang terbaik boleh terjadi dalam hidup kita.  Maukah Anda datang pada-Nya?  
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENJADI KRISTEN …

Menjadi Kristen: Proses Hidup Melayani Kristus
Yohanes 1:1-18
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya. Yohanes 1:12
Menjadi orang Kristen adalah proses terus menerus untuk percaya dan tinggal di dalam Kristus.  Adalah kepalsuan identitas jikalau seseorang mengaku Kristen di waktu lalu saja; sementara hidupnya tidak di dalam kesungguhan bagi Tuhan pada saat ini.  Adalah kepalsuan identitas jikalau seseorang berpikir akan menjadi pengikut Kristus yang sungguh di waktu yang akan datang; sementara mulutnya hanya mengaku “kristen”. 
Kehadiran Yesus Kristus sebagai penyataan Firman yang kekal itu dikerjakan dengan tujuan menyelamatkan manusia.  Allah yang kudus dan sempurna datang kepada manusia yang berdosa dan bercacat cela.  Kerendahan hati Allah menjadi manusia adalah anugerah terbesar yang dapat ditemukan dalam hidup manusia yang sementara ini.
Kehadiran orang percaya bukan sekedar dahulu mengaku Kristen dan percaya Yesus Kristus dengan segala karya-Nya; tetapi sejak kelahiran barunya menjadi saksi Kristus.  Menjadi Orang percaya berarti terus menerus hidup menjadi saksi.
Tuhan mau kita bukan menjadi orang Kristen  yang asal-asalan. Kekristenan yang asal-asalan tidak akan menghasilkan perubahan yang baik; justru kerap kali menyisahkan dosa terselubung yang makin memperburuk hidup orang tersebut; yakni: hidup dalam Kristen religi.  Kristen tanpa Kristus.
Kehadiran Tuhan selalu membawa perubahan bagi hidup manusia.  Manusia yang berjumpa dengan Kristus tidak pernah lagi menjadi orang yang sama.  Manusia yang berjumpa dengan Kristus memancarkan terang dengan mengenyahkan kegelapan.  Manusia yang yang berjumpa dengan Kristus memiliki kerinduan melayani dan bersaksi bagi Kristus.
Tuhan mau kita menjadi anak-anak Allah; yakni memperoleh anugerah Allah bukan saja dalam hal keselamatan; tetapi mendapatkan kuasa untuk terus menerus hidup sebagaimana seharusnya orang Kristen hidup.  Kuasa dari Allah itu mampu mengubahkan hati manusia; mampu membuat perbedaan yang kontras antara orang Kristen yang di dalam Kristus dan orang sekedar mengaku Kristen.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail