TIDAK APA-APA KELIHATAN ANEH

TIDAK APA-APA KELIHATAN ANEH
“di hadapan TUHAN aku menari-nari” II Samuel 6:21b.
Siapa yang tidak ingin dihormati dalam hidupnya?  Apalagi sebagai kepala rumah tangga, pada umumnya bapak-bapak ingin dihormati oleh seisi rumahnya.  Logikanya, Daud sebagai kepala rumah tangga tentunya ingin dihormati oleh keluarganya.  Ada satu peristiwa dalam kehidupan Daud ketika ia justru dipandang hina dan rendah oleh istrinya, Mikhal.  Istrinya merasa tidak seharusnya Daud sebagai raja menari-nari apalagi meloncat-loncat di depan budak-budaknya.  Bagi Mikhal ini sesuatu yang memalukan.  Dari sinilah Mikhal tidak suka dengan sikap suaminya, bahkan memandang hina Daud.
Suami mana yang tidak emosi bila tidak dihormati bahkan dipandang hina oleh istrinya?  Bisa jadi Daud marah dan protes, bisa jadi pula Daud mengerti dan diam saja.  Alkitab mencatat dengan jelas bahwa sikap Daud yang kelihatan “aneh” ini bukan tanpa sebab, bukan tanpa alasan dan tanpa dasar yang kuat.  Sikap Daud ini semata-mata ditujukan kepada Tuhan.  “di hadapan Tuhan..” (II Samuel 6:21b) Daud melakukan hal-hal yang bagi orang lain bisa jadi memalukan dan tidak bermartabat.  Bagi Daud kebesaran dan keangkuhan tidaklah berlaku ketika datang dan mempersembahkan yang terbaik buat Tuhan.  Sikap Daud ketika datang kepada Tuhan adalah dengan kerendahan hati dan rasa syukur yang besar.  Daud tidak ambil pusing dengan hinaan Mikhal, yang penting di melakukan dengan tulus dan untuk Tuhan.
Hari ini banyak orang merasa malu bila semua teman-temannya ke pub/mall sementara dirinya harus ke Gereja untuk ibadah.  Hari ini banyak orang menganggap aneh bila kita berkata-kata sopan sementara semua orang berkata kasar bahkan kotor.  Hari ini banyak orang akan bilang “aneh” bila kita hidup jujur, sopan, dan takut akan Tuhan.  Hari ini bila ada orang yang minta untuk melayani dan bukan melayani dipandang aneh.
Pertanyaan yang perlu kita evaluasi bersama adalah: Apakah kita berani kelihatan “aneh” di depan banyak orang bila kita melakukan untuk Tuhan?  Aneh di sini bukan melakukan yang salah atau sembarangan, tetapi melakukan sesuatu yang menyenangkan dan berbau harum di mata Tuhan.   Beranikah kita tetap berdoa dan baca Alkitab bila orang di sekitar kita tidak melakukannya?  Beranikah kita berdoa pada saat makan di food court sebuah mall atau tempat umum bila mayoritas bukan Kristen?  Mungkin kita dipandang “barang aneh” oleh orang-orang sekitar kita, tetapi sesungguhnya  dunia ini membutuhkan saksi Kristus yang hidup.
Saya pernah mendengar sebuah cerita kuno di Eropa tentang seorang bocah yang dianggap aneh oleh guru maupun teman-teman sekolahnya.  Kurang lebih ceritanya seperti ini: Bocah ini disebut aneh karena sikap dan perilakunya yang nyentrik.  Ia memiliki kantong yang besar di bajunya.  Banyak barang-barang di kantong yang dia bawah, yang sebagian orang bilang ini tidak penting.  Ada paku, ada bolpen, ada palu, dan masih banyak hal lain yang unik dan tidak dibutuhkan.  Teman-temannya sering mengejek dan menertawakannya.
Suatu kali ketika papan tulis jatuh dari tempatnya, dan butuh palu untuk memperbaikinya.  Bocah ini langsung maju dan menawarkan paku dan palu.  Suatu kali jam dinding tua di kelas putus pernya, bocah ini memiliki per di kantongnya dan bisa dipakai untuk memperbaiki jam antik itu.  Masih banyak kejadian lain yang pada akhirnya membuat guru dan teman-temannya kagum dan salut dengan bocah ini. 
Bocah ini pada mulanya kelihatan aneh dimata banyak orang, tetapi sesungguhnya ia sangat menjadi berkat buat banyak orang.  Hari ini mungkin dunia melihat orang Kristen yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan itu kelihatan aneh, tetapi inilah yang dibutuhkan oleh dunia yang sedang membusuk ini.  Ada kalanya berkat Tuhan Yesus Kristus hadir dengan mujizat dan tanpa campur tangan manusia  ada kalanya justru lewat anak-anak-Nya lah Tuhan mau berkarya, memberkati dan memulihkan orang-orang di sekitar kita.    Tidak apa-apa koq kelihatan aneh asal kita kerjakan dengan tulus di hadapan Tuhan.  Bener lho… di hadapan Tuhan.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENGASIHI BERARTI MENERIMA

Mengasihi berarti Menerima
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu.” Yohanes 13:14
Pernakah Anda berkunjung ke rumah orang yang baru dikenal?  Bagaimana penerimaan mereka?  Biasanya tergantung seperti apa orang itu.  Jika diterima dengan baik, maka tamu itu dipersilahkan masuk; disajikan minuman dan makanan kecil sampai diantar pulang.  Jika tuan rumah tidak menerima dengan baik, maka tamu itu mungkin dibiarkan berdiri di depan pintu rumah bahkan bisa jadi diusir dari depan pintu rumah.
Saya pernah mengalami ke dua hal demikian waktu perkunjungan.  Ada tuan rumah yang sangat baik, ada pula yang mengusir secara “halus” dengan wajah cemberut; tidak menganggap sampai diperdengarkan musik yang sangat keras di rumah yang tidak ramah tersebut.  Memang sangat tidak enak ditolak, apalagi bermaksud baik. 
Berbeda halnya dengan Yesus Kristus; Ia menerima bahkan ingin menunjukkan kepenuhan kasih kepada setiap tamu (baca:murid) yang datang pada-Nya.  Kejadian ini dialami oleh para murid menjelang detik-detik akhir sebelum  Yesus disalibkan. 
Kebiasaan penerimaan orang Yahudi pada waktu itu adalah pembasuhan kaki.  Tamu yang datang di suatu rumah akan dibasuh dengan kain basah yang ditiriskan di sebuah bejana.  Biasanya yang membasuh kaki adalah budak/pembantu milik tuan rumah.  Ini adalah lambang penerimaan tuan rumah atas tamu yang datang.
Kali ini kejadiannya agak unik: yang membasuh bukan orang yang lebih rendah, tetapi Tuan dan Guru dari murid-murid.  Suatu yang radikal dan sulit diterima oleh kebiasaan orang Yahudi di masa itu.  Yesus ingin menunjukkan teladan kasih dengan menerima setiap orang yang percaya.
Pembasuhan kaki bukan upacara/ritual yang harus dilakukan di semua budaya, tetapi teladan hidup mengasihi dengan menerima. Inilah yang diminta Kristus untuk dilakukan oleh semua orang Kristen.  Pembasuhan kaki adalah sebuah lambang penerimaan.
Kabar gembira pertama bagi kita adalah: Kristus menerima kita apa adanya.  Apapun dan bagaimanapun masa lalu kita bagi-Nya tidak menjadi masalah.  Ketika kita datang dan percaya kepada-Nya, Ia menerima bahkan menjadikan kita bagian dari anggota besar keluarga kerajaan Allah.  Yesus ingin membasuh bersih, termasuk menyucikan segala dosa dan debu kecemaran diri kita.
Kabar gembira ke dua adalah: Kristus meminta kita untuk mengikuti teladan-Nya, yakni mengasihi orang lain dengan menerimanya.  Membasuh orang lain dapat dilakukan dengan berbagai cara saat ini: mengabarkan Injil; memberi; mendengarkan; menolong; dst.  Hanya orang yang pernah merasakan kasih Kristus dalam iman percaya barulah dapat mengikuti teladannya.
Kalau kita berkaca dengan pengalaman dan keadaan sekitar kita, mungkin kita berkecil hati untuk “membasuh orang lain”; apalagi bila orang itu berbuat salah kepada kita, berbohong, menipu bahkan menyakiti hati kita.  Memang bila kita melihat manusia kita akan kecewa, tetapi bila kita melihat Kristus yang mengasihi kita, itu akan membangkitkan semangat hidup kita.
Yesus Kristus tahu bahwa kelak Yudas Iskariot yang dibasuhnya, dilayani di meja perjamuan adalah orang yang mengkhianati-Nya.  Syukur kepada Tuhan, Yesus tidak memperhatikan pada kekecewaan diri tetapi kehendak Tuhan.  Inilah yang membuat rencana Allah menyelamatkan manusia tergenapi.
Hari ini bila kita sebagai orang percaya hanya memperhatikan pada diri kita sendiri, sakit hati, kekecewaan, kemarahan, benci dan dendam, tentulah kita tidak dapat berbuat baik, tetapi rasa curiga dan cenderung untuk apatis dalam kehidupan ini.  Bila ini yang terjadi, maka kita dapat menjadi orang Kristen yang tawar.
Namun sebaliknya, apabila kita ingin kehidupan Kristen kita tetap life dan Tuhan hadir dalam kehidupan kita, memulihkan, memberkati dan bahkan menjadi saluran berkat, maka kita harus mengikuti jejak Tuhan Yesus Kristus.
Seperti ada tertulis, “Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu” Yohanes 13:14.  Semua pembicaraan tinggal pembicaraan jika tidak dimulai dari kita.  Ya, kita bersama.  Mengapa masih diam membaca di sini?!  Ambilah “kain” penerimaan dan mulai menjadi tangan kasih-Nya.  Dijamin dech… dahsyat berkatnya bagi komunitas kita!
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

SAMBUT NATAL 2010

Menyambut Bulan Natal 2010
Tak terasa sekarang sudah akhir bulan November 2010.  Sebentar lagi memasuki bulan Natal.  Ketika saya menulis ini: sedang dengar kaset Natal Kenny Rogers.  Judul albumnya adalah Gift, artinya: Pemberian.  Sebuah kata bermakna dalam.  Natal untuk memberi bukan diberi.
Natal adalah bagian dari hidup kita yang seharusnya mengevaluasi; mengingatkan akan pengorbanan Kristus yang mau dengan rendah hati datang ke dunia.  Mencari manusia yang berdosa.  Manusia yang jelas-jelas nantinya menolak; membenci; memfitnah dan menyalibkan-Nya.  Sungguh tragis dari sudut manusia; tetapi sungguh indah dari sudut Allah: kasih Allah dinyatakan tanpa syarat untuk menolong kita.
Malam tenang… Malam suci… Allah hadir dan menjenguk sekali lagi dalam nuansa lagu… Membawa kembali ingatan masa lalu melalui lagu lama yang diulang setiap tahunnya.  Malam itu adalah sebuah sejarah yang membawa dimensi kekekalan.
Bukankah malam natal: malam yang kudus itu, menghampiri setiap manusia di dalam keterlelapannya.  Hanya orang yang mendapat anugerah yang dapat terbangun; mengetahui dan mengunjungi bayi suci di palungan itu.  Merekalah para majus dan gembala yang sadar dan dibangunkan; bahkan dikejutkan oleh anugerah Tuhan yang dahsyat atas sejarah manusia.
 Malam itu sudah menjadi sejarah yang tak pernah terlupakan oleh orang yang hidup hingga saat ini.  Mungkin sebagian orang merayakan tetapi tidak mendapat anugerah.  Mereka tertidur.  Natal hanya sebagai pesta; keuntungan; dan kesenangan pribadi belaka.  Adakah Natal membuat kita bersyukur; takjub; dan merasakan kehadiran-Nya di setiap aspek hidup kita?
Sukacita menderu…. Lagu bergegap… menyatakan kegirangan dari setiap nuansa penggubahnya…. Menyatakan suatu sorak sorai dari setiap orang yang menyadari dan meresponi makna Natal sesungguhnya.  Syukur.. Puji Tuhan… Ajaib… Memang perlu dirayakan.  Perlu dirayakan oleh setiap orang yang terbangun bersama dengan mereka yang tersisih. 
Tunggu apa lagi, mari kita mulai songsong bulan yang bermakna ini dengan nuansa baru.  Marilah kita memasuki Natal dengan penuh ucapan syukur atas segala hal yang Tuhan boleh ijinkan terjadi selama setahun ini.  Marilah kita bersyukur sebab Tuhan mengijinkan yang terjadi bukan tanpa sebab; bukan tanpa rencana; dan bukan kejadian yang tiada makna.  Bukankah segala sesuatu yang terjadi dapat dibuatnya menjadi baik untuk kita (Roma 8:28)?  Melalui kita; Tuhan hadir memberi dan menyapa yang terlelap.  Melalui kita Tuhan Yesus hadir menjadi berkat bagi keluarga; tetangga; kenalan; lingkungan kita.  Selamat menyongsong bulan Natal…!

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

IMITATION OF CHRIST

Imitation of Christ
Yohanes 5:19-47
Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?” Yohanes 5:47
Barang yang dibuat imitasi seperti aslinya, kerap kali selalu ada kekurangan dan cacatnya.  Sekilas orang melihat barang imitasi adalah sama dengan aslinya.  Bentuk dan segala pernik-perniknya juga hampir sama; apalagi jika orang tersebut tidak mengenal dengan baik bagaimana bentuk aslinya.
Demikian halnya dengan orang Kristen yang hendak menjadi serupa Kristus.  Ia harus mengenal dengan baik bagaimana bentuk asli dari keberadaan Yesus Kristus lewat Alkitab.  Hal yang paling utama adalah: ia harus mengenal dengan baik siapakah Kristus sebelum dirinya berusaha mewujudkan hidup Kristen yang sejati.  Memang dapat dipahami bahwa setiap orang tidak dapat menjadi sama persis dengan Kristus yang adalah Tuhan; namun arah yang hendak dicapai setiap orang percaya adalah menjadi serupa dengan Dia  (Ef.4:15; Rom.12:2; Kol.2:6).  Menjadi serupa Kristus adalah sebuah proses hidup orang percaya.
Kristus menyatakan diri sebagai satu kesatuan dengan Bapa di sorga.  Kristus hanya melakukan apa yang Bapa kehendaki; kapan dan bagaimana Ia melakukan-Nya; semua itu dikerjakan dengan mengandalkan kehendak Bapa.
Mengenal Bapa bukan sekedar dapat dilihat dari Perjanjian Baru; namun lebih banyak juga tergambar di Perjanjian Lama.  Keberadaan Bapa di Perjanjian Lama menunjukkan sebagai Bapa yang utuh.  Artinya; Tuhan adalah Tuhan yang menyatu antara apa yang dikatakan dengan yang dilakukan.  Tuhan yang adil sekaligus juga kasih.  Tuhan yang bijaksana; pemelihara; sekaligus menjalankan hukuman berdasarkan ketetapan-Nya. 
Keberadaan Yesus Kristus adalah wujud dari puncak kasih Allah dan sekaligus demonstrasi dari hukuman Allah yang seharusnya ditanggung oleh manusia berdosa. 
Di sinilah misi Yesus di dalam dunia ini.  Ia tidak bertindak karena aturan main masyarakat pada umumnya.  Ia tidak melayani berdasarkan mood dari diri-Nya sendiri.  Ia melayani berdasarkan waktu dan kehendak Bapa.
Bagaimanakah dengan kita?  Adakah kita melayani hanya berdasarkan kalau kita suka; tidak lelah; atau tidak sibuk?  Adakah kita melayani karena hitung-hitungan untung rugi dengan Tuhan; dengan orang lain?
Adakah kita melayani dengan motivasi yang tidak benar?  Adakah motivasi kita untuk berkarya dan menggenapkan kehendak Bapa dalam hidup kita?  Atau dengan motivasi supaya kita dikenal?  Diakui?  Dihormati orang lain karena kita hebat dalam melayani?
Jikalau motivasi kita salah dalam melayani dan hidup berkarya bagi Tuha, mohon kiranya Tuhan mengampuni dosa kita.  Biarlah Firman-Nya mengoreksi kita kembali untuk hidup bagi Tuhan Yesus Kristus saja. 
Menjadi serupa dengan Kristus adalah proses yang terus menerus untuk mewujudkan Allah hadir dan berkarya di tengah-tengah kita.  Menjadi serupa dengan Kristus dimulai dengan meneladani hidup Yesus.  Selamat bertumbuh. 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail