MATI KARENA GADGET ON LINE

MATI KARENA GADGET ON LINE

(Baca: Ibrani 2:18)

gadget

       Beberapa waktu lalu saya menyimak dua peristiwa anak yang kecanduan gadget on line. Yang pertama di Indonesia, seorang cucu membawa sebilah pisau mengancam kakeknya lantaran tidak diberikan uang pulsa. Peristiwa ke dua terjadi di Rusia, seorang anak kecanduan game on line dan menampakkan reaksi kemarahan dan tangisan ketika disuruh berhenti oleh orang tuanya. Dalam kemarahannya, anak ini mengancam untuk membunuh ibunya. Selamat datang di sisi lain dunia internet!

       Kecanduan internet atau disebut IAD (Internet Addicted Disorder) mulai marak dibahas karena banyaknya efek negatif yang terjadi belakangan ini. Meskipun penelitian tentang Internet Addiction masih tidak banyak (John M. Gohol, PsyD, Internet Addiction Guide March 4, 2016), namun tidak dapat dipungkiri banyak peneliti mulai melihat hal tersebut. Sebut saja jurnal Addiction Research & Theory yang mengupas efek patologis dalam dunia maya (Can’t stop scrolling!: pathological use of social networiking sites in emerging adulthood, Hailey G.Homgre & Sarah M.Coyne, Marc 07, 2017) atau kecanduan game on line berkaitan dengan gejala kejiwaan (Do gaming motives mediate between psychiatric symptoms and problematic gaming? An Ermpirical Survey Study, Matteo Ballabio, Mark D.Griffiths, etc. March 27, 2017).

       Miris memang melihat banyak efek negatif dari kecanduan gadget seperti diri tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, isolasi, depresi, hingga keinginan membunuh atau bunuh diri. Di jaman Alkitab belum ada internet, namun kebutuhan dasar dan perilaku negatif bukanlah barang baru bagi manusia yang bergumul dengan dosa dan pencobaan. Penulis Ibrani memaparkan bahwa Yesus adalah Imam Besar yang turut merasakan hakikat pencobaan manusia, hanya bedanya Tuhan Yesus Kristus tidak berdosa. Tuhan sanggup menolong Anda dan saya, termasuk orang-orang yang sedang kecanduan gadget on line.

       Apabila disamping Anda sepanjang hari dikelilingi oleh Facebook, Instagram, Line, Whatsapp, dst yang membuat hubungan suami istri dan anak jadi jauh, waktu terbuang banyak untuk hal-hal tidak bermanfaat, atau bahkan jadi jarang berdoa dan membaca Kitab Suci; maka sudah saatnya untuk bertobat dan mengatur ulang prioritas hidup. Apabila Anda masih mengalami kesulitan untuk berhenti, carilah rohaniwan atau psikiater profesional untuk menolong Anda dari kecanduan ini. Ingatlah! Masih ada jalan keluar dan Tuhan yang sudah menang atas pencobaan sanggup menolong Anda dan saya. Amin.

GADGET DAPAT MEMBUAT HIDUP KITA LEBIH BAIK ATAU MENGHANCURKAN SISI KEMANUSIAAN KITA

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

PAKAIAN PUTIH

PAKAIAN PUTIH
(Baca: Wahyu 3:1-6)
Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu. 
Wahyu 3:4
Pakaian apa yang paling suka Anda kenakan?  Konon warna dan bentuk pakaian menggambarkan keadaan seseorang.  Sebagai contoh: orang yang memakai baju warna kuning; adalah orang yang periang, suka bicara, penghidup suasana tetapi tidak disiplin.  Orang yang memakai pakaian merah berorientasi pada tujuan; transparan; dan optimis.  Orang yang menyukai warna putih dalam berpakaian biasanya tidak suka konfrontasi, sedangkan orang yang suka mengenakan baju biru biasanya tipe orang pemikir; sensitif; analitif dan introspektif.
Pakaian seperti apa yang Anda biasa kenakan, yang bersih dan rapi walau sederhana atau kotor dan bau tidak sedap?  Normalnya, orang lebih menyukai pakaian yang bersih walaupun sederhana.  Kebersihan biasanya menghasilkan kenyamanan dan keadaan baik.  Sebaliknya, baju kotor dan berbau menyengat menunjukkan ketidaknyamanan dan suasana hati yang kacau/bermasalah.
Perikop kitab Wahyu ini juga membicarakan mengenai pakaian dan hubungannya dengan hidup.  Perkataan Tuhan Yesus Kristus ini ditunjukkan kepada jemaat di Sardis karena sebagian dari mereka tidak mengenakan pakaian putih.  Tuhan Yesus bahkan menegur mereka yang mencemarkan pakaiannya.  Mengapa Kristus mempermasalahkan pakaian seperti apa yang harus dipakai orang Kristen? Apa maksdunya? 
Pakaian putih melambangkan hidup kudus.  Pakaian kotor melambangkan kehidupan dalam dosa yang belum bertobat dari kesesatan.  Di sinilah maksud dari peringatan Tuhan Yesus bagi orang Kristen yang tertidur atau dikatakan sudah mati walaupun masih hidup.  Status adalah orang Nasrani, tetapi hidup jauh dari kekudusan dan persekutuan dengan Tuhan.
Kristus mengetahui segala sesuatu yang dilakukan oleh setiap manusia.  Situasi di jemaat Sardis memang banyak tantangan, khususnya penyembahan berhala dan kecemaran seksual yang dibenarkan penduduk di sana.  Kendati demikian, tidaklah seharusnya kematian rohani dan hidup keduniawian dijalani oleh orang Kristen yang sudah pernah mendengar dan menerima pengajaran kebenaran di dalam Kristus.
Bagaimana dengan kehidupan kita saat ini?  Apakah kerohanian kita suam-suam, bahkan sudah mati walaupun kelihatannya hidup?  Mengetahui kebenaran dan belajar banyak mengenai Alkitab (teologi) tidaklah berarti kerohanian sudah dewasa.  Hanya mereka yang mendengar dan mentaati Firman Tuhanlah yang bertumbuh menjadi dewasa rohani.
Pakaian hidup apakah yang saat ini kita kenakan?  Apakah pakaian putih, yang melambangkan hidup dalam kekudusan?  Atau justru pakaian kotor, yang menunjukkan kehidupan dalam dosa?  Jika kita sedang memakai pakaian cemar, maka kinilah saatnya untuk bertobat dan belajar hidup kudus.  Tidak ada yang mustahil bagi orang yang ingin hidup kudus, apalagi jika mau bertobat dan meminta Kristus menguasai hidup kita.  Tuhan Yesus tahu keberadaan diri kita, kelemahan dan kecenderungan kita, dan Ia berkuasa mengubah dan menolong orang yang mau datang kepada-Nya.  Sekarang tinggal kemauan dan ketaatan kita untuk hidup sebagaimana Tuhan inginkan: mengenakan pakaian putih.  Pakaian apa yang Anda mau kenakan?
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail