CINTA KELUARGA

Cinta Keluarga
(Baca: Kejadian 14:1-16)
Pernakah Anda mendengar semboyan “Cintailah Keluargamu!” atau pepatah, “seburuk-buruknya keadaan bagaimanapun juga adalah keluargamu” ?  Ungkapan di atas menunjukkan bahwa keluarga adalah hal yang penting.  Namun hal ini tidaklah mudah ketika anggota keluarga itu merugikan, menyakiti, melukai bahkan mengkhianati diri kita.  Kurang lebih seperti inilah yang dialami Abram dengan Lot yang adalah kerabatnya.
Abram yang lebih tua, lebih senior, lebih mapan, lebih berpengalaman, dan LEBIH, dalam banyak hal pernah berselisih dengan Lot yang adalah anak dari saudaranya.  Lot tentu saja lebih muda, lebih yunior, meskipun tidak kalah kaya tetapi Lot-lah yang mengikut Abram.  Perselisihan dalam keluarga dapat terjadi pada siapa saja, di mana saja, dan dalam situasi apa saja.  Abram berselisih dengan Lot dikarenakan ada banyak kepentingan dan tumpang tindih dalam teritorial.
Sebenarnya Alkitab hanya mencatat bahwa perselisihan Abram dan Lot lebih dahulu dimulai dari perselisihan antara para gembala mereka.  Bisa jadi karena sumur tempat minum hewan ternak menjadi masalah.  Kambing domba mana yang perlu didahulukan mendapatkan minuman bisa jadi memunculkan pertengkaran.  Masalah bisa terjadi ketika ternak milik orang lain menginjak-injak kesuburan padang rumput.  Besar kemungkinan juga adalah karena banyaknya ternak dan hidup berdampingan, maka ada sejumlah hewan yang berpindah tempat ke ladang orang lain.
Singkat cerita, Abram dan Lot berpisah.  Alkitab tidak banyak menceritakan bagaimana perasaan Abram.  Abram mengalah dari Lot dalam hal keputusan meskipun ia lebih senior.  Abram mengalah untuk tidak memilih tanah yang makmur.  Apakah mungkin ada rasa kecewa dari Abram?  Apakah mungkin ada rasa tidak suka dan marah terhadap Lot?  Bisa jadi.
Apapun perasaan dan pemikiran Abram, ia tetap mengasihi keluarganya Lot.  Ketika ada konflik antar penguasa Kedorlaomer dan sekutu penguasa Sodom, Abram tidak tinggal diam.  Abram dengan segera mengambil langkah strategis demi menyelamatkan keluarga Lot beserta seluruh hartanya.  Abram terbukti sayang dengan Lot sebagai keluarganya (bdk.Kejadian 18:16-33).
Hari ini banyak terjadi konflik diantara sesama orang “Gereja“ .  Permasalahan bukan bagaimana menghindari konflik, tetapi bagaimana menghadapi dan menyelesaikan konflik secara benar.  Ironis sekali bila ada keluarga Kristen yang konflik sampai di pengadilan, saling pukul, saling jatuhkan dan melibatkan aparat keamanan.  Konflik menjadi tajam dan besar ketika kedagingan lebih diutamakan dan penyangkalan diri diabaikan.
Alkitab mengajarkan kepada kita untuk cinta keluarga.  Abram mengasihi Lot walaupun sudah merugikan dan bisa jadi mengecewakannya.  Abram bisa tetap mengasihi keluarga dan kerabatnya karena ia hidup di dalam Tuhan.  Ini bukan berarti orang Nasrani suka dianiaya atau harus mematikan perasaannya.  Ini bukan berarti anak-anak Tuhan harus jadi korban dirugikan.  Sikap Abram adalah contoh bagaimana orang percaya bebas memberi respon untuk hidup di dalam Tuhan.  Suatu sikap yang tidak ditentukan oleh keadaan dari luar tetapi dari dalam adalah penting menjadi pembelajaran setiap kita.  Setiap orang bebas memilih reaksi apa yang terjadi atas situasi yang menimpanya.  Ia bisa marah dan kemudian membalas kejahatan atau ia bisa marah tetapi menenangkan diri dan berpikir positif.
Cinta terhadap keluarga adalah ajaran Alkitab.  Cinta terhadap keluarga gampang-gampang sulit.  Dikatakan gampang karena itu adalah keluarga sendiri, orang dekat.  Kalau orang tionghoa bilang, “ce ci ren”.  Dikatakan susah, karena setiap keluarga berbeda kedekatanan dan perlakukan satu sama lain.  Itulah sebab apabila kita ingin bisa mengasihi keluarga dalam keadaan apapun, kita harus belajar kasihNya Tuhan.  Tanpa memahami dan mengalami kasih Tuhan Yesus Kristus, akan menjadi hal yang sukar bahkan mustahil untuk bisa mengasihi keluarga dalam keadaan apapun.   Bagaimana keadaan hubungan keluarga Anda? Lancar dan penuh kasih atau jauh dan saling bermusuhan?  Mari kita mohon Tuhan memampukan untuk bisa mengasihi keluarga dan bahkan menjadi kesaksian kehadiran Tuhan di tengah-tengah kita.  Amin.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *