ORANG TUA YANG TERLUPAKAN

ORANG TUA YANG TERLUPAKAN

(Baca: Markus 7:9-13)

Untitled design

       Dua tahun sudah berlalu, seorang kakek yang merasa dibuang oleh anak-anaknya di panti jompo cerita dengan lirih, “Waktu mudah kerja keras demi keberhasilan anak-anak. Rumah mewah ada, uang lebih dari cukup. Anak-anak lulus sekolah dari luar negeri. Saat ini mereka semua sukses dalam usahanya. Sejak pensiun apalagi istri mendadak meninggal, hidup serasa berat, sepi dan sunyi.”

       Mulanya anak-anaknya berjanji untuk mendampingi, tetapi pembantu-lah yang mengurus semua keperluannya. Perlahan namun pasti, diri yang rentan diberikan peralatan makan dan minum dari kayu dan plastik yang sama persis dipakai oleh pembantu dan anjing peliharaan. Alasannya sederhana, fisik rentan akan membuat peralatan makan yang mahal-mahal itu pecah. Inilah dari sebuah majalah yang saya baca beberapa waktu lalu.

       Ketidakpedulian terhadap orang tua dapat menimpa siapa saja. Tidak terkecuali apa yang menjadi teguran Yesus kepada orang-orang religius yang sangat aktif beribadah, tau banyak tentang kitab suci, bahkan aktif melayani dalam kegiatan sosial tetapi mengabaikan menghormati (baca: berbakti) orang tua. Yesus marah besar dengan anak yang berkata kepada orang tuanya, “Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban—yaitu persembahan kepada Allah“ (Markus 7:11). Mereka berdalih tentang kesibukan yang tampaknya religius dan baik tetapi mengabaikan sikap memperhatikan dan merawat orang tua sendiri.

       Jelaslah bahwa semua tradisi, kebiasaan bahkan budaya yang kelihatannya saleh dapat menjadi selubung kemunafikan tanpa disertai kerendahan hati dan pertobatan. Akar permasalahannya dari hati dan diwujudkan dalam tindakan praktis seperti memelihara orang tua yang sudah lanjut usia. Bagi sebagian orang memang merepotkan, memang tidak biasa, memang terganggu, tetapi memperhatikan  orang tua itulah panggilan ter mulia dan mendapat penghargaan khusus di mata Tuhan.  Apakah orang tua  Anda terlupakan? Kiranya Tuhan menolong kita melakukan Firman-Nya. Amin.

ANAK YANG DIBIARKAN TIDAK MENGHARGAI ORANG TUANYA, TIDAK AKAN DAPAT MENGHARGAI ORANG LAIN DENGAN SUNGGUH. –Billy Graham.

Disadur dari tulisan bapak Surya Wiraatmadja

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

JANGAN LUPA 31 OKTOBER….!

JANGAN LUPA 31 OKTOBER…!

(Baca: Yosua 1:8)

Halloween

       Apa yang ada dalam bayangan Anda tentang 31 Oktober? Ulang tahun teman? Hari pernikahan? Hari Reformasi 31 Oktober 1517 atau Halloween? Agaknya dunia lebih mempromosikan sebagai hari Halloween. Hari itu anak saya bertanya, Halloween itu apa? Semula saya berpikiran Halloween adalah hari hantu yang menakuti anak-anak dan terkenal dengan parade baju seram seperti drakula, monster, zombie sambil datang ke rumah dan berkata, “trick or treat” (ditraktir makanan/permen atau diganggu)?

       refMenengok sejarah, 31 Oktober bermula sebagai hari orang suci (hallows berarti orang-orang saleh). Ada yang menekankan sebagai peringatan orang-orang martir dan ada pula yang menggabungkan dengan hari penghargaan kepada orang-orang saleh. Sebagian lebih mengarah kepada kultus dan mitos orang meninggal tetapi ada pula yang memperingati sebagai hari Reformasi yakni mengajak semua orang Nasrani kembali kepada Alkitab.

       Selalu kembali kepada Alkitab. Itulah pesan Tuhan kepada Yosua sebagai kunci keberhasilan. Firman Tuhan bukan hanya didengar dan dibaca tetapi direnungkan dan menjadi prinsip menjalani hidup. Kalau dunia mengajarkan saling sikut, saling gigit dan saling jatuhkan demi sukses semu, Firman Tuhan menawarkan logika yang berkebalikan: melayani ganti memerintah; kejujuran ganti penipuan serta kekekalan ganti kesementaraan.

words

       Halloween jaman sekarang sudah berubah salah kaprah sebagai metode dagang dan bersenang-senang, padahal halloween berakar dari semangat mengingat bagaimana serius dan total orang-orang yang mengiring Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Adakah semangat militan itu di dalam diri kita? Jangan-jangan kita lupa realitas bahwa hidup di dunia ini adalah persiapan menuju kekekalan. Amin.

 

HALLOWEEN BAGI ORANG NASRANI ADALAH KEMBALI KEPADA SEMANGAT HIDUP BAGI TUHAN

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BERANI TAMPIL BEDA

BERANI TAMPIL BEDA

(Baca: I Petrus 1:13-16)

“Kuduslah kamu, sebab Aku Kudus” I Petrus 1:16.

hidup suci itu

 

 

       Apakah Anda pernah naik lift? Ada sebuah penelitian menarik tentang “Konformitas” (manusia cenderung menyesuaikan berdasarkan penguatan) dengan mengkondisikan sekelompok orang sudah berada di dalam lift. Ketika orang asing (subjek yang hendak diteliti) masuk, kelompok ini yang berjumlah sekitar 6-7 orang langsung ramai-ramai menghadap ke selatan. Orang yang baru datang bingung dan dalam beberapa detik kemudian ikut menghadap ke selatan. Setelah sekitar 5 detik, sekelompok orang di dalam lift tersebut menghadap ke barat semua dan dalam kebingungan orang asing ini ikut menghadap ke barat (https://youtu.be/gZ-kd0m7-Jc). Kesimpulan dari konformitas ini adalah manusia cenderung menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar alias ikut arus.

       Berani tampil beda adalah pengertian lain dari hidup kudus. Petrus mengingatkan jemaat di perantauan pada waktu itu (I Petrus 1:1) agar waspada tidak hanyut dalam kebiasaan hidup orang-orang sekuler yang tidak melibatkan Tuhan. Orang yang memperoleh anugerah Tuhan meletakkan dasar pengharapannya kepada Yesus Kristus dengan hidup kudus. Kudus/saleh/suci bukan barang aneh, langka, atau sekedar slogan, tetapi realitas hidup sehari-hari yang sadar bahwa orang percaya dipanggil dan ditebus untuk hidup di dalam Tuhan yakni berani tampil beda dengan dunia.

       Petrus belum mengenal teori Psikologi dalam Konformitas, tetapi menyadari bahwa orang percaya adalah juga manusia lemah yang perlu waspada sambil melatih terus hidup kudus. Aplikasinya seperti ini: Apakah kita berani tampil beda ketika orang-orang sekitar korupsi? Apakah kita berani tidak mencontek ketika semua teman sekelas melakukannya? Apakah kita tetap ke gereja, berdoa, membaca Alkitab ketika orang-orang sekitar tidak melakukannya? Kalau hidup di lingkungan semua orang melakukan yang baik dan benar itu lebih mudah, tetapi ceritanya bisa lain bila hidup di perantauan.

       Setuju atau tidak; percaya atau tidak, kita semua sedang hidup di perantauan kesementaraan dunia. Suatu saat semua akan berakhir, waktu akan berhenti, kesementaraan berganti menjadi kekekalan. Kalau kita masih diberi kesempatan hidup saat ini, itu artinya ada hal-hal yang Tuhan mau kita kerjakan dengan benar dan baik. Pertajam kesadaran rohani dengan belajar hidup kudus: Berani tampil beda.

 

HIDUP SALEH ITU SEPERTI MEWARNAI DUNIA ABU-ABU YANG HAMPA

called to be holly

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail