TUHAN (TIDAK) MENOLONG ?

TUHAN (TIDAK) MENOLONG?

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

(I Korintus 10:13)

 

 

       Beberapa waktu lampau pernah terjadi musibah banjir di sebuah negara bagian Amerika Serikat.  Seorang wanita berdiri di atas atap rumah yang tengah dilanda banjir sedang menangis dan disorot oleh kamera video sebuah stasiun televisi. Ia mengatakan dengan pedih kecewa kepada Tuhan yang membiarkan musibah melampaui kekuatannya. Jikalau orang tersebut mengatakan demikian di depan kamera bukankah dia masih memiliki kekuatan untuk mengungkapkan rasa frustasinya? Benarkah Tuhan membiarkan kita mengalami penderitaan melampaui kekuatan kita?

       Surat Rasul Paulus kepada jemaat Korintus pertama mengingatkan Allah memberi kekuatan kepada umat-Nya dikala mengalami pencobaan sehingga mereka disanggupkan menghadapi hidup ini bersama Tuhan. Konteks dari perikop ayat ini adalah mengingatkan agar umat percaya waspada jangan seperti bangsa Israel yang bersungut-sungut menjalani masalah hidup dan meninggalkan Tuhan dengan berbuat jahat. Apapun yang kita kerjakan haruslah untuk kemuliaan Tuhan Pencipta kita.

       Saya pernah membaca cerita tentang seorang percaya yang mengalami musibah banjir. Ia berdoa dan berseru kepada Tuhan agar menolongnya. Tidak berapa lama kemudian datang perahu milik tetangganya. “Ayo ikut kami, tetanggaku! Mumpung kerabat kami menyewa perahu ini untuk keselamatan keluarga kami.” seru tetangganya, namun ia menolak.

       Hujan semakin deras dan banjir semakin hebat dan datanglah speed boat milik tim SAR. “Cepat selamatkan dirimu dan ikut kami!” seru petugas namun ditolaknya juga. Ketika banjir sudah naik ke atap dan sudah setinggi leher orang tersebut, lewatlah helikopter Tim SAR dengan seruan speaker, “Cepat selamatkan dirimu dengan tali ini” seru petugas sambil melempar tali dari atas. Orang itupun sekali lagi menolak dan banjir akhirnya memakan nyawanya.

       Sesampai di pintu surga, ia marah kepada Tuhan, “Tuhan kenapa tidak menolong saya?”. Jawab-Nya, “Sudah berkali-kali saya menolongmu lewat tetangga, tim SAR dan berbagai cara tetapi engkau tidak mau! Mengapa engkau mengeraskan hatimu dengan penafsiran yang picik?

       Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana manusia kerap kali salah tafsir tentang Firman Tuhan dan lebih menyukai jawaban yang instan dan sesuai kehendak diri dari pada kehendak Tuhan. Apabila kita mau rendah hati dan belajar terbuka dengan sapaan Tuhan lewat alam dan sekitar, maka kita melihat sesungguhnya Tuhan itu tidak tinggal diam. Ada jalan keluar disediakan-Nya bahkan ketika tidak ada jalan, Tuhan akan buka jalan baru bagi kita untuk menghadapinya. Biarlah menjadi doa kita bersama agar Tuhan memberi hikmat dan menolong umat-Nya. Amin.

HARI INI BILA KITA DIIJINKAN HIDUP, ITU BUKAN KEBETULAN TETAPI UNTUK PENUHI TUJUAN-NYA

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENJADI LEBIH KAYA

MENJADI LEBIH KAYA

(Baca: Lukas 12:16-21)

water

 

       Sebagian orang alergi ketika kerohanian dikaitkan dengan topik menjadi lebih kaya. Mengapa? Karena topik ini sekilas terkesan tabu, rakus, dan tidak tidak pernah ada kata “cukup” alias berkesan duniawi. Memang di dalam Alkitab terpapar tentang orang kaya yang bodoh, namun bukan berarti menjadi kaya itu bodoh. Justru Alkitab mengajarkan arti menjadi lebih kaya yang sesungguhnya di hadapan Tuhan.

       Pertama, libatkan Tuhan dalam perencanaan (ayat 16-21). Orang yang disebut bodoh adalah orang yang memperkaya diri sendiri tanpa berpikir tentang orang lain. Orang yang pintar adalah orang yang memperkaya diri dan juga menjadikan orang lain kaya. Orang yang bijaksana adalah orang yang melibatkan Tuhan dalam perencanaan hidupnya. Ia melakukan Firman Tuhan dengan cara mengelolah kekayaannya sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi orang lain seperti bagi dirinya dan bagi kemuliaan Tuhan.

       Beberapa waktu lalu saya kagum dengan seorang bapak yang dalam kekayaannya justru merayakan ulang tahunnya bersama anak-anak di panti asuhan. Ia bisa saja merayakan ulang tahun di restauran mahal dan mengundang para pejabat, artis dan orang-orang berpengaruh, namun tidak dilakukannya. Motivasi menyenangkan hati Tuhan dan berbagi berkat dengan anak-anak panti adalah salah satu contoh seorang yang menjadi lebih kaya.

       Kedua, ubah pikiran negatif jadi positif (ayat 22-34). Membuang pikiran negatif tidak identik dengan bertindak lugu dan konyol. Pikiran negatif berangkat dari asumsi negatif yang kerap diikuti dengan perasaan kuatir dan cemas. Bukankah ini yang sering kali membuat orang tidak bisa tidur, muram dan depresi bahkan gila? Berpikir positif bukan pula menutup mata terhadap kenyataan, tetapi mempercayai bahwa Tuhan punya rencana yang baik meski kita tidak mengerti saat ini. Berpikir positif artinya melihat jauh dengan iman kepadaNya melampaui apa yang tengah terjadi saat ini.

       Ada sebuah kisah tentang seorang yang memiliki tetangga yang tidak baik. Tetangga ini suka membuang sampah di area rumahnya. Kemudian orang ini mengambil inisiatif kebaikan dengan mengirimkan makanan enak. Apa yang terjadi? Benar! Tetangga ini jadi baik kepadanya dan tidak membuang sampah di area rumahnya. Kendati demikian semua ini hanya berlangsung sesaat. Beberapa waktu kemudian ia kembali menjadi tetangga yang tidak baik. Inilah realitas kehidupan, bak pepatah ‘Air susu dibalas air tubah’. Terkadang memang apa yang kita tabur tidak langsung kita tuai. Kebaikan yang ditabur, sekilas nampak justru berbuah keburukan. Namun Justru disinilah yang membedakan orang pintar dengan orang bijaksana. Orang pintar melakukan sesuatu dengan cermat dan persiapan yang matang, namun tidak ada jaminan apa yang dikerjakan pasti berhasil. Orang bijak melakukan kebaikan bukan karena mengharapkan pamrih orang lain, tetapi karena hidupnya adalah ibadah di hadapan Tuhan.

       Kiranya Tuhan menolong kita menjadi lebih kaya di hadapan Tuhan dengan kedua hal di atas, sehingga apa yang kita tabur untuk Tuhan mengumpulkan pundi pundi bagi kekekalan. Kalau Tuhan berkenan, maka berkat di dunia adalah bonus tambahan.

 

ORANG BIJAK MELAKUKAN KEBAIKAN KARENA HIDUPNYA ADALAH IBADAH DI HADAPAN TUHAN

 

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail