PENGHARAPAN YANG MENGUATKAN

PENGHARAPAN YANG MENGUATKAN

(Baca:Yohanes 3:14-15 )

wild snake desert

       Apa reaksi Anda ketika melihat ular? Terkejut? Takut? Ngeri? Atau justru suka? Sebagian orang mungkin langsung bilang, “enaaak! Haujeeek!” karena terbayang daging yang lezat. Sebagian orang lagi langsung merinding dan terbayang gigitan beracun yang mematikan. Inilah yang terjadi pada sebagian orang-orang Israel pada zaman Musa ketika dipagut ular beludak dan banyak yang menderita keracunan dan mati. Mereka sangat panik dan takut melihat begitu banyak ular sangat berbisa di padang gurun yang tengah memangsa umat Israel.

       Umat Israel yang tengah melihat ular beludak dan dipagut dengan racun yang ganas ini justru ada harapan disembuhkan cukup dengan beriman dan melihat patung ular buatan Musa (Bilangan 21:4-9). Pada zaman itu belum ada ditemukan obat manjur untuk menyembuhan gigitan ular beludak secara massal. Apa yang dilakukan Tuhan lewat hambanya Musa adalah kasus khusus yang tidak dapat dan tidak boleh menjadi pengajaran hurufiah seolah menyembah patung ular adalah benar (II Raja-raja 18:4). Memandang ular tembaga buatan Musa adalah lambang bahwa mereka dipanggil untuk percaya dan bersandar kepada Tuhan (I Korintus 10:9).

       Injil Yohanes kembali menekankan bahwa memandang ular tembaga dapat menghidupkan orang-orang yang terkena racun ular beludak, demikian pula memandang salib Kristus dapat menghidupkan orang-orang yang terkena racun dosa mematikan (Yohanes 3:14).

ular perunggu nebo

       Ketika hidup ini jadi sulit, berantakan dan menyeramkan; kepada siapa kita memandang? Apakah kepada orang tertentu yang kaya, berkuasa, dan berpengalaman? Apakah kita tergoda untuk mencari jimat, patung sembahan? Apakah kita tertantang untuk mengandalkan diri sendiri atau justru menggunakan keadaan tersebut sebagai kesempatan berjalan bersama Tuhan dan meminta hikmat-Nya untuk melangkah? Kiranya Tuhan menolong kita meningat bahwa Yesuslah yang harusnya menjadi prioritas utama dalam mencari pertimbangan hidup. Amin.

PENGHARAPAN BUKAN SEKEDAR MEYAKINI APA YANG KITA INGINKAN, TETAPI MENGIMANI BAHWA APA YANG TUHAN LAKUKAN ADALAH YANG TERBAIK

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

PETRA: PERKARA DI ATAS

PETRA:

PIKIRKANLAH PERKARA DI ATAS

(Baca: Kolose 3:1-4)

pemandangan petra

       Siapa bilang di padang gurun itu udaranya hanya panas dan gersang? Saya dahulu berpikir juga demikian. Tahukah Anda bahwa di perjalanan Musa melewati padang gurun atau yang dikenal Wadi Musa adalah tempat yang unik dan indah. Di Wadi Musa bukan hanya panas menyengat, tetapi pada saat musim dingin udaranya kisaran 10 hingga 2 derajat celcius, bahkan bisa terjadi salju di sana.

       Ketika bangsa Israel melewati padang gurun “Petra” ini, mereka bersungut-sungut. Mengomel karena kurang makanan enak, tidak senyaman seperti di Mesir. Mereka marah karena tidak ada air dan haus. Mereka menjerit karena ular berbisa dan binatang buas. Tahukah Anda, mujizat terbanyak di Perjanjian Lama adalah ketika orang Israel bersama Musa di padang gurun. Mereka makan gratis manna selama 40 tahun, juga dikirim daging plus air gratis dari ketukan batu Musa. Belum lagi kasut yang tidak rusak dan penerangan tiang api serta kompas ajaib berupa tiang awan.

       Semua berkat Tuhan tersebut kurang begitu dirasakan dan disyukuri oleh umat Israel waktu itu. Mengapa? Karena mereka cenderung hanya melihat kesibukan sehari-hari dengan permasalahan yang ada. Bukankah hari ini banyak umat Tuhan seperti itu? Mengeluh, bersungut-sungut dan mengancam meninggalkan Tuhan apabila keinginannya tidak dituruti.

       Paulus mengingatkan jemaat Kolose untuk belajar memikirkan perkara yang di atas. Maksudnya bukan supaya orang Nasrani itu hidup dalam utopia atau idealisme atau mimpi belaka, tetapi justru sebaliknya Firman Tuhan mengajak dengan memiliki cara pandang surgawi akan memampukan kita melihat hidup ini secara lebih mendarat, lebih nyata, lebih jelas.

       Ketika kita hanya memikirkan perkara di bumi, maka kita cenderung berfokus kepada masalah yang ada dengan jargon: Apa yang saya dapat? Kenapa dia dapat lebih? Kenapa saya tidak dapat? Akhirnya pemikiran ini melahirkan sungut-sungut ketimbang syukur, kerakusan ketimbang mencukupkan diri, serta mengejar ambisi dan nafsu ketimbang melayani Tuhan dan menggenapkan tujuan kita hidup di dunia ini.

       Ketika kita memikirkan perkara surgawi, apa yang Tuhan kehendaki dan apa yang menjadi prinsip kebenaran, maka di sana kita dapat menilai realitas kehidupan ini dengan lebih terarah dan justru lebih mendarat. Kerangka berpikir rohani yang diajarkan Alkitab memampukan kita memperoleh hikmat Tuhan dalam menjalani hidup ini.

       Saat ini Anda dan saya dipanggil menyediakan waktu jeda dalam hidup ini untuk bersaat teduh, merenungkan prinsip kebenaran Firman Tuhan ini justru hidup kita lebih mendarat dengan realitas, dengan kehendak Tuhan dan dengan janji Tuhan. Amin.

BERPIKIR ROHANI TIDAK IDENTIK DENGAN IDEALISME MENG-AWANG AWANG, TETAPI JUSTRU SEBALIKNYA ADALAH CARA PALING MENDARAT DALAM MENJALANI HIDUP YANG BERHIKMAT

JEFF BPKR ROHANI

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail