NATAL KELABU DI CONNECTICUT

NATAL KELABU DI NEWTOWN, CONNECTICUT:
Refleksi antara Kekerasan dan Kasih
atas Penembakan di SD Sandy Hook 14 Desember 2012
Siapa yang sangka bahwa puluhan anak-anak tahun ini tidak akan pernah dapat merayakan Natal lagi?  Orang tua mana yang rela menerima kenyataan bahwa hari itu ketika berangkat sekolah adalah pertemuan terakhir yang menyisahkan tubuh tak bernyawa anaknya?  Itulah yang terjadi di Connecticut, sebuah kota di Newtown 14 desember 2012.
Sedih, pilu, sangat menghancurkan hati membayangkan dan mengingat bagaimana tim SWAT (pasukan elit kepolisian) ketika masuk dan mendapati puluhan anak-anak kisaran 6-7 tahun yang tidak bernyawa dan tercabik-cabik oleh pelor dari pistol Adam Lanza (20 tahun) yang akhirnya juga bunuh diri. Menurut kesaksian, awalnya terdengar tembakan bertubi-tubi dan disertai tangisan, histeris dari anak-anak.  Lama-kelamaan suara itu habis-satu persatu.  Sunyi dan mencekam. 
Saat ini walaupun tembakan itu sudah tidak terdengar, tetapi menyisahkan kedukaan yang tidak terkira dan simpati dari seluruh dunia.  Apa yang terjadi?  Mengapa demikian?  Tentu jawabannya sangat beragam, panjang dan versi masing-masing ahli forensik, psikologi maupun hukum menjadi pembicaraan yang senada: Kejahatan ini harus dihentikan!
Menelisik setiap ulasan media massa dari berbagai sudut, mengamati wajah-wajah keluarga yang berduka, rasanya berat menuliskan artikel ini.  Penembakan ini membuat tawa yang dahysat dari Iblis dan sekaligus uraian mata tak terkira dari hati Allah yang perduli pada setiap nyawa.  Setidaknya 27 nyawa anak-anak sekaligus penembaknya binasa karena senjata.

Saya jadi teringat apa yang pernah dikatakan oleh Yesus pada malam sebelum Ia disalibkan, “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang (Matius 26:52).  Sebuah konsekuensi dari senjata adalah kehancuran dan kemusnahan.  
Tuhan Yesus Kristus mengetahui apa yang terjadi di masa lalu dan juga masa yang akan datang.  Ia turut menangis untuk hal yang terjadi hari-hari ini.  Air matanya keluar membasahi pipi-Nya di sepanjang 33 tahunan perjalanan-Nya di bumi.  Pada waktu itu, Ia melihat apa yang akan terjadi dan ia menangis.  Bukan hanya menangisi kehancuran Yerusalem beberapa puluh tahun ke depan (Matius 23:37-39) tetapi ia menangisi hari-hari ini yang menyayat hati para orang tua di sekolah dasar Sandy Hook, Newtown-Amerika Serikat.
Yesus Kristus rela mati disalib supaya ada harapan bagi dunia yang terjebak oleh kekerasan, kebencian, sakit dan binasa ini.  Yesus menangis dan kemudian Ia merelakan diri-Nya disalib karena dosa manusia, agar ada pertobatan, harapan dan keselamatan hidup yang kekal dan penghiburan bagi yang berduka.  Yesus turut berduka dan menangis dengan peristiwa keji di Newtown, Connecticut Amerika Serikat hari-hari ini.
Peristiwa penembakan di connecticut bukan yang pertama tetapi sudah sekian kali terjadi di Amerika Serikat yang melegalkan penggunaan senjata dengan ijin.  Sepanjang tahun 2007-2012 terdapat ratusan orang meninggal di sekolah dan tempat umum lain karena senjata.  Bahkan ada seseorang mengatakan, senjata itu adalah untuk menghancurkan bukan perlindungan diri.  Apapun dan bagaimanapun senjata akan membawa kematian pada akhirnya.
Untuk keluarga yang berduka, dengan berat hati dan tetesan air mata, penulis turut berdukacita dan berdoa agar Tuhan memberikan penghiburan dan kekuatan di saat-saat yang tidak bisa dimengerti dan diterima ini.  Mungkin bagi sebagian orang tua yang mengantar anak-anaknya sekolah pada hari itu, sedang bertengkar dengan anaknya atau sedang sibuk dan tidak sempat bertemu atau bercakap-cakap.  Namun hari itu tidak bisa kembali dan diputar kembali untuk dihindari.
Apa yang menjadi aplikasi kita bersama?  Selagi kita masih bisa berkumpul dengan keluarga di bulan Natal ini, marilah kita menggunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya.  Memperhatikan keluarga dan orang-orang yang kita sayangi, mendidik anak-anak di dalam Tuhan, dan selagi ada kesempatan hidup, berarti hidup bagi Tuhan dengan melayani dan mengerjakan setiap karunia yang Tuhan sudah titipkan bagi kita. 
Marilah kita mendidik diri dan generasi kita dengan hal-hal yang berguna dan membangun, bukan dengan kekerasan dan balas dendam, bukan dengan kebencian dan ketidakperdulian tetapi dengan kasih. Iya, dengan kasih-Nya sang Kasih: Kristus Yesus.  Mohon Tuhan menolong kita.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

UNEXPECTED LIFE

UNEXPECTED LIFE
Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya
dan merenungkannya. Lukas 2:19
Pada umumnya orang yang mau menikah mempunyai pengharapn yang positif dan baik.  Persiapan pernikahan yang mantap, dana yang cukup, dan mengerjakan kehidupan keluarga yang baik.  Sama halnya dengan Yusuf dan Maria yang akan menikah pada masa itu.  Mereka sudah tunangan dan sedang mempersiapkan segala sesuatu dengan baik.
Kemungkinan Yusuf dan Maria mempunyai sejumlah rencana untuk kehidupan keluarga barunya.  Mereka pastilah berpikir mau memulai hidup rumah tangga yang layak.  Kumpul-kumpul uang dari kerja keras untuk biaya pesta.  Bisa jadi Yusuf menyedikan lebih banyak waktu komunikasi dengan Maria.  Bisa jadi di udara yang dingin nantinya, Maria mempersiapkan merajut baju yang hangat untuk mereka.
Oh ya, Yusuf adalah tukang kayu.  Tentulah dengan keahlian tangannya, bisa menghasilkan mebel yang indah dan kokoh.  Semua mebel ini tentunya menghasilkan uang yang dipakai untuk kebutuhan rumah tangga mereka.
Di Nazareth sekian jarak dari danau Galilea, Yusuf dan Maria terbiasa dengan hidup yang tenang, nyaman, sejuk, dan stabil.  Mereka membayar pajak untuk pembangunan negeri di sistim pemerintahan Republik.
Sebagai orang muda-mudi yang sudah tunangan, tentu saja mereka juga tertarik secara fisik dan harus mengalami godaan untuk menahan diri dari kecemaran.  Mereka berusaha menjaga kekudusan sebagai umat Tuhan dan orang-orang yang belajar dewasa.
Apa yang terjadi malam itu?  Suatu awal kehidupan baru yang tidak diharapkan dan diinginkan telah dimulai.  Babak baru kehidupan membawa sejumlah peristiwa pahit, aneh, tidak dapat dimengerti dan sekaligus menakjubkan.
Jikalau Yusuf dan Maria terbiasa melajang, mereka harus beradaptasi untuk suatu babak kehidupan baru dalam keluarga.  Tentu saja, hal ini bisa sangat stressful.  Tidak hanya itu, Maria yang mati-matian menjaga kekudusan di datangi malaikat dan dinyatakan hamil!  Sekalipun kandungannya adalah dari Roh Kudus, tetapi tidak dapat dipungkiri menimbulkan tekanan batin tersendiri.
Sejak mereka menikah, terbayang untuk tinggal menetap di kota Nazaret dan mencari penghasilan di sana dengan rumah sendiri meski kecil.  Kenyataannya, mereka harus mengikuti peraturan pemerintah untuk pergi ke Betlehem: sensus penduduk.  Akhirnya mereka menjadi nomaden, tanpa penghasilan jelas, bahkan jadi orang asing di negeri Mesir.
Honeymoon pasangan suami istri, biasanya di hotel berbintang yang bagus atau minimal di hostel yang bersih dan nyaman.  Tidak lupa segala hiburan dan objek wisata.  Berbeda dengan Yusuf dan Maria, yang harus honeymoondi kandang  dan dihibur oleh suara binatang.
Mereka tentu saja punya kerinduan bisa merawat bayinya di tempat yang nyaman, hangat, bersih dan layak.  Kenyataannya, Maria harus melahirkan di kandang dengan tempat yang dingin, bau, kotor dan tidak layak.
Berhenti sampai di sini.  Apa yang terjadi pada kehidupan pasangan suami istri yang baru menikah ini?  Mengapa kehidupan jadi sulit?  Mengapa rumah tangga keluarga baru harus dimulai “Unexpected life”?
Di balik semua peristiwa yang tidak diharapkan, tangan Tuhan sedang merenda.  Di balik kesempitan hidup, ada kesempatan yang Tuhan mau kita alami.  Mari kita lihat realitasnya:
Pertama, Tuhan memakai perubahan keadaan dan kebijakan pemerintah untuk menggenapkan rencana-Nya (Mikah 5:2).  Semua nubuat tentang Mesias digenapkan oleh Yesus Tuhan dalam cara yang tidak dipikirkan dan dimengerti manusia.  Tuhan sedang bekerja di balik segala kesulitan yang orang percaya alami.
Ke dua, Tuhan memakai masa tidak nyaman di “kandang” (bukan hotel bintang 5) sebagai kesempatan orang-orang percaya melihat mujizat-mujizat Tuhan.  Lihatlah, justru di tengah kandang bau dan hidup nomaden, Yusuf dan Maria menerima mas, mur dan kemenyan dari orang majus.  Ini mujizat Tuhan di tengah kekurangan untuk mencukupkan perjalanan hidup pasangan muda ke tempat lain, yang kalau boleh disebutkan sebagai tempat baru dan asing sebagaimana panggilan dan bagian rencana-Nya.
Perhatikan kesaksian para gembala ketika mereka didatangi para malaikat Tuhan! Sangat banyak jumlahnya dan sangat menakjubkan kilauan kemuliaan Tuhan di padang gembala!  Yusuf dan Maria mendengar kesaksian ini dan melihat Tuhan memakai mereka sebagai alat bagi para gembala untuk melihat dan percaya kemuliaan Tuhan. 
Dicatat, bahwa para gembala pulang dan memuji Tuhan (Lukas 2:20).  Mereka melihat Yesus dan percaya kepada-Nya.  Mereka pulang dengan memuliakan Tuhan.  Bukankah perasaan senang, gembira dan lega itu juga kita alami ketika melihat orang lain diselamatkan, percaya dan bahkan memuliakan Tuhan dengan hidup mereka?
Ke tiga, tulisan Matius 2:16 memberitahukan dengan kehidupan nomaden yang dijalani oleh Yusuf dan Maria telah menyelamatkan hidup mereka.  Kebencian dan iri hati membuat raja Herodes memusnakan semua bayi di bawah 2 tahun.  Sungguh pikiran orang yang telah dikuasai setan.  Syukur kepada Allah yang telah melepaskan anak pertama dari pasangan Yusuf Maria.
Bila hidup jadi “unexpected”,  marilah kita coba berhenti dari cepatnya irama aktivitas.  Marilah kita bersikap seperti Maria.  Ia mengambil waktu teduh, melihat apa sedang terjadi dan merenungkan karya Tuhan di dalam hidupnya.  Di balik setiap kesulitan, ada berkat bagi orang-orang yang mengasihi Tuhan.  Di balik kehidupan yang kelihatan gagal dan sial, ada kesuksesan bagi orang-orang yang mengerjakan kehendak Tuhan. 
Apakah pada waktu menghadapi “unexpected life”, kita jadi murtad atau setia?  Apakah kita masih mau melakukan kehendak Tuhan?  Maukah kita taat meski kelihatannya tidak enak? 
Yusuf dan Maria sudah menjalani ini lebih dari 2000 tahun yang lalu.  Mereka berhasil.   Kalau ditanyakan kepada mereka, apakah gampang?  Mungkin mereka menjawab: “Enak aja lu ngomong begitu!  Tidak gampang, bahkan sulit. Yee..!  Tapi kami percaya dan kami telah melihat kemuliaan Tuhan bersinar dalam hidup kami.  Kami tidak menyesal, bahkan mau bila diberi kesempatan mengulang kembali sejarah penting dunia ini.”  Selamat Menyambut Natal !
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENYIKAPI HIDUP DENGAN PERDAMAIAN

MENYIKAPI HIDUP DENGAN PERDAMAIAN
 “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian
dengan semua orang!”  Roma 12:18
Adalah mudah bagi kita untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan; bila perlu kejahatan dibalas dengan lebih jahat dan kejam lagi supaya orang yang merugikan kita dapa jera dan merasakan kepahitan dan kekecewaan kita.  Inilah kecenderungan manusia pada umumnya: “gigi ganti gigi; mata ganti mata”.
Sebaliknya, Firman Tuhan justru mengajarkan kita untuk sebisa mungkin hidup dalam perdamaian.  Hidup dalam perdamaian berarti tidak adanya konflik; pertengkaran; argumen atau digambarkan sebagai keadaan tenang dan bersahabat.
Memang perdamaian itu indah; namun kenyataan tidaklah selalu demikian.  Ada kalanya kita ingin hidup dalam perdamaian, tetapi orang lainlah yang membuat perdamaian itu hancur bak mesin perang yang ditabuhkan di udara. 
Ambil saja sebuah contoh kehidupan Ishak yang makin kaya karena berusaha kemudian dibenci orang Filistin karena iri hati.  Setiap penggalian sumur yang pernah ada dan digali oleh bapanya: Abraham, dinyatakan oleh orang Filistin sebagai sumur mereka (Kejadian 26:12-22).  Rusaknya perdamaian bukan dibuat Ishak, namun perdamaian masih dapat diusahakannya.  Ishak mengambil sikap mengalah dan berusaha mencari sumur yang lain.
Tidaklah mudah bagi kita maupun bagi Ishak sebagai pihak yang dirugikan; dikecewakan; disakiti dan dirongorong untuk mengalah apalagi membiarkan orang lain mengambil hak kita.  Mengapa Ishak mampu mengalah?  Mengapa kita harus mengusahakan perdamaian?  Mengapa kita bahkan harus mengampuni dan mengusahakan yang baik?
Pertama, kita harus mengampuni bahkan mengasihi musuh kita karena ini adalah perintah Tuhan Yesus Kristus: “..kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). 
Ke dua, kita harus mengampuni karena ada hukum logika Firman Tuhan mengatakan: “..jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga mengampuni kamu juga.  Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 5:14-15).  Pengampunan dari Tuhan diikuti dengan sikap hati orang yang kemudian mau mengampuni orang lain.
Ke tiga, pengampunan dan hidup berdamai dengan orang lain dan diri sendiri akan menolong kinerja kegiatan kita sehari-hari.  Seringkali ditemukan bahwa orang yang menaruh kebencian; permusuhan dan kepahitan di suatu lingkungan, entah di tempat kerja; di sekolah; maupun di rumah; akan menghambat kelancaran kerja bahkan menghambat kemajuan menuju sukses.  Bayangkan setiap hari pikiran dipenuhi dengan curiga dan permusuhan, bisa stress jadinya hidup ini.
Perdamaian memang tidaklah selalu kita dapatkan, namun tak pelak kitalah yang harus memulainya.  Sikap hati yang mau berdamai dengan mengampuni adalah gaya hidup Kristen.  Inilah berita Natal yang dinubuatkan Yesaya, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita… dan namanya disebutkan orang: … Raja Damai” (Yesaya 9:5).  Tuhan Yesus datang ke dalam dunia bukan saja memberikan keselamatan dan damai sejahtera tetapi memanggil setiap kita untuk membawa damai (Matius 5:9).  Selamat Hari Natal 2010.  Kiranya Damai sejahtera Allah memerintah di dalam diri setiap kita.  Amin.
 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

GITAR AJA PERLU STEM

Gitar Aja Perlu Stem
Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?  I Korintus 3:16
Pada waktu seseorang membeli sebuah gitar baru, tidak serta merta bunyi alunan senar jadi harmonis dan enak didengar.  Senar yang baru dipasang pada sebuah gitar harus diharmoniskan berdasarkan kunci dasar tertentu yang disebut stem.
Saya bisa sedikit bermain gitar, tetapi bukan ahlinya.  Pekerjaan menytem gitar beberapa kali saya lakukan.  Hal yang paling sulit di dalam mencocokkan nada dasar dengan ketegangan senar adalah ketepatan dan keakuratan.  Untuk stem gitar perlu telinga yang peka membedakan suara nada dasar dan suara yang sumbang.  Jadi boleh dikatakan, modal dasar sebuah gitar enak didengar adalah stem yang akurat dan tepat.
Jika untuk menghasilkan lagu yang enak didengar, gitar perlu distem, apalagi menghasilkan hidup yang harum dihadapan Tuhanpun juga perlu “stem” akurat dan tepat.
Tubuh kita adalah bait Roh Kudus, artinya hidup kita dan seluruh yang ada padanya (fisik, jiwa dan roh) harus dipakai dan dikerjakan dengan baik dan menyenangkan Tuhan.
Salomo ketika membangun bait Allah tidak melupakan “stem” akurat untuk setiap emas murni, tembaga terbaik, kayu kualitas paling bagus, hingga para pekerja dengan keahlian luar biasa.  I Raja-raja 7, II Tawarikh 2-3  mencatat secara rinci bagaimana “stem” bait Allah dikerjakan agar menghasilkan harmonisasi bangunan dan seni arsitektur tinggi.  Belum lagi ketika pentahbisan bait Suci ini mengorbankan ribuan bahkan sampai puluhan ribu lembu sapi, kambing domba.  Semuanya untuk Tuhan.
Bagaimana dengan hidup kita saat ini?  Jikalau kita rindu, hidup ini dipakai Tuhan secara luar biasa, maka kita harus “stem” diri kita seakurat mungkin agar terjadi harmonisasi antara kehendak Tuhan dan ketaatan kita.
“stem” hidup harus melewati proses dan terus menerus dikerjakan oleh seseorang agar kepekaan dan harmonisasi bisa terjalin dengan baik.  “stem” hidup dapat dimulai dengan mendisiplinkan diri baca Alkitab, berdoa dan memperdalam pemahaman pengajaran Kristen.  Mengetahui sumbang tidaknya akan terasa ketika kita biasa hidup di dalam kebenaran Firman Tuhan.
Saya pernah menghasilkan “nada sumbang” dalam hidup.  Nada itu adalah tidak mengatakan kebenaran yang harusnya saya ceritakan pada seorang teman.  Malamnya, ketika saya berdoa, hati tidak tenang dan terasa sekali nada hidup saya sumbang.  Selesai berdoa, saya meminta maaf kepada teman yang seharusnya saya berkata jujur tetapi tidak mengatakannya.
Hidup ini dapat sumbang dan sebaliknya seimbang serta harmonis.  Ketepatannya tergantung bagaimana kita mengasah “gitar” kehidupan setiap hari.  Jika gitar aja perlu di stem apalagi hidup ini.  Marilah kita belajar mengharmonisasikannya setiap hari dengan kebenaran Alkitab.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail