ANTARA PANGGILAN DAN HARGA YANG DIBAYAR

Antara Panggilan dan Harga yang Dibayar
Ketika itu TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman: “Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.” Maka didirikannya di situ mezbah bagi TUHAN yang telah menampakkan diri kepadanya. Kejadian 12:7

Menjadi orang Kristen dan menjalani kehendak Tuhan adalah sebuah panggilan ilahi.  Panggilan ini sudah ditetapkan jauh sebelum permulaan jaman.  Panggilan ini sudah dirancang jauh sebelum kita mengerti dan merasakan kasih Kristus yang sangat besar itu. 
Setiap orang yang menyadari panggilan hidupnya, tentu saja menjalani sejumlah konsekuensi yang harus dijalaninya.  Konsekuensi ini bisa berupa meninggalkan ambisi, masa lalu, bahkan pengorbanan diri.  Inilah yang disebut dengan jalan salib.
Yesus mengajarkan arti bayar harga dalam panggilan ilahi yang dijalani oleh setiap orang Kristen (Mat.10:28; 16:24).  Syarat menjalani panggilan hidup yang menyenangkan hati Tuhan adalah kesediaan untuk memprioritaskan Yesus sebagai yang utama dalam hidup ini.  Meneladani Yesus dan pengorbanan diri adalah frasa kunci perikop ini.
Dalam praktek nyata, tidak bisa dipungkiri sulitnya menjalani panggilan Tuhan.  Abraham harus meninggalkan zona nyamannya untuk memenuhi panggilan Tuhan ke Tanah Perjanjian.  Ia berpisah dengan keluarga dekatnya, para tetangga dan masyarakat yang sudah sangat dikenal serta sahabat-sahabat karibnya.
Kalau boleh dibandingkan sederhananya adalah seperti pindah rumah ke luar pulau.  Pertama, perjalanan begitu jauh banyak hal yang harus dipaketkan.  Kedua, mencari tempat yang cocok sesuai selera dan keadaan keuangan untuk tinggal, tidaklah mudah.  Ketiga, beradaptasi dengan lingkungan baru dan segala aktivitasnya tentu bisa menimbulkan stress tersendiri.  Keempat, adalah keberangkatan itu sendiri.  Maksudnya perpisahan dengan sahabat dan keluarga yang tidak ikut adalah hal yang bisa menimbulkan kesedihan.
Saya kerap kali melihat sejumlah orang yang pergi jauh dan berpisah dengan orang-orang yang dikasihinya.  Tidak jarang tetesan air mata dari perpisahan membawa kedukaan yang tidak mudah untuk dilupakan. 
Satu hal terpenting antara menjalani panggilan Tuhan dan membayar  harganya adalah keberhasilan mencapai tujuan yang dirancang Tuhan.  Inilah kenikmatan dari sebuah kehidupan.  Di dalam ketaatan, ada penyertaan Tuhan.  Dibalik setiap kesulitan ada berkat Tuhan menanti bagi orang-orang yang mengasihi-Nya.
Tidak setiap orang mengerti apa yang sedang terjadi, apa yang sedang dijalaninya saat ini.  Ada kalanya timbul pertanyaan: ”Apakah ini keputusan yang tepat?”  ”Betulkan ini panggilan Tuhan atau jangan-jangan saya ber-ilusi karena emosi sesaat?”
Kemungkinan pada waktu Abraham mau pergi ke Tanah Perjanjian, tetangganya bilang: ”Ngapain jauh-jauh, kalau kamu di sini sudah sukses?”  Sahabatnya akan berkata: ”Jangan pergi sekarang, tunda saja.  Kita tidak ingin kehilanganmu.”
Pada waktu seseorang mengalami keraguan akan panggilan hidupnya, adalah bijaksana bila Ia bersekutu dengan Tuhan.  Menanti Tuhan dan mendapatkan dorongan semangat dari Firman-Nya adalah hal yang indah.  Ketika Roh Kudus bekerja menguatkan panggilan itu, maka hadirat Tuhan dirasakan nyata dalam setiap kelancaran dan kesulitan.
Di mana ada panggilan Tuhan, di situ ada harga yang harus dibayar.  Di mana orang percaya melibatkan Tuhan, di situ penyertaan Tuhan dirasakan.  Menjalani panggilan Tuhan buka sekedar nekat-nekatan.  Menjalani Tuhan bukan berarti mati konyol dan mengorbankan keluarga.  Membayar harga berarti menabur setiap benih ilahi untuk kekekalan.  Membayar harga berarti berjalan dengan iman bersama Bapa.

Pada akhirnya yang tersisa antara panggilan Tuhan dan harga yang harus dibayar adalah ketaatan dan pengharapan.  Ketaatan kepada Kristus menghasilkan efektifitas keberhasilan rencana Ilahi.  Pengharapan memampukan orang yang menjalani panggilan tetap bertahan dan setia pada akhirnya.  Di situlah kelak kesaksian hidup orang-orang yang dipakai dan diberkati Tuhan dinyatakan kepada dunia.  Di situlah kelak Yesus berkata: ”Marilah kepadaKu hai kamu hamba yang setia, masuklah dan turut dalam kebahagiaan Tuanmu!” 

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BERKAT TERBESAR DALAM HIDUP

BERKAT TERBESAR DALAM HIDUP
Berkat terbesar dalam hidup ini adalah kita dapat percaya
dan terima Kristus sebagai Jurus selamat.
Berkat terbesar ke 2 adalah melihat kemuliaan-Nya
pada akhir jaman.
Berdasarkan fakta inilah, maka setiap berkat-berkat yang ada
adalah pernik-pernik kecil yang diberikan Tuhan.
Lihatlah berkat terbesar itu!
Pernik-pernik kecil serasa menjadi bonus tambah bertambah
Tidak ada kata rugi apabila hidup dilihat dari perspektif ini.
Satu-satunya kerugian terbesar dalam hidup adalah hanya melihat
bonus berkat Tuhan tanpa lihat berkat terbesar
dan menjadikan-Nya sebagai prioritas hidup ini.
(Inspirasi dari renungan Titus 2:11-15)
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

AJARLAH KAMI BIJAKSANA (MAZMUR 90:12)

 
AJARLAH KAMI BIJAKSANA (MAZMUR 90:12)
 
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Bukan ajarlah kami menghitung-hitung jasa kami,
apalagi hitung-hitungan sama Tuhan,
Bukan pula kamilah yang mengajar mereka hingga mereka bijaksana
dan diri sendiri bebal,
Bukan ajarlah kami sampai berhari-hari
lebih melihat angan-angan dari pada realita,
Bukan pula ajarlah kami sampai berhari-hari
lebih melihat kenangan dari pada kenyataan
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

UNEXPECTED LIFE

UNEXPECTED LIFE
Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya
dan merenungkannya. Lukas 2:19
Pada umumnya orang yang mau menikah mempunyai pengharapn yang positif dan baik.  Persiapan pernikahan yang mantap, dana yang cukup, dan mengerjakan kehidupan keluarga yang baik.  Sama halnya dengan Yusuf dan Maria yang akan menikah pada masa itu.  Mereka sudah tunangan dan sedang mempersiapkan segala sesuatu dengan baik.
Kemungkinan Yusuf dan Maria mempunyai sejumlah rencana untuk kehidupan keluarga barunya.  Mereka pastilah berpikir mau memulai hidup rumah tangga yang layak.  Kumpul-kumpul uang dari kerja keras untuk biaya pesta.  Bisa jadi Yusuf menyedikan lebih banyak waktu komunikasi dengan Maria.  Bisa jadi di udara yang dingin nantinya, Maria mempersiapkan merajut baju yang hangat untuk mereka.
Oh ya, Yusuf adalah tukang kayu.  Tentulah dengan keahlian tangannya, bisa menghasilkan mebel yang indah dan kokoh.  Semua mebel ini tentunya menghasilkan uang yang dipakai untuk kebutuhan rumah tangga mereka.
Di Nazareth sekian jarak dari danau Galilea, Yusuf dan Maria terbiasa dengan hidup yang tenang, nyaman, sejuk, dan stabil.  Mereka membayar pajak untuk pembangunan negeri di sistim pemerintahan Republik.
Sebagai orang muda-mudi yang sudah tunangan, tentu saja mereka juga tertarik secara fisik dan harus mengalami godaan untuk menahan diri dari kecemaran.  Mereka berusaha menjaga kekudusan sebagai umat Tuhan dan orang-orang yang belajar dewasa.
Apa yang terjadi malam itu?  Suatu awal kehidupan baru yang tidak diharapkan dan diinginkan telah dimulai.  Babak baru kehidupan membawa sejumlah peristiwa pahit, aneh, tidak dapat dimengerti dan sekaligus menakjubkan.
Jikalau Yusuf dan Maria terbiasa melajang, mereka harus beradaptasi untuk suatu babak kehidupan baru dalam keluarga.  Tentu saja, hal ini bisa sangat stressful.  Tidak hanya itu, Maria yang mati-matian menjaga kekudusan di datangi malaikat dan dinyatakan hamil!  Sekalipun kandungannya adalah dari Roh Kudus, tetapi tidak dapat dipungkiri menimbulkan tekanan batin tersendiri.
Sejak mereka menikah, terbayang untuk tinggal menetap di kota Nazaret dan mencari penghasilan di sana dengan rumah sendiri meski kecil.  Kenyataannya, mereka harus mengikuti peraturan pemerintah untuk pergi ke Betlehem: sensus penduduk.  Akhirnya mereka menjadi nomaden, tanpa penghasilan jelas, bahkan jadi orang asing di negeri Mesir.
Honeymoon pasangan suami istri, biasanya di hotel berbintang yang bagus atau minimal di hostel yang bersih dan nyaman.  Tidak lupa segala hiburan dan objek wisata.  Berbeda dengan Yusuf dan Maria, yang harus honeymoondi kandang  dan dihibur oleh suara binatang.
Mereka tentu saja punya kerinduan bisa merawat bayinya di tempat yang nyaman, hangat, bersih dan layak.  Kenyataannya, Maria harus melahirkan di kandang dengan tempat yang dingin, bau, kotor dan tidak layak.
Berhenti sampai di sini.  Apa yang terjadi pada kehidupan pasangan suami istri yang baru menikah ini?  Mengapa kehidupan jadi sulit?  Mengapa rumah tangga keluarga baru harus dimulai “Unexpected life”?
Di balik semua peristiwa yang tidak diharapkan, tangan Tuhan sedang merenda.  Di balik kesempitan hidup, ada kesempatan yang Tuhan mau kita alami.  Mari kita lihat realitasnya:
Pertama, Tuhan memakai perubahan keadaan dan kebijakan pemerintah untuk menggenapkan rencana-Nya (Mikah 5:2).  Semua nubuat tentang Mesias digenapkan oleh Yesus Tuhan dalam cara yang tidak dipikirkan dan dimengerti manusia.  Tuhan sedang bekerja di balik segala kesulitan yang orang percaya alami.
Ke dua, Tuhan memakai masa tidak nyaman di “kandang” (bukan hotel bintang 5) sebagai kesempatan orang-orang percaya melihat mujizat-mujizat Tuhan.  Lihatlah, justru di tengah kandang bau dan hidup nomaden, Yusuf dan Maria menerima mas, mur dan kemenyan dari orang majus.  Ini mujizat Tuhan di tengah kekurangan untuk mencukupkan perjalanan hidup pasangan muda ke tempat lain, yang kalau boleh disebutkan sebagai tempat baru dan asing sebagaimana panggilan dan bagian rencana-Nya.
Perhatikan kesaksian para gembala ketika mereka didatangi para malaikat Tuhan! Sangat banyak jumlahnya dan sangat menakjubkan kilauan kemuliaan Tuhan di padang gembala!  Yusuf dan Maria mendengar kesaksian ini dan melihat Tuhan memakai mereka sebagai alat bagi para gembala untuk melihat dan percaya kemuliaan Tuhan. 
Dicatat, bahwa para gembala pulang dan memuji Tuhan (Lukas 2:20).  Mereka melihat Yesus dan percaya kepada-Nya.  Mereka pulang dengan memuliakan Tuhan.  Bukankah perasaan senang, gembira dan lega itu juga kita alami ketika melihat orang lain diselamatkan, percaya dan bahkan memuliakan Tuhan dengan hidup mereka?
Ke tiga, tulisan Matius 2:16 memberitahukan dengan kehidupan nomaden yang dijalani oleh Yusuf dan Maria telah menyelamatkan hidup mereka.  Kebencian dan iri hati membuat raja Herodes memusnakan semua bayi di bawah 2 tahun.  Sungguh pikiran orang yang telah dikuasai setan.  Syukur kepada Allah yang telah melepaskan anak pertama dari pasangan Yusuf Maria.
Bila hidup jadi “unexpected”,  marilah kita coba berhenti dari cepatnya irama aktivitas.  Marilah kita bersikap seperti Maria.  Ia mengambil waktu teduh, melihat apa sedang terjadi dan merenungkan karya Tuhan di dalam hidupnya.  Di balik setiap kesulitan, ada berkat bagi orang-orang yang mengasihi Tuhan.  Di balik kehidupan yang kelihatan gagal dan sial, ada kesuksesan bagi orang-orang yang mengerjakan kehendak Tuhan. 
Apakah pada waktu menghadapi “unexpected life”, kita jadi murtad atau setia?  Apakah kita masih mau melakukan kehendak Tuhan?  Maukah kita taat meski kelihatannya tidak enak? 
Yusuf dan Maria sudah menjalani ini lebih dari 2000 tahun yang lalu.  Mereka berhasil.   Kalau ditanyakan kepada mereka, apakah gampang?  Mungkin mereka menjawab: “Enak aja lu ngomong begitu!  Tidak gampang, bahkan sulit. Yee..!  Tapi kami percaya dan kami telah melihat kemuliaan Tuhan bersinar dalam hidup kami.  Kami tidak menyesal, bahkan mau bila diberi kesempatan mengulang kembali sejarah penting dunia ini.”  Selamat Menyambut Natal !
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail