PANAH GRATIS ZHUGE LIANG

PANAH GRATIS ZHUGE LIANG

(Baca: Lukas 14:31-33)

 

100.000 anak panah gratis? Itulah hasil dari usaha Zhuge Liang ahli strategi militer Tiongkok kuno berhadapan dengan pasukan angkatan laut Cao Cao. Pria kelahiran 181-234 Masehi ini sengaja mengirim banyak perahu layaknya menyerang wilayah Cao Cao di saat udara subuh berkabut. Perahu-perahu itu diisi dengan boneka tentara jerami. Pasukan musuh termakan jebakan dan menembakkan anak panah yang luar biasa banyak tanpa mengetahui bahwa tujuan utama Zhuge Liang waktu itu bukan menyerang dan bertempur tetapi mendapatkan anak panah gratis. Zhuge Liang berhasil mencapai tujuan karena strategi yang matang dan cerdik.

Tahukah Anda, Alkitab juga mengajarkan pentingnya strategi dalam menjalani hidup? Bahkan Yesus pun secara gamblang menjelaskan hidup yang berhasil perlu perhitungan yang matang alias strategi. Yesus menjelaskan dengan sederhana, apakah cukup dengan 10.000 orang perang melawan 20.000 orang? Kalau tidak, strategi apa yang perlu disiapkan?

Inti dari penjelasan Yesus bukan tentang bagaimana menggunakan kekerasan sebagai jalan keluar tetapi dibutuhkan strategi untuk mencapai keberhasilan hidup sebagai umat ciptaan Tuhan. Adalah strategi konyol apabila manusia tidak me nomor satukan Tuhan dalam hidupnya. Adalah keliru besar apabila manusia meletakkan prioritas hidup nomor satu pada diri sendiri atau bahkan men dua kan Tuhan dengan ilah/berhala. Strategi dasar jalani hidup adalah ikut Tuhan total.

Hari ini sudahkah atau lebih tepatnya, sedangkah kita mengatur strategi hidup ini dengan benar agar berhasil? Strateginya bukan memprioritaskan diri sendiri/ego, namun Tuhan dan kebenaran Firman-Nya menjadi landasan untuk mengerjakan hidup. Yang Pertama Tuhan, kemudian keluarga, pekerjaan/karier. Kiranya Tuhan menolong kita memiliki motivasi yang murni. Mungkin kita tidak sehebat Zhuge Liang dalam strategi perang, namun kita bisa lebih hebat jalani hidup apabila mengikuti strategi Sang Pencipta yang mengetahui sejarah dan masa depan. Orang yang melibatkan Tuhan tidak akan kekurangan penyertaan-Nya. Amin.

APAKAH ARTI HIDUPMU? HIDUPMU ITU SAMA SEPERTI UAP YANG SEBENTAR SAJA KELIHATAN LALU LENYAP. (Yakobus 4:14)

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

NUH PUN LOCK DOWN

NUH PUN LOCK DOWN

(Baca: Kejadian 7:7)

 

       Tahukah Anda dalam sejarah Alkitab, “lock down” bukan barang baru? Nabi Nuh dan seisi keluarganya taat melakukan isolasi mandiri saat Tuhan memerintahkan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hampir setahun lamanya. Stres, takut, kuatir, bosan bisa jadi menghinggapi pikiran dan mental mereka selama itu. Apakah Tuhan peduli? Apakah Tuhan ingat mereka? Jawabannya adalah Ya.

       Alkitab mencatat Allah mengingat Nuh dan seisi keluarganya (Kejadian 8:1). Ketetapan Tuhan tetap dilaksanakan sesuai dengan hak dan kedaulatan-Nya sebagai pemilik dunia termasuk manusia ciptaan-Nya.

       Apa rahasia Nuh bisa bertahan bahkan berhasil hingga selesainya bencana air bah? Nuh percaya dan fokus kepada kebaikan Tuhan! Ia tidak fokus negatif tentang nasibnya terkatung-katung di tengah laut, tentang stres dan tidak nyamannya lock down. Nuh tidak fokus pada pikiran stres karena survival mode (bertahan hidup) tetapi fokus kepada kasih Tuhan yang menghasilkan ketenangan diri (calm mode).

       Doktor Emma Seppala, Ph.D, Associate Director of the Center for Commpassion dari Standford University memaparkan penelitian pikiran yang tenang (a calmer mindset) menolong kita lebih kuat, lebih objektif menghadapi masalah dan lebih cepat bangkit alias keep going.

       Pikiran stres cenderung fokus diri sehingga sulit melihat gambaran utuh sebuah permasalahan, lebih gampang jenuh, sedih, cemas, mudah tersinggung dan sulit mengambil keputusan dengan baik. Sebaliknya pikiran tenang akan membuat kerja otak rileks (alpha wave mode) sehingga memampukan kita melihat permasalahan lebih holistik, lebih kreatif dan inovatif dalam menyelesaikan masalah. Secara praktis ada 3 tips: Tarik nafas dan hembuskan dengan perlahan; Jangan terus menyalahkan diri atas apa yang terjadi dan beri kesempatan diri untuk jadi baik; Komunikasi dengan orang lain termasuk di dalamnya peduli dengan orang lain.  

       Hari ini ketika kita PSBB, bisa jadi diperhadapkan dengan banyak kesulitan mulai dari masalah ekonomi, sosial, hingga kesehatan mental. Belajar menyesuaikan diri dengan perubahan sambil tetap melakukan kebenaran dan kebaikan adalah cara hidup manusia yang diharapkan pencipta-Nya.

       Tuhan memerintahkan Nuh membuat dan masuk dalam bahtera adalah bukti kasih dan kepedulian-Nya agar Nuh dan seisi rumahnya selamat ketika mereka percaya dan taat. Sebenarnya kisah Nuh dan air bah adalah gambaran apa yang akan terjadi yakni suatu saat dunia akan kiamat dan setiap orang kelak akan mempertanggung jawabkan hidupnya di hadapan Tuhan. Matius 24:38-39 dengan jelas memaparkan bahwa setiap orang bisa masuk dalam bahtera keselamatan ketika bertobat, percaya dan mengikut Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat.

       Apakah Tuhan peduli? Jelas ya. Yang jadi pertanyaan adalah cara pikir seperti apa yang kita pergunakan dalam menghadapi pandemi virus Corona? Survival Mode dan membiarkan masalah membuat kita stres, jenuh, kuatir dan takut atau merengkuh mindfulness pikiran tenang dan menghadapi bersama dengan Tuhan?

       Jawaban ini akan menentukan bagaimana kita hidup dan bangkit di tengah pandemi Covid 19. Stay home (di rumah aja), social distancing (jaga jarak) adalah salah satu cara kepedulian dalam menghadapi pandemi virus corona. Membantu orang lain seperti berbagi sembako, mendoakan sesama, dsb adalah bagian dari menghidupi apa yang diimani dan meng imani apa yang dinyatakan oleh Firman Tuhan. Kiranya Tuhan menolong dan menguatkan kita menghadapi pandemi ini. Amin.

Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin. Pengkhotbah 4:6.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

PENGEMIS YANG TIDAK TAU DIRI

PENGEMIS YANG TIDAK TAHU DIRI

(Baca: Yeremia 31:3)

 

       Sewaktu saya kecil (kisaran usia 7-9 tahun), ada seorang pengemis mendatangi rumah demi rumah di kompleks Gang X tempat kami tinggal. Pengemis ini berpakaian lusuh, jorok dan kelihatan dekil. Saya memperhatikan pengemis lelaki tua ini mengetok pintu dari satu rumah ke rumah lain. Kebanyakan orang membuka pintu dan menggeleng kepala alias tidak memberi apapun. Hati saya tergerak oleh belas kasihan. Dalam hati saya bergumam, “Aduuh, kasihan bapak tua miskin ini tentu kepanasan. Saya tidak mempunyai uang, namun ada sebuah permen di kantongku. Ya setidaknya bisa menolong sedikit rasa haus dan lelahnya.

       Spontan saya memberinya dan berpikir pengemis itu akan merasa diberkati dan senang. Apa yang terjadi? Anda bisa tebak! Pengemis ini semula senang sekali ketika saya meletakkan “sesuatu” di tangannya. Kemudian ia melihat tampaknya itu bukan uang. Ia berkata dengan nada marah, “Apa ini?!” Jawabku, “Permen untuk bapak”. Ia melempar permen itu ke jalanan dan berjalan terus. Pengemis sombong itu menolak permen dari seorang anak kecil yang memberi dengan tulus. Sebagai anak kecil yang lugu waktu itu, saya ternganga terkejut dan belajar tentang kehidupan. Secara materi, pengemis belum tentu miskin namun mental pengemis yang tidak tahu diri tentu sangat miskin.

       Sama halnya dalam hidup ini, banyak orang seperti pengemis sombong di hadapan Tuhan.  Mereka minta berkat dan kelancaran dari Tuhan tetapi tidak mau pikul salib dan melakukan kebenaran. Secara pakaian mereka rajin dan dekat dengan istilah keagamaan, tetapi secara sikap mereka tidak melibatkan Tuhan dan menghargai-Nya dalam keseharian. Hanya ketika manusia sadar diri lusuh dan  compang camping dalam dosa; di sanalah ada harapan dan kabar baik! Tuhan dari jauh melihat hati yang bertobat dan mengatakan, “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu”.

       Jadi miskin di hadapan Allah justru baik karena itu sebuah kesadaran yang menuntun kita belajar menghargai Tuhan dengan mencari, mendengar dan melakukan Firman Tuhan. Yang memalukan adalah mental miskin: sudah mengemis sombong pula, sudah berhutang tetapi lebih galak dari yang menghutangi, suka minta gratisan padahal ada orang lain yang lebih membutuhkan. Kiranya Tuhan menolong kita untuk menghargai kasih yang sudah dinyatakan-Nya. Amin.

AJARLAH KAMI HIDUP DALAM ANUGERAH MU YA TUHAN

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail