MENGEJAR KERETA TUHAN

MENGEJAR KERETA TUHAN

(Baca: Matius 6:33)

courtesy kagaya picture

     

       Pengalaman yang tidak terlupakan ketika saya bersama dengan teman hampir terlambat mengejar kereta Solo-Yogyakarta. Jangan salah, mengejar kereta bukan seperti di film action saat pemeran utamanya berlarian dan berusaha masuk ke dalam kereta, tetapi berpacu dengan waktu agar sampai ke stasiun tepat waktu sebelum keretanya berangkat. Jika kami begitu berusahanya mengejar kereta tujuan Yogyakarta, bagaimana jika yang kami kejar adalah “Kereta Tuhan”?

       Insiden ini mengingatkan saya akan lagu Sekolah Minggu yang berbunyi “Aduh senangnya naik kereta… dst.” Pujian ini sedikit banyak mengingatkan saya akan kegembiraan yang kita rasakan saat menumpangi “Kereta Tuhan,” atau dengan kata lain saat hidup kita seturut Firman Tuhan. Kereta Tuhan inilah yang seharusnya kita kejar, karena Kereta Tuhan inilah yang akan menuntun langkah hidup kita.

       source train the salt collectiveManusia zaman ini lebih tertarik mengejar “kereta kesuksesan,” “kereta kekayaan,” “kereta jodoh,” dan kereta-kereta lainnya. Manusia lebih berfokus dan menghabiskan waktunya untuk mengejar kereta-kereta duniawi, hingga lupa bahwa yang seharusnya dikejar adalah Kereta surgawi Tuhan.

       Matius 6:33 berbunyi, “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Ayat ini seharusnya mengingatkan kita bahwa yang seharusnya kita kejar adalah Kereta kehendak dan rencana Tuhan. Saat yang kita ikuti adalah Kereta Tuhan, maka hal lainnya akan mengikuti. Sama seperti tema salah satu event saat saya masih remaja dulu, “Ini Dulu, Baru Itu.” Ingatlah bahwa kereta memiliki banyak gerbong yang mengikuti di belakangnya. Saat fokus kita adalah Kereta Tuhan, maka gerbong-gerbong lainnya akan ikut dengan sendirinya. Jangan takut, mengejar Kereta Tuhan tidak akan sia-sia!

Karya: Dewi Septiawati

 

DALAM HIDUP INI, PASTIKAN ANDA BERADA DI KERETA YANG BENAR DAN PASTI KE SURGA

train source johnparker

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

SALIB GANTI TERORISME

SALIB GANTI TERORISME

Baca: Yohanes 18:1-11

Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang (Matius 26:52).

 1

 

       Ketika mengikuti kuliah Psikologi Sosial dari profesor Scott Plous (Wesleyan University) tentang Terorisme, saya terkejut dengan statistik di Afghanistan-Irak menunjukkan justru sejak Amerika Serikat menurunkan militernya memerangi Terorisme, di sana tumbuh pesat aksi terorisme. Orang-orang yang melakukan teror tidak pandang stereotipe tertentu seperti laki-laki, fanatik agama, pendidikan rendah atau miskin ekonomi, tetapi karena kemarahan (rage). Kunci menghadapi terorisme ternyata bukan kekerasan dibalas kekerasan.

       Sebenarnya Terorisme sudah ada di kisaran jaman Yesus datang melayani di Israel. Orang-orang seperti Teudas, Yudas dari Galilea (Kisah Para Rasul 5:36-37), maupun Barabas (Matius 27:20-21) adalah teroris dengan agenda politik tertentu yang melakukan kekerasan, mengancam dan berusaha menjatuhkan pemerintah Romawi pada saat itu.

       Jauh sebelum Psikologi Sosial bahkan studi khusus Terorisme Internasional menyimpulkan menghadapi terorisme tidak efektif hanya dengan represif atau kekerasan dibalas kekerasan, Alkitab sudah menyimpulkan demikian. Petrus beraksi pedang tetapi dilarang Yesus. Kekerasan dibalas kekerasan hanya akan menghasilkan kebinasaan (Yohanes 18:11, Matius 26:52, Lukas 22:51).

       Usulan praktis menghadapi terorisme dimuncul oleh profesor William Ury dengan metode Third Side, yakni pihak ketiga yang berinisiatif komunikasi, menunjukkan perdamaian dan kasih. Pihak ketiga ini adalah kita semua (The third side is us). Profesor Edwin Bakker dari Leiden University memberikan alternatif lain dengan adanya kooperasi dan koordinasi antara pemerintah dan pihak terkait dalam mengakomodir manajemen rasa takut akibat terorisme (Fear Management). Frank Furedi menyimpulkan reaksi menanggapi terorisme berlebihan semakin mengundang teroris datang dan sebaliknya apabila masyarakat memiliki ketahanan untuk kembali kepada kegiatan keseharian mereka (resilience factor) akan lebih sulit ditembus oleh teroris.

       Masih ingatkah Anda bunyi Amsal 25:21-22? Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya (Psikologi Sosial menyebut rage), dan TUHAN akan membalas kepadamu. Salib Yesus dan pembebasan teroris Barabas menunjukkan dua hal: pertama terorisme itu ada bahkan terkadang didukung komunitas tertentu. Kedua, Alkitab memberikan solusi jelas tentang terorisme bukan dengan kekerasan tetapi kasih Ilahi.

       Ketika seseorang terjebak lingkaran setan balas dendam, di sana pelampiasan nafsu membuahkan lebih banyak masalah. Sebaliknya dengan melakukan Firman Tuhan menyelamatkan banyak orang. Pandanglah Salib Yesus yang memberikan kehangatan kasih Allah dan pengampunan untuk hidup, jangan pandang teroris yang memberi rasa takut dan ancaman kematian. Bagi orang percaya, salib Yesus dan kemenangan atas maut telah menggantikan takut, benci, dendam dari mangsa terorisme. Pandang salib Yesus yang membuat hidup jadi lebih hidup! Amin. Selamat Paskah.

cross wood

 

KEKERASAN DIBALAS KEKERASAN ADALAH BENIH TERORISME. PERBUATAN BAIK DI DALAM TUHAN MELAHIRKAN DI BUMI SEPETI DI SURGA.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail