JUJUR MENGUBAH NASIB?

JUJUR MENGUBAH NASIB?

Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya (Amsal 11:3a).

 gold

 

       “Kejujuran Ubah Hidup Wanita Pemulung ini”, itulah tajuk berita di Viva.co.id mengutip ulang Daily Mail (23 Mei 2015) yang menarik perhatian saya. Ana dos Santos Cruz, terpaksa menjadi pemulung untuk menghidupi anaknya yang berusia 3 tahun, karena suaminya sedang dalam penjara.

       Ketika mengais di pembuangan sampah Barretos (dekat Sao Paulo), Ana menemukan amplop berisi cek dalam plastik senilai £.52.000 atau lebih Rp.1 milliar. Ternyata cek ini adalah donasi untuk Rumah Sakit Kanker Barretos. Karena kesalahan petugas rumah sakit, maka terbuang di tempat sampah. Ana tidak tergiur untuk mengambil cek itu, tetapi justru mengembalikan ke Rumah Sakit yang dirasa lebih membutuhkannya.

       Berita kejujuran Ana segera menyebar dan membuat 1 pusat perbelanjan mengundangnya sebagai bintang kampanye iklan TV & Reklame. Ana mengatakan, “Saya sebelumnya tidak dilihat orang, tapi kini orang minta tanda tangan saya, bicara dengan saya di Face Book”  Ya, itu semuanya berkat kejujuran yang mengubah kehidupannya.

       Kisah nyata di atas sungguh bertolak belakang dengan banyak keadaan di sekeliling kita jaman ini. Apakah benar, kejujuran mengubah nasib hidup? Kenapa banyak orang jujur seolah “ajur” (hancur/rugi)? Apa kata Firman Tuhan tentang hal ini?

       Amsal 11 ditulis oleh raja Salomo, yang dikenal sukses oleh dunia karena memiliki banyak harta, takhta dan wanita. Ia menyimak kehidupan dan merasa muak dengan kegemerlapan dunia tetapi kosong (Baca Pengkhotbah 1-6). Salomo mencari nilai hidup dan membandingkan jalan yang benar dan salah, baik dan buruk, serta konsekuensinya. Integritas orang jujur membuatnya berada di jalur yang benar (Amsal 10:3a).

      legacy honest Kejujuran tidak serta merta mengubah nasib, tetapi memastikan orang tersebut berada di jalur berkat Tuhan. Sebaliknya, ketidak-jujuran Walau terkesan cepat untung namun sedang menghancurkan jalan hidupnya sendiri. Kiranya Tuhan menolong kita cerdik dan “lihai” seperti ular tetapi tetap jujur dan tulus seperti merpati.

Disadur dari tulisan: Bp. Surya Wiraatmadja

 

JUJUR TIDAK SERTA MERTA MENGUBAH NASIB ORANG, TETAPI MEMASTIKAN BERADA DI JALUR BERKAT TUHAN

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

RAJA MENYAMAR SEBAGAI ORANG BIASA

RAJA MENYAMAR SEBAGAI ORANG BIASA

(Baca: Matius 22:34-40)

… Perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup (Lukas 10:28)

sky kingdom

 

       Ratusan tahun lampau, seorang raja mengeluarkan dekrit kepada orang-orang di kerajaannya, “Hormatilah raja dan hargai orang sekitarmu!”. Setelah itu raja ini menyamar sebagai rakyat biasa bersama pengawal pribadinya yang juga menyamar. Raja ingin melihat secara natural kehidupan rakyat dan pemerintah di tingkat bawah.

       Ketika masuk ke sebuah depot, raja yang biasa dilayani dengan spesial dan serba mewah ini justru memesan makanan seperti kebanyakan orang di sana. Ia bahkan menuangkan teh hangat kepada pengawalnya. Terkejut dan segan luar biasa, pengawal yang biasanya langsung bersujud dan menyembah jadi kebingungan harus bagaimana. Ia tidak ingin merusak rencana penyamaran. Akhirnya ia memberikan kode mengetuk jari telunjuk dan tengah sebagai tanda bahwa ia sangat berterima kasih.

       Ada aura yang berbeda dari seorang “asing” di distrik tersebut. Sebagian kecil orang mengetahui bahwa orang “asing” ini spesial, tetapi sebagian orang termasuk polisi dan pejabat setempat curiga bahwa orang “asing” ini bukan orang baik, dari luar, bermaksud jahat dan hendak dibereskan. Pejabat setempat tidak dapat menandingi kesopanan dan kerendahan hati orang “asing” ini. Polisi akhirnya hendak menjebak dan bertanya, “Tampaknya kamu bukan orang kerajaan di sini! Coba tunjukkan apa dekrit terbaru kerajaan? Kalau kamu tidak bisa menjawab, masuk penjara! Tunjukkan identitasmu!

       Pengawal raja sangat marah atas kekurangajaran polisi setempat dan hampir terjadi perkelahian. Raja menahan reaksi pengawal dan berkata kepada polisi, “Hormatilah raja dan hargai orang sekitarmu! Itu diucapkan satu minggu yang lalu di depan balai Agung Kerajaan yang disaksikan semua utusan tinggi pejabat provinsi dan berlaku bagi semua orang di kerajaan.” Lalu orang “asing” ini mengeluarkan identitas diri berupa lempengan logam emas kerajaan. Kontan, semua orang yang ada di situ terkejut, termasuk polisi ini yang terperangah dan gemetaran sambil bersujud dan mohon ampun.

       Ilustrasi di atas hanya sebuah cerita untuk menggambarkan kurang lebih sikap negatif orang-orang Farisi dan Saduki kepada Yesus Kristus. Mereka iri, benci, prasangka negatif dan bahkan hendak menjatuhkan orang “asing” (Yesus Kristus) ini karena Yesus telah menarik hati rakyat dan menghadirkan Firman Tuhan lebih dahsyat (Bdk.Matius 22:23-46).

       Ahli Taurat (yang seharusnya diidentikan dengan pejabat Kerajaan Allah) menginterogasi Tuhan dan Raja-Nya sendiri mengenai apa yang paling utama dalam pembelajaran Taurat dan Kitab Para Nabi. Mereka sebenarnya sudah tahu apa jawabannya. Saya membayangkan Yesus tersenyum dan berkata, “Kasihilah Tuhan Allahmu total dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.” Pada saat yang bersamaan hidup “para pejabat kerajaan Allah” ini lebih difokuskan pada kegiatan religius, fanatik fatalisme, dan hatinya jauh dari kasih.

       Apa jadinya bila Tuhan Yesus Kristus pada saat itu juga langsung menunjukkan kuasa dan kebesaran Ilahi sambil berkata, “lho, itu kan Firman-KU?! Engkau hendak mencobai Allah?” Bisa dibayangkan seperti polisi setempat dalam cerita di atas, para ahli Taurat, Farisi bahkan Saduki bakal bersujud dan gemetaran berhadapan dengan TUHAN Pencipta alam semesta.

       Hari ini kebenaran universal yang sama berlaku. Kita hidup di jaman yang diliputi prasangka negatif, kebencian, sakit hati, kemarahan, kepentingan diri sendiri dan nafsu. Ini yang membuat kita cenderung menolak Firman Tuhan dan berkata, “Kamu tahu apa tentang hidup? Kamu tahu apa tentang prioritas hidup?” Yesus pun menjawab, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu… Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:37-39).

 

HIDUP ITU DIUKUR DARI DALAM HATI MENGALIR KE PERBUATAN

 

the Story

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail