PERJALANAN SINGKAT

PERJALANAN SINGKAT

(Baca: Efesus 5:14-21)

P sing

 

       Seorang pemuda baru pertama kali ia naik kereta api. Ia begitu gembira dan sambil menikmati laju kereta, pemuda ini mengamati sekelilingnya. Kemudian naiklah seorang ibu muda yang cerewet dan suka mengomel dengan banyak barang bawaan. Ibu ini duduk di sebelah seorang ibu lain yang berusia paruh baya. Ibu muda cerewet tersebut mengomel bagaimana buruknya layanan kereta, mengkritik pemerintah yang dinilai lamban dan menggerutu tentan banyak hal.

       Akhirnya tiba di titik transit perhentian dan ibu cerewet tersebut bergegas turun. Pemuda yang dari tadi terasa terganggu serasa lega. Kemudian dari lajur samping tempat duduknya, pemuda ini melontarkan kalimat, “Ribut sekali nona cerewet itu. Ibu tidak jengkel dengan komentarnya yang semua negatif?” Ibu ini tersenyum dan menjawab, “Kenapa harus ribut untuk sesuatu yang sepele? Perjalanan bersama kita singkat. Di perhentian berikutnya, saya juga turun.”

       Pemuda ini terdiam sejenak dan menyadari bahwa perkataan ibu paruh baya tersebut penuh dengan hikmat. Perjalanan bersama kita singkat kenapa harus ribut dengan hal sepele. Bukankah perjalanan hidup manusia ini singkat dan kekekalan jauh lebih panjang? Hari ini kita hidup di tengah-tengah banyak orang yang suka berkomentar negatif, rasialis, bahkan sambil menyebut nama Tuhan bersamaan melakukan tindakan kekerasan dan makian terhadap orang yang berbeda sudut pandang.

       Paulus mengingatkan jemaat di Efesus mengenai arti hidup sebagai umat Allah di tengah-tengah dunia yang jahat. Ketika orang lain berkata kotor, kita dipanggil untuk berkata baik dan membangun. Ketika orang lain berbuat jahat, kita dipanggil tetap berbuat baik. Ketika orang lain mengeluh dan menyumpah, kita dipanggil untuk belajar mengucap syukur dan mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita. Ketika dunia hidup dalam kegelapan, kita dipanggil untuk hidup dalam terang Tuhan. Perjalanan hidup kita singkat, mari kita gunakan dengan bijaksana di dalam Tuhan. Niscaya kita memetik banyak berkat-Nya. Amin.

PERJALANAN HIDUP BERSAMA INI SINGKAT, MARI KITA GUNAKAN DENGAN BIJAKSANA DI DALAM TUHAN

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MANIA SELFIE

MANIA SELFIE

(Baca: Markus 7:14-23)

selfie

       Anda pernah menjumpai keadaan seperti ini? Ketika mau makan, difoto; sedang berada di objek wisata, difoto; sedang bersama teman, difoto; bahkan hampir semua kegiatan tidak lupa di foto. Ya, itulah yang disebut mania “selfie”.

       Pemerintah Rusia baru saja mengeluarkan peraturan agar waspada bagi para penggila selfie, pasalnya sudah dijumpai ratusan kasus orang yang mania selfie dan akhirnya mencederai bahkan menelan korban nyawa. Gara-gara mania selfie di jalan raya, ditabrak kendaraan. Akibat selife di atas bukit tinggi dan terjal, akhirnya jatuh.

150708135914-russia-selfie-brochure-large-169

       Mania selfie sebenarnya berkaitan dengan dinamika psikologi seseorang untuk menjadi populer.  Doktor Mitch Prinstein dari University of North Carolina at Chapel Hill, Amerika Serikat (July 2015)  menjelaskan bahwa ada banyak data penelitian tentang Psikologi Populer mengenai keadaan seseorang pada posisi ditolak, kontroversi, terabaikan dan terkenal. Apa yang dialami seseorang di masa kecil entah itu populer/tidak populer akan berpengaruh bagaimana bersikap ketika dewasa, baik di  pekerjaan, keluarga maupun  lingkungan sosial.

       Apakah mania selfie sebenarnya menunjukkan narsis atau rendah diri? Apa kata Firman Tuhan?  Yesus mengingatkan agar waspada terhadap motivasi dari dalam hati, seperti pikiran jahat, kesombongan, kelicikan, keserakahan, hawa nafsu dsb. (Markus 7:14-23). Prinsip dasar selfie yang benar terletak pada motivasi hati.

       Mau selfie? Boleh-boleh saja, namun ada baiknya kita bertanya: Apakah ini berguna dan menjadi berkat buat orang lain? Apakah sifatnya membangun untuk kebaikan? Apakah dengan memuat ini nama Tuhan dipermuliakan? Apakah ini sopan, baik, benar? Hanya Tuhan dan diri sendiri yang tahu motivasi hati. Kiranya Tuhan menolong kita hidup berkenan di hadapan-Nya. Amin.

Kata orang, “Kita boleh berbuat apa saja yang kita mau.” Benar! Tetapi tidak semua yang kita mau itu berguna. “Kita boleh berbuat apa saja yang kita mau” –tetapi tidak semua yang kita mau itu membangun kehidupan kita. – Paulus.

Selfie

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail