REFLEKSI PASKAH: ARTI IKUT YESUS

Refleksi Paskah: Arti Ikut Yesus
(Baca: Matius 26:30-35,56)

pesach

       Coba tebak gambar berikut di bawah ini: Di mana dan kapan kejadiannya?

Picture1

Gambar ini terjadi di Gereja St.Lidwina, Bedog-Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada hari minggu 11 Februari 2018 pada pukul 07.30 pagi. Seorang radikalis menembus masuk gereja dengan membawa sebilah pedang samurai sambil menyebut nama Tuhan namun sekaligus merusak dan melukai orang-orang yang dilihatnya. Empat orang dilarikan ke Rumah Sakit, termasuk pastor Prier (80 tahun) yang sedang melayani misa (Perjamuan Kudus). Kalau seandainya Anda sebagai umat Nasrani ada di sana, apa yang akan Anda lakukan? Bagaimana kita harus bersikap sebagai umat percaya?

       Momen Paskah adalah puncak dari apa yang dikerjakan oleh Yesus Kristus selama hidupnya di dunia. Malam sebelum Yesus disalibkan, disebut malam gelap karena kuasa kegelapan sedang merasuk dan memakai manusia berjubah agama untuk melakukan pengeroyokan, penyiksaan dan pembunuhan. Secara khusus, Yesus menyampaikan kepada Petrus bahwa ia akan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Pun demikian Yesus menyemangati kalau sudah insaf agar segera bangkit dan tetap jadi saluran berkat (Lukas 22:32). Malam itu para murid kabur meninggalkan Yesus.

       Sikap yang memalukan dan sangat tidak terhormat ini dicatat dengan tujuan bahwa para pembaca melihat yang hebat itu Tuhan bukan tokoh tertentu. Kalau kita memandang manusia, kita bisa kecewa dan berkecil hati tetapi apabila kita memandang Tuhan maka iman kita akan dikuatkan.

       Pastor Prier yang dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih sudah pulih dan bangkit. Ia memaafkan pelaku. Ketika ditanya oleh reporter sebuah stasiun televisi, “Mengapa bapak memaafkan?” Dengan tersenyum dan yakin, romo Prier menjawab, “Karena itu ajaran Injil!”. Ya benar, ajaran Alkitab adalah mengampuni orang yang bersalah dan tidak melanjutkan lingkaran setan balas dendam.

       Petrus malam itu merasakan hancur hatinya karena gagal bersikap yang seharusnya. Ia bangkit dan terus melayani Tuhan. 3000 orang percaya, gereja berkembang dan umat-Nya bertumbuh dalam Firman. Itulah arti mengikut Yesus. Hari ini apabila Anda merasa banyak kelemahan, jatuh bangun dan banyak kekurangan maka jangan berkecil hati dan berhenti mengiring Tuhan. Tuhan tahu kelemahan kita dan memanggil kita untuk bertobat dan kembali bangkit menjadi saluran berkat. Selamat Paskah: biarlah kebangkitan Kristus dari kematian menjadi kebangkitan kita mengiring Tuhan sampai akhir. Amin.

KALAU KITA MEMANDANG MANUSIA, KITA BISA KECEWA NAMUN BILA KITA MEMANDANG TUHAN MAKA IMAN KITA AKAN DIKUATKAN

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MELAWAN INTOLERANSI

MELAWAWAN  INTOLERANSI

(Baca: Yohanes 16:1-4)

Bersama

       Minggu, 11 Februari 2018 Gereja St.Lidwina, Bedog,Sleman, Yogyakarta di serang oleh seorang anak muda berpaham radikalis (23 tahun). Seorang Pastor Karl Edmund Prier, SJ (72 tahun) dan sejumlah orang lainnya terkena bacokan pedang dan dilarikan ke Rumah Sakit.  Suliono, pelaku terekam tengah memenggal patung bunda Maria dan patung Yesus di Gereja itu sebelum akhirnya ditembak polisi karena hendak menyerang petugas.

       Semula saya ikut emosi melihat rekaman ini, namun apabila dikaji ulang tebersit pertanyaan: “Bagaimana seorang anak muda yang berbekal sebilah pedang melakukan aksi terorisme ini dengan hati yang dipenuhi kebencian terhadap umat Nasrani? Bukankah anak muda ini juga adalah korban dari paham radikalis?” Inilah fenomena gunung es dari indoktrinasi paham radikalis yang berhasil mencuci otak anak-anak muda generasi ini.

       Firman Tuhan sebenarnya sudah memberikan sinyal akan apa yang terjadi di dunia ini, termasuk bagaimana sikap umat Tuhan menghadapi masalah yang ada. Yohanes menuliskan nubuat Yesus tentang fenomena orang-orang akhir jaman. Mereka yang melakukan kekerasan atas nama agama sudah dicuci otaknya sehingga merasa bangga dapat berbakti dengan tuhan dalam  imajinasinya. Firman Tuhan dengan jelas menyebutkan bahwa kita dipanggil untuk memutuskan lingkaran kekerasan bukan dengan kekerasan melainkan dengan kasih. Apa mungkin? Jelas tidak mungkin! Namun semua ini jadi mungkin ketika umat Tuhan ingat akan kasih Tuhan yang terlebih dahulu menyapa kita.

       Mari padamkan api intoleransi dengan air kebaikan, yakni pengampunan dan kasih. Jaga anak didik dan orang-orang yang kita kasihi dari mangsa oknum penebar kebencian di dunia maya maupun di kampus-kampus. Lanjutkan kegiatan rutin dalam bekerja, bekeluarga, maupun bermasyarakat. Bukan kah tujuan utama teroris adalah menebar rasa takut? Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.

JANGAN BIARKAN INTOLERANSI BERAKSI DALAM KEKERASAN. BERSAMA KITA JAGA KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail