HIDUP MATI UNTUK TUHAN

HIDUP DAN MATI UNTUK TUHAN

(Baca: Roma 14:8)

roma148

       Pagi ini ketika saya menulis renungan ini, saya dikejutkan dengan kabar kedukaan. Seorang sesepuh di sebuah gereja lokal telah dipanggil Tuhan. Selama hidupnya, ada banyak pekerjaan Tuhan telah dilakukannya dengan luar biasa. Seorang bapak yang mengasihi Tuhan dan dikenal memiliki keluarga yang cita Tuhan pula. Fakta ada kehidupan dan kematian mengingatkan kita ditengah-tengah rutinitas dan kesibukan tiada henti, bahwa suatu saat segala sesuatu yang kita kerjakan akan dipertanggungjawabkan kepada Pencipta.

       Dasar pemikiran dan kepercayaan adanya hidup sesudah kematian inilah yang membuat rasul Paulus menuliskan moto hidup dan mati untuk Tuhan. Kepada jemaat di Roma pada waktu itu, Paulus mengingatkan entah kita berada di posisi sebagai orang yang lebih kuat atau lebih kaya maka kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan. Entah kita sebagai warga negara Indonesia ataupun warga jemaat sebuah gereja, kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan. Bagian kita bukan saling membandingkan satu dengan yang lain, apalagi saling menjatuhkan tetapi saling membangun dan berfokus pada menggenapi kehendak Tuhan bagi kita.

       Lebih dari 19 tahun sejak saya pertama kali melayani ibadah kedukaan. Setiap pelayanan saya berusaha mengerjakan dengan penuh hormat dan kesungguhan. Semuanya mengingatkan bahwa hidup manusia itu ada batasnya. Kehidupan adalah sebuah anugerah dan kematian adalah sebuah kenyataan yang ada tidak dapat ditolak oleh manusia. Tidak semua orang sakit pasti disembuhkan dan tidak semua orang meninggal pasti karena sakit. Raja Hizkia disembuhkan dari penyakitnya dan meninggal bukan karena sakit (2 Raja-raja 20:5-6). Nabi Elisa meskipun banyak mengadakan mujizat namun meninggal karena kelemahan fisik, yakni sakit (2 Raja-raja 13:14).

       Hari ini apabila Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk menjalani hidup, itu artinya sebuah kehormatan untuk hidup bagi Tuhan. Ada orang-orang yang menjadi rohaniwan penuh waktu, ada yang menjadi pebisnis, karyawan ataupun pengajar. Apapun profesinya, setiap kita dapat hidup untuk Tuhan dengan melakukan yang baik, yang benar dan yang mulia. Kiranya hidup kita berkenan di hadapan Tuhan, Amin.

KEHIDUPAN ADALAH SEBUAH ANUGERAH DAN KEMATIAN ADALAH SEBUAH KENYATAAN YANG TIDAK DAPAT DITOLAK OLEH MANUSIA

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENJADI LEBIH KAYA

MENJADI LEBIH KAYA

(Baca: Lukas 12:16-21)

water

 

       Sebagian orang alergi ketika kerohanian dikaitkan dengan topik menjadi lebih kaya. Mengapa? Karena topik ini sekilas terkesan tabu, rakus, dan tidak tidak pernah ada kata “cukup” alias berkesan duniawi. Memang di dalam Alkitab terpapar tentang orang kaya yang bodoh, namun bukan berarti menjadi kaya itu bodoh. Justru Alkitab mengajarkan arti menjadi lebih kaya yang sesungguhnya di hadapan Tuhan.

       Pertama, libatkan Tuhan dalam perencanaan (ayat 16-21). Orang yang disebut bodoh adalah orang yang memperkaya diri sendiri tanpa berpikir tentang orang lain. Orang yang pintar adalah orang yang memperkaya diri dan juga menjadikan orang lain kaya. Orang yang bijaksana adalah orang yang melibatkan Tuhan dalam perencanaan hidupnya. Ia melakukan Firman Tuhan dengan cara mengelolah kekayaannya sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi orang lain seperti bagi dirinya dan bagi kemuliaan Tuhan.

       Beberapa waktu lalu saya kagum dengan seorang bapak yang dalam kekayaannya justru merayakan ulang tahunnya bersama anak-anak di panti asuhan. Ia bisa saja merayakan ulang tahun di restauran mahal dan mengundang para pejabat, artis dan orang-orang berpengaruh, namun tidak dilakukannya. Motivasi menyenangkan hati Tuhan dan berbagi berkat dengan anak-anak panti adalah salah satu contoh seorang yang menjadi lebih kaya.

       Kedua, ubah pikiran negatif jadi positif (ayat 22-34). Membuang pikiran negatif tidak identik dengan bertindak lugu dan konyol. Pikiran negatif berangkat dari asumsi negatif yang kerap diikuti dengan perasaan kuatir dan cemas. Bukankah ini yang sering kali membuat orang tidak bisa tidur, muram dan depresi bahkan gila? Berpikir positif bukan pula menutup mata terhadap kenyataan, tetapi mempercayai bahwa Tuhan punya rencana yang baik meski kita tidak mengerti saat ini. Berpikir positif artinya melihat jauh dengan iman kepadaNya melampaui apa yang tengah terjadi saat ini.

       Ada sebuah kisah tentang seorang yang memiliki tetangga yang tidak baik. Tetangga ini suka membuang sampah di area rumahnya. Kemudian orang ini mengambil inisiatif kebaikan dengan mengirimkan makanan enak. Apa yang terjadi? Benar! Tetangga ini jadi baik kepadanya dan tidak membuang sampah di area rumahnya. Kendati demikian semua ini hanya berlangsung sesaat. Beberapa waktu kemudian ia kembali menjadi tetangga yang tidak baik. Inilah realitas kehidupan, bak pepatah ‘Air susu dibalas air tubah’. Terkadang memang apa yang kita tabur tidak langsung kita tuai. Kebaikan yang ditabur, sekilas nampak justru berbuah keburukan. Namun Justru disinilah yang membedakan orang pintar dengan orang bijaksana. Orang pintar melakukan sesuatu dengan cermat dan persiapan yang matang, namun tidak ada jaminan apa yang dikerjakan pasti berhasil. Orang bijak melakukan kebaikan bukan karena mengharapkan pamrih orang lain, tetapi karena hidupnya adalah ibadah di hadapan Tuhan.

       Kiranya Tuhan menolong kita menjadi lebih kaya di hadapan Tuhan dengan kedua hal di atas, sehingga apa yang kita tabur untuk Tuhan mengumpulkan pundi pundi bagi kekekalan. Kalau Tuhan berkenan, maka berkat di dunia adalah bonus tambahan.

 

ORANG BIJAK MELAKUKAN KEBAIKAN KARENA HIDUPNYA ADALAH IBADAH DI HADAPAN TUHAN

 

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

I LOVE MONDAY

 

I LOVE MONDAY

(Baca: I Korintus 1:4-5)

Thanks God3

 

 

       Kapan saat yang tepat mengucap syukur? Apakah mengucap syukur itu hanya dilakukan pada saat lancar dan merayakan keberhasilan? Bagaimana apabila kita menghadapi kesulitan dan masalah besar? Masihkah orang percaya perlu mengucap syukur?

       Paulus dalam suratnya kepada jemaat Korintus tidak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan. Padahal pada saat itu jemaat Korintus hidup ditengah-tengah kota sekuler yang makmur tetapi jauh dari kebiasaan takut akan Tuhan. Lebih mengejutkan bahwa dalam surat Korintus, Paulus lebih dahulu mengetahui jemaat yang tidak sempurna ini ada yang jatuh dalam dosa, hidup dalam dosa seksual, mengkompromikan penyembahan berhala dan terjadi keributan jemaat satu dengan yang lain. Mengapa Paulus mengucap syukur dalam kondisi seperti ini?

       Tentunya Paulus tidak mengucap syukur untuk dosa yang dilakukan beberapa jemaat. Paulus juga tidak bergembira atau syukur atas konflik antar jemaat yang menimbulkan perpecahan di rumah ibadah. Paulus mengucap syukur karena Tuhan, karena masih ada harapan bahwa tidak peduli seberapa buruk keadaan seseorang apabila di bawah anugerah Tuhan maka ada hari depan yang baik.

       Mengucap syukur adalah obat yang mujarab. Dalam rasa syukur kita dihindarkan dari nafsu rakus. Dengan mengucap syukur kita diingatkan anugerah Tuhan yang melimpah dalam hidup kita. Oleh rasa syukur kita diingatkan bahwa hanya oleh anugerah-Nya kita dapat menjadi kaya dalam segala hal.

       Mari belajar mengucap syukur pagi ini di hadapan Tuhan. Kalau kita sering dengar, “I don’t like monday.” Mari kita ganti dengan, “Thanks God. I love monday” Tidak ada hari yang lebih berarti kecuali menjalani hidup bersama Tuhan. Amin.

DUNIA BOLEH BERKATA, “I HATE MONDAY”, TETAPI ORANG YANG MAU HIDUP DALAM ANUGERAH TUHAN DAPAT BERKATA, “THANKS GOD! I LOVE MONDAY”

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

50 TAHUN HIDUP PERNIKAHAN

50 TAHUN PELAJARAN HIDUP PERNIKAHAN

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.

Apa yang telah di persatukan Allah, tidak boleh di ceraikan manusia.

(Matius 19:5-6)

50

 

 

       Apa yang dapat kita pelajari dari 50 tahun hidup pernikahan? Kehidupan yang istimewa! Bukan sesuatu yang sempurna tetapi penuh hikmah. Berikut ini adalah saduran tulisan dari hamba-Nya Bp. Surya Wiraatmadja (Jember). Mari simak dan dapatkan berkat-Nya lewat beliau.

       Pernikahan sebenarnya adalah prakarsa Tuhan dan dirancang satu kali. Banyak dari antara kita, bila pernikahan sudah mencapai 50 tahun, biasanya di rayakan dengan pesta “KAWIN MAS” (Tentu bagi orang-orang mampu keadaan ekonominya). Kami tidak merayakan pesta tersebut. Saya hanya dapat mengucap syukur kepada Tuhan, kami bersyukur Tuhan telah memberikan kami kesehatan, sehingga kami masih dapat menikmati sisa hidup ini dengan isteri yang saya nikahi 50 tahun silam.

       Dalam kehidupan berumah tangga tentunya tidak selalu dapat dilalui dengan mulus tanpa gejolak. Sekecil apapun dalam bahtera hidup kita pasti ada riak gelombang yang kita alami. Jujur kami juga mengalarni pasang surut dalam menghadapi masalah hidup berumah tangga. Saya pernah membaca kata-kata indah ketika masih remaja. (Kalau tidak salah dari sebuah novel yang berjudul LAYAR TERKEMBANG). Berikut ini kutipannya:

“Cinta itu laksana setetes embun yang baru turun dari langit, bersih dan suci, hanya tanahnya yang berlainan menerimanya … “

       Ya, seandainya cinta saya terhadap isteri diumpamakan setetes embun tersebut, maka tanah yang menerimanya adalah tanah yang subur, tanah yang menyuburkan tanaman yang tumbuh di atasnya, dan menghasilkan buah yang baik.

       Perjalanan pernikahan setengah abad yang sudah kami lewati tentunya tidak terlepas dari adanya saling mengasihi, karena kasih itu menjadikan perekat antara suami isteri, saling mengisi kekurangan masing-masing. Sebagai manusia tentunya semua mempunyai kekurangan dan kelebihan. Sepuluh jari mempunyai ukuran panjang pendek yang tidak sama, namun bila sepuluh jari tersebut dapat bekerja sama dengan baik, maka menghasilkan karya yang baik dan bermanfaat bagi sesamanya.

       Kini usia kami sudah tidak muda lagi. Kita tidak diciptakan untuk hidup 1.000 tahun. Seorang pujangga Yunani bernama Euripides, (480 SM) menamakan, “Kematian itu adalah hutang yang harus kita bayar, tua muda, kaya miskin, raja gelandangan, semua akan sama dalam kubur dan ini akan terus terjadi.” Sisa umur kami dapat dihitung dengan jari, tentunya umur kita adalah Tuhan yang menentukan. Senja itu memang indah, hanya sayang hari sudah hampir malam. Bila malampun tiba, saya berdoa semoga adalah malam yang indah, malam yang penuh bintang bertaburan di langit, yang tidak pernah kita lihat di siang hari, dengan hati penuh damai, memasuki kerajaan Allah.

 

HARI SUDAH HAMPIR MALAM, SEMOGA ADALAH MALAM YANG INDAH MEMASUKI KERAJAAN ALLAH

star in the sky

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail