SPINNER ANAKKU

SPINNER ANAKKU

(I Korintus 10:31)

spinner

       Beberapa waktu lalu anak-anak saya membeli mainan spinner. Mereka begitu gembira dan berterima kasih kepada orang tua. Katanya, “bersyukur”.  Suatu kali salah satu anak kami melihat anak lain memiliki lebih dari satu spinner dan ia ingin punya spinner lagi.

       Dalam percakapan ayah dan anak, hari itu saya menjelaskan arti bersyukur dan mensyukuri apa yang ada pada kita bukan apa yang tidak ada pada kita. Inilah yang membedakan gaya hidup rohani dan duniawi. Gaya hidup duniawi contohnya melihat tetangga memiliki kulkas baru dan ia ingin punya juga padahal kulkas lamanya masih berfungsi baik. Gaya hidup rohani sebaliknya, Firman Tuhan mengajarkan hidup yang bebas tetapi bertanggung jawab untuk sesuatu yang berguna dan membangun.

       Hari ini meskipun banyak orang rajin ke tempat ibadah, tahu dan bahkan hafal ayat Kitab Suci tidak berarti dirinya bebas dari virus hidup duniawi. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus agar memiliki moto hidup melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan Tuhan. Apabila  frasa “untuk kemuliaan Tuhan” dirasa terlalu rohani dan jauh dari kegemaran hidup kita, maka itu pertanda bahwa virus duniawi menjangkiti kerohanian kita yang rapuh.

       Ingatlah, apa yang kita tabur akan kita tuai. Mari menabur dengan gaya hidup rohani yang memperkenan hati Tuhan. Bisa jadi wadah taburan itu adalah pekerjaan di kantor, mendampingi anak di rumah, kencan dengan pasangan hidup kita, atau mungkin pergi pelayanan misi menjangkau pelosok. Mungkin Anda berkata, “Tetapi… saya banyak dosanya dan banyak melakukan kesalahan. Apakah Tuhan masih memberikan kesempatan?” Selagi Anda dapat membaca tulisan ini, itu artinya Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk berubah, bertobat dan memulai lagi melakukan yang baik, benar, yang manis, yang berguna dan membangun. Selagi ada kesempatan mari membiasakan gaya hidup rohani. Kiranya Tuhan menolong kita. Amin.

HIDUP BAGAIKAN SPINNER, SUATU SAAT AKAN BERHENTI BERPUTAR. BERBAHAGIALAH ORANG YANG MENGGUNAKAN HIDUPNYA DENGAN BAIK.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENGENDARAI PERUBAHAN

 

MENGENDARAI PERUBAHAN

Markus 2:13-17

mengendarai perubahan

 

       Beberapa waktu lalu saya naik Grab, yakni salah satu nama jasa transportasi on line.  Sederhananya aplikasi ini dirancang mempertemukan pengguna di satu titik dengan penjual jasa di titik terdekat untuk menghemat biaya dan waktu.

       Rupanya tidak semua orang menyukai perubahan dan selalu ada pro dan kontra. Setidaknya itulah yang dikeluhkan oleh salah seorang sopir Grab yang saya tumpangi. Beberapa kali kendaraannya di gores oleh oknum dari jasa transportasi konvensional. Ketidaksiapan mengendarai perubahan berarti tertinggal. Dalam kondisi seperti ini, maka mudah sekali bagi manusia untuk jatuh dalam iri hati, kebencian dan kemarahan.

       Rasa benci, iri dan berusaha mencari kesalahan inilah yang dilakukan oleh para rohaniwan jaman itu ketika melihat Yesus lebih dibutuhkan dari pada mereka. Yesus makan bersama dengan para pemungut cukai yang waktu itu dianggap sebagai pengkhianat bangsa  dan perampok uang rakyat. Dengan motivasi cari kesalahan, para Farisi dan Ahli Taurat bertanya, kenapa Yesus yang seharusnya adalah tokoh rohaniwan justru dekat dekat dengan pendosa?

       Yesus melakukan sebuah terobosan melampaui tradisi saleh agamawi. Alih-alih menjauhi “orang bermasalah”, Yesus justru merangkul dan menjangkau “mereka yang terbuang” agar diselamatkan. Tradisi, rutinitas agamawi, kebiasaan akan diuji oleh perubahan dan tolak ukurnya adalah kebenaran Tuhan.

       Saat ini kita ada ditengah perubahan jaman. Orang yang tidak mengikuti perubahan jaman menjadi kuno. Orang yang asal ikut perubahan jaman tanpa hikmat Tuhan akan tersesat dan dibawa ke mana saja angin bertiup. Untuk mengendarai perubahan jaman dibutuhkan  prinsip kebenaran Firman Tuhan agar tetap relevan dan tidak keblinger/terjerumus dalam kehancuran.

       Jaman terus berubah. Sikap seperti apakah yang ada pada kita? Membenci semua perubahan? Iri dan tidak suka dengan orang yang lebih baik? Ketika kita “melempar batu” terhadap orang yang dianggap saingan, bukankah itu sama halnya yang dilakukan para rohaniwan kepada Yesus?  Bukan orang yang merasa diri baik, suci dan saleh yang dilawat oleh Tuhan tetapi mereka yang sadar sangat butuh Tuhan, bertobat dan mengikut Dia! Mari berjalan bersama Tuhan di tengah perubahan jaman ini.

KITA BUTUH HIKMAT TUHAN MENGENDARAI PERUBAHAN JAMAN

 

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BOCAH LOPER KORAN

BOCAH LOPER KORAN

(Baca: Matius 7:1-5)

waktu

       Elias dilahirkan dari keluarga miskin.  Di usia Sekolah Dasar, ia harus mengantar surat kabar pada waktu subuh dan setelah pulang sekolah. Tidaklah heran nilai pelajaran di sekolahnya sangat jelek.  Ayahnya mengijinkan Elias untuk menekuni dunia menggambar. Hasil gambarannya banyak ditolak di sana sini. Ia bahkan pernah dipecat karena dianggap tidak bisa menggambar dengan baik. Ketika usahanya mulai berhasil, ia ditipu oleh rekan kerjanya. Apakah hidupnya berarti gagal? Apakah masa depannya suram karena lahir dari keluarga miskin dan prestasi sekolahnya tidak baik?

       Elias atau nama lengkapnya Walter Elias Disney adalah pesohor kartunis yang terkenal di dunia. Bermula dari menggambar tikus yang diberi nama Mickey Mouse, kelak berdiri taman hiburan anak Internasional disney land, resort, hotel, televisi dll. Di akhir hidupnya, Elias (05 Desember 1901-15 Desember 1966) memiliki kekayaan lebih dari US $.20 juta. 55% diwariskan kepada keluarga dan 45% dipersembahkan untuk amal.

disney

       Banyak orang menilai dan menghakimi orang lain sebelah mata. Manusia sering kali diukur dari  besarnya kekayaan, tingginya pendidikan dan banyaknya prestasi keberhasilan. Setiap orang memiliki waktunya sendiri yang unik dan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan kelak. Membandingkan diri dengan orang lain dapat menghasilkan tinggi hati atau rendah diri. Firman Tuhan mengingatkan kita bahaya menilai dan menghakimi orang lain dapat berakibat pada iri hati atau merendahkan orang lain. Sebaliknya meng-evaluasi diri adalah sikap yang bijaksana. Sebelum mengumpat, memaki, atau mengejek orang lain yang berbeda dengan kita; ada baiknya kita belajar mempertimbangkan dengan pertanyaan: Apakah Tuhan akan tersenyum atau kecewa dengan sikap saya? Apakah berita yang saya dengar adalah benar atau saya pikir mungkin benar? Apakah reaksi yang saya timbulkan lebih karena emosi atau menyuarakan kasih? Kiranya Tuhan menolong kita selangkah lebih maju lewat refleksi diri, motivasi hati dan cara menyikapi sesuatu dengan bijaksana. Amin.

SETIAP ORANG MEMILIKI WAKTUNYA SENDIRI YANG UNIK DAN DIPERTANGGUNG JAWABKAN KELAK KEPADA TUHAN

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

GELAP… GUBRAAKKK…!

GELAP! “GUBRAAK..!”

(Baca: Yohanes 8:12)

light-of-world

 

       Berjalan dalam gelap itu memang tidak enak. Malam itu saya terbangun hendak buang air kecil. Berhubung semua lampu sudah dimatikan, maka saya meraba-raba untuk mencari pintu dan tiba-tiba, “gubraak…!” benturan pintu dengan kepala membuat badan yang setengah sadar langsung bangun. Akhirnya sejak saat itu kami memasang lampu kecil yang otomatis menyala apabila gelap. Meskipun lampu secuil, betapa indahnya makna terang di tengah kegelapan.

       Berjalan dalam gelap itu memang tidak enak. Terang adalah satu-satunya harapan ketika kita menyadari arti hidup dalam kegelapan. Inilah yang disampaikan Yesus pada saat itu, bahwa orang yang berjalan dalam terang tidak akan terjatuh di dalam kegelapan. Yesus bukan menyediakan terang secuil atau redup-redup, tetapi terang secara berlimpah agar kegelapan itu sirna.

       Banyak orang hidup dalam kegelapan dan membentur ke kiri dan ke kanan. Kebencian, iri hati, balas dendam dan saling menjatuhkan adalah ciri dari orang yang hidup dalam kegelapan. Kegelapan lah yang membuat manusia tidak melihat kebenaran dan hidup dalam kehancuran. Sebaliknya, hidup dalam terang lah yang membuat manusia melihat kebenaran dan kebenaran itu memerdekakannya. Orang yang hidup dalam terang memancarkan perbuatan yang benar dan bukan hanya baik, kasih dan bukan hanya adil.

       Saya pikir standar orang sukses bukan orang kaya, pandai atau banyak prestasi dan besar pengaruhnya. Orang yang sukses adalah orang yang memahami apa tujuan ia ada di dunia dan mengetahui dengan pasti kemana ia akan pergi. Orang yang berhasil tidak akan hidup di dalam kegelapan, karena kegelapan berarti kegagalan. Orang yang hidup dalam terang dari dalam hatinya memancarkan aliran kehidupan. Anda ingin mengisi hari-hari dengan keberhasilan? Hiduplah dalam Terang! Amin.

JESUS ONCE AGAIN ADDRESSED THEM: “I AM THE WORLD’S LIGHT. NO ONE WHO FOLLOWS ME STUMBLES SAROUND IN THE DARKNESS. I PROVIDE PLENTY OF LIGHT TO LIVE IN.”

terang

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail