RUMAH SEMUT

RUMAH SEMUT

Baca: Yohanes 16:29-33

1

Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia (Yohanes 16:33b).

 

 

       Anda pernah dengar rumah semut Musamus di Merauke, Papua? Saya pernah memegang dan mengetuk bekas koloni rayap (termites) ini, luar biasa kerasnya. Tidak heran benteng yang juga ditemukan di Afrika, Australia, Amerika Selatan ini terkadang dapat diinjak gajah dan tidak hancur.

       2Hari itu saya nonton ulasan koloni musamus yang diserang musuh. Koloni serangga ini berusaha menutup sarangnya sambil ramai-ramai mempertahankan diri. Akhirnya raksasa besar diusir oleh kawanan kecil ini. Kerjasama dapat menghasilkan sinergi yang kuat, sendirian cenderung lemah dan kalah.

       Itulah yang tampaknya terjadi ketika Yesus dan para murid disergap kawanan prajurit bersama para tokoh agama yang hendak memebelenggu Yesus (Yohanes 18:12). Yesus mengetahui segala sesuatu dan mengingatkan para murid agar tidak kecewa, berkecil hati dan pupus harapan (Yohanes 16:31-32). Apakah para murid sendirian? Apakah Yesus sendirian? Sebenarnya, Tuhan hadir di saat sukar dan kelam sekalipun. Gelapnya aniaya salib diterangi lewat kebangkitan dan kemenangan Allah yang hidup.

       Daud bisa mengalahkan raksasa Goliat (I Samuel 17:50) bukan karena ia seorang diri tetapi ada Tuhan menyertai-Nya. Yusuf kerja keras dan gesit mengambil peluang hingga hidupnya sukses bukan karena kehebatan dirinya (Kejadian 50:20). Mereka sebenarnya tidak seorang diri tetapi bersama Tuhan ada kekuatan dan kemenangan.

       Mengikut Yesus bukan tentang hidup terus menerus lancar dan tidak ada masalah, tetapi tentang berjalan bersama Tuhan adalah seperti membangun benteng yang kokoh dari musuh kehidupan. Jangan terlarut dalam mental pesimis, kesepian, kelemahan dan kegagalan. Lihatlah Yesus Pemenang yang sanggup memberi kekuatan, keberhasilan dan damai sejahtera. Selamat memasuki masa Paskah.

 

MENGIKUT YESUS BUKAN TENTANG HIDUP TERUS MENERUS LANCAR TETAPI BERJALAN BERSAMA ALLAH YANG HIDUP

cross

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

40 KM BERSAMA TUHAN

40KM BERSAMA TUHAN
(Baca: Yunus 3:1-10)
“Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.” Yunus 3:10
Apa yang kesan Anda mendengar “kota besar”?  Gedung-gedung pencakar langit, teknologi canggih? Kalau saya terbayang kepadatan penduduk dan tingkat kejahatan yang tinggi disamping yang lain-lain.  Kota besar memang seperti gula yang nikmatnya menarik banyak semut datang.  Kerap kali justru di kota besar terdapat kompleksitas besar mulai dari yang positif sampai yang negatif.
Niniwe di jaman Yunus adalah kota besar 3 hari perjalanan luasnya. Bila dihitung rata-rata ukuran tentara romawi marchingsehari adalah 40km maka setidaknya panjang kota Niniwe lebih dari 120km.  Yunus berjalan 40km (mungkin sedikit lari karena bukan tentara) sambil berkhotbah penginjilan sepanjang hari adalah pelayanan yang sangat melelahkan.
Apa yang dilakukan Yunus boleh dikatakan contoh dasar ilmu berkhotbah (homiletik) yang sederhana sekaligus tepat.  Dikatakan sederhana karena tidak memakai penjelasan panjang bertele-tele.  Dikatakan tepat karena tajam menusuk ke sasaran sesuai isi hati Tuhan. Yunus dipakai Tuhan luar biasa bukan karena kepandaiannya, buka pula karena fasih lidah.  Yunus dipakai Tuhan karena ia mau dan taat.
Setiap kitapun dipanggil Tuhan untuk rencana yang luar biasa indah dan dahsyat.  Tuhan mau memakai setiap orang percaya yang bersedia untuk Tuhan.  Ada kalanya lewat perjalanan yang panjang, sukar dan sulit sebelum kemuliaan Tuhan dinyatakan dan banyak orang diberkati.  Bersediakah Anda berjalan bersama Tuhan dalam ketaatan?
KESEMPATAN YANG SANGAT INDAH DALAM HIDUP SEJARAH MANUSIA YANG FANA INI ADALAH APABILA BOLEH DILIBATKAN DALAM PEKERJAAN  TUHAN.  BERSEDIAKAH ANDA?

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BERTUMBUH DALAM ANUGERAH TUHAN YANG ISTIMEWA

BERTUMBUH DALAM ANUGERAH TUHAN YANG ISTIMEWA
“Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Enkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”  Ayub 42:5 .
Apakah yang membuat seorang pengikut Yesus dikatakan bertumbuh?  Apakah karena ia sudah puluhan tahun mengunjungi Gereja?  Apakah karena ia semakin tahu banyak tentang filsafat Kristen, menghafal katekismus bahkan mengenali isyu teologi kontemporer terkini yang disebut bertumbuh?
Saya cukup sering mendengar percakapan orang Kristen yang mengatakan bahwa dahulu dia adalah aktivis di sebuah Gereja, giat melayani dan sangat terampil dalam bidang tertentu pelayanan.  Yang lainnya mengatakan sebagai pengurus sebuah Gereja dan bahkan sudah puluhan tahun.  Kebanggaanya adalah “sebelum kamu lahir, saya sudah terjun dalam pelayanan.”  Namun sedih sekali ketika mengetahui posisinya saat ini yang jarang ke Gereja, tidak lagi aktif melayani Tuhan dan tidak juga menunjukkan pertumbuhan rohani yang nyata.  Apa yang terjadi?
Kalau kita kembali kepada kehidupan Ayub, kita terkagum-kagum dengan gaya hidup yang dinyatakan setiap harinya.  Seorang yang mengasihi Tuhan, rajin berbuat baik, tahu diri (saya pikir tidak berlebihan mengatakan demikian karena Ayub bukan saja sering introspeksi diri tetapi juga kehidupan keluarganya.  Lihat Ayub 1:5), dsb (Ayub 1:1-3).  Boleh dikatakan Ayub adalah sosok ideal dari kehidupan seorang anak Tuhan.
Tetapi apa yang terjadi setelah pergumulannya yang berat menderanya bertubi-tubi?  Seperti pengujian dalam api yang sangat panas, aslinya akan kelihatan.  Di satu sisi dimurnikan, di sisi lain yang kotor-kotor menempel disingkirkan.  Ayub bergumul luar biasa dengan Tuhan dan menemukan yang namanya pertumbuhan.
Pertumbuhan rohani kerap kali terjadi bukan pada saat lancar dan “baik-baik saja” melainkan pada saat sulit dan banyak tantangan.  Pertumbuhan rohani tidak terjadi dengan sendirinya tetapi dikerjakan.  Pertumbuhan rohani bukan tentang keterampilan atau pertambahan pemahaman kognitif tetapi lebih kepada keputusan dan dinamika bersama Tuhan.
Ayub mengatakan, “ Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Enkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub 42:5).  Inilah yang disebut pertumbuhan rohani.  Pertumbuhan rohani terjadi bukan karena usaha kita semata tetapi karunia Roh Kudus yang kita responi dalam tantangan hidup.
Ayub yang tadinya banyak tahu tentang Tuhan (know about God) sekarang belajar mengenal Tuhan (knowing God).  Ada beberapa perbandingan yang unik dari Ayub 42:5 ini, yakni antara masa lalu (past) dengan masa kini (present); antara mendengar saja (hear) dan kemudian juga melihat (see); antara tahu dari orang lain menjadi tahu sendiri secara personal. 
Kedalaman makna pertumbuhan rohani Ayub yang dilukiskan di 42:5 menunjukkan bahwa pertumbuhan rohani bukan tentang sejarah tetapi kekinian dan bersifat relasi pribadi dengan Tuhan.  Apa yang kerap dibanggakan banyak orang-orang percaya adalah “saya dahulu pernah berprestasi dalam hal ini, pernah aktif melayani dalam hal itu, dst”.  Tetapi pertumbuhan rohani lebih pada apa yang Tuhan baru saja dan sedang melakukan sesuatu dalam hidup kita.
Ketika kita bertumbuh secara rohani maka itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa.  Seseorang boleh mengusahakan banyak kegiatan dan sikap rohani yang luar biasa indah dan jadi berkat buat banyak orang, tetapi bertumbuh sendiri adalah hasil kerja dari Roh Kudus.
Anugerah Tuhan itu istimewa, sifatnya personal dan bukan barang dagangan.  Ayub selama ini telah menunjukkan kesaksian hidup yang sangat baik dan menjadi teladan buat kita semua, namun ketika Ayub tiba pada satu pengakuan dari past ke present, dari hear ke see, dari other ke mine maka ia tengah bertumbuh dalam relasi yang paling personal dalam hidupnya: hanya antara aku dan Tuhan.
Hari ini Tuhan memanggil Anda dan saya untuk masuk dalam dimensi rohani ini, yakni pertumbuhan rohani.  Sebuah dinamika rohani yang tidak berhenti di masa lalu tentang betapa hebatnya jasa kita atau tentang betapa hebatnya kebaikan Tuhan, tetapi sebuah keputusan hari ini: saya mau berjalan bersama dengan Tuhan dengan konsekuensi yang paling buruk sekalipun.  Sebuah pengalaman pribadi yang mengajak diri sendiri untuk menghargai anugerah Tuhan yang istimewa itu sekarang.  Kiranya anugerah Tuhan yang istimewa dalam Tuhan Yesus Kristus membawa kita semakin bertumbuh.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail