MEMULAI HIDUP DARI AKHIR

MEMULAI HIDUP DARI AKHIR
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.Matius 5:3
 
Apakah yang membuat penasaran ketika membaca sebuah novel seru?  Cerita awalnya atau solusi dari cerita akhirnya?  Banyak orang sanggup membaca novel dengan tebal lebih dari 900 lembar karena dikemas dengan sangat menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu yang mendalam. 
Tidak heran bukan hanya novel, film televisi serial pun seperti: 24 Hours; Desperate House Wife; Sex and The City; The Unit; dsb.  Kerap banyak penonton ingin dan ingin lagi melihat karena ceritanya yang seru (tentu saja sesuai dengan selera masing-masing) dan mereka ingin tahu lebih lanjut.  Memang sich kalau terlalu panjang serial filmnya, orang bisa jadi bosan dan merasa terlalu bertele-tele.  Seperti film televisi Indonesia “Tutur Tinular” bisa sampai ratusan episode. 
Dalam kehidupan kerap kali manusia juga penasaran dan ingin tahu apa yang akan terjadi pada masa depan termasuk “nasib” hidupnya.  Banyak orang kerap kali terjebak dalam kepalsuan ramalan yang tidak pasti.  Iseng-iseng melihat ramalan, horoskop, baca tangan Tarot, ramalan bintang kerap kali dilakukan orang yang juga menyebut percaya dan pengikut Yesus juga.  Sungguh sebuah bukti kurang mempercayai Tuhan dan kurang mempercayakan hidup padaNya.  Hanya Tuhan Allah yang sanggup melihat dengan pasti dan bukan tebak-tebakan tentang keseluruhan hidup manusia.
Kehidupan yang dimulai dari ketidapastian dan ketidaktahuan di masa depan sungguh dapat membawa setiap orang pada kekaburan; keputusasaan; dan salah arah alih-alih dari pada yang dirancangkan Pencipta.  Alkitab mengajarkan bagaimana memulai kehidupan justru dari akhir dan bukan dari awal.  Sebuah kehidupan yang diukur bagaimana manusia dapat memilih akhir hidupnya dari keputusan awal, yakni sejak sekarang.
Ucapan khotbah di bukit oleh Yesus dibuka dengan sebuah kata “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Matius 5:3).  Sebuah keadaan di masa kini dan masa yang akan datang (eskatologi) dari orang yang “miskin”.  Apa maksud ayat ini?  Bukankah orang yang miskin adalah orang yang kekurangan; tidak nyaman; identik dengan penderitaan?
Kata “Bahagia” dalam bahasa Yunani mengacu kepada keadaan sangat baik; berkecukupan; senang; dan mensyukuri dan puas dengan apa yang ada padanya.  Sementara dalam konteks budaya Yunani, kata ini mengacu kepada keadaan kaya; makmur; berkelimpahan.  Tetapi dalam konteks Alkitab kata “Bahagia” mengacu kepada suatu keadaan yang tidak ditentukan oleh status; kesehatan; kekayaan ataupun ukuran dunia pada umumnya.  Kata “Bahagia” dalam hal ini mengacu kepada keselamatan dan suatu keadaan yang nasibnya dijamin oleh Tuhan sendiri.
Kata “Kerajaan Sorga” di  Alkitab memiliki pengertian yang sangat dalam dan luas dalam rana teologi.  Kendati demikian, “Kerajaan Sorga” di sini dimaksudkan sebagai suatu keadaan di mana Tuhan menjamin dan bertakhta di dalam diri orang dengan kriteria tersebut.  Suatu kepemilikan yang diperoleh sebagai anugerah Tuhan karena iman dan penerimaanNya kepada Yesus Kristus Juruselamat.
Kata “miskin” memiliki pengertian sebagai pengemis (menarik dalam bahasa Inggris dituliskan padanan dengan pauper, yakni dalam keadaan sangat miskin).  Kata “miskin “ dalam pernyataan ini berarti seseorang yang menyadari bahwa dirinya sangat miskin di hadapan Tuhan; seseorang dengan kesadaran bahwa diri orang berdosa dan sepenuhnya tidak layak dihadapan Tuhan.  Keadaan ini kerap terjadi pada tokoh-tokoh Alkitab seperti Petrus yang merasa diri tidak layak dihadapan Tuhan Yesus ketika berada di perahu yang baru saja mendapatkan banyak ikan.  Yesaya adalah contoh lain dari tokoh Alkitab yang merasa diri tidak layak berhadapan dengan Tuhan, dst.
Dengan demikian, siapapun dan apapun keadaan kita saat ini.  Apabila kita ingin berhasil dan mendapatkan yang terbaik dari Tuhan, maka kita dapat memulai dengan kesadaran penuh bahwa diri kita orang berdosa yang tidak layak dihadapan Tuhan dan perlu anugerah keselamatan agar mendapatkan Kerajaan Sorga dari Tuhan Yesus Kristus.
Ajaran humanis menekankan bahwa manusia itu baik pada dasarnya dan punya potensi hebat.  Kita hanya perlu lebih semangat, lebih termotivasi dan terlatih agar jadi manusia yang hebat.  Alkitab justru mengajarkan: kita manusia berdosa yang jauh dari Allah.  Semakin kita merasa diri bisa dan hebat, semakin kita memungkiri bahwa kita adalah orang  “miskin” dan semakin jauh pula dari bahagia yang sesungguhnya.
Marilah kita memulai hidup ini dari akhir, yakni keselamatan kekal yang diberkan lewat Tuhan Yesus Kristus (Yohanes 3:16).  Kehidupan seperti ini sungguh indah dalam cara pandang dan keberartian jalan yang dilalui setiap harinya.  Jikalau kita hidup di dalam Kristus Yesus dan mengetahui arti akhir hidup ini, maka setiap hari yang kita jalankan; setiap usaha/studi yang kita kerjakan; setiap relasi yang kita bangun; apapun hal tersebut tentunya dikerjakan secara berbeda.  Kiranya Tuhan menolong kita semua untuk memiliki kebahagiaan sejati dari Allah ini lewat cara pandang “memulai dari akhir” bersama dengan Tuhan Yesus Kristus sang Alfa dan Omega.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *