HUBRIS BABEL

HUBRIS BABEL : SEBUAH PERINGATAN BUAT KITA SEMUA!
Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi.  
Kejadian 11:9
Menara Babel adalah sebuah cerita melegenda tentang sejarah manusia di dunia.  Manusia dahulunya adalah satu keluarga besar dengan satu bahasa.  Kemudian bahasa manusia dikacau balaukan Tuhan karena motif dalam membangun kota untuk mencari kebesaran namanya.  Dari peristiwa Babel, seharusnya menjadi peringatan buat setiap kita.  Mengapa?
Babel berasal dari kata yang artinya suara-suara yang membingungkan.  Sebuah kata untuk menggambarkan apa yang terjadi pada saat manusia terserak dan terpecah-pecah akibat sikap dan perbuatannya.  Babel adalah gambaran dari sikap hidup manusia yang kelihatannya baik dan mulia tetapi sebenarnya jahat dan dikuasai oleh dosa. 
Ketika manusia membangun Babel, kelihatannya sangat baik karena pergerakannya adalah persatuan dan bukan perpecahan; membangun sebuah peradaban yang besar dan dahsyat dan bukan peperangan atau kekerasan; berkarya dengan perencanaan dan usaha yang keras untuk mewujudkan teknologi terbaru secar ilmiah dan bukan serba mendadak (tanpa perencanaan) dan tanpa perhitungan.  Babel tampaknya dibuat dengan cara dan tujuan yang baik, namun Alkitab dengan jelas mencatat motif mereka adalah “… dirikan bagi kita … kita cari nama…” (Kejadian 11:4).  Sebuah motif dosa lama yakni  untuk kemuliaanku dan bukan kemuliaanNya.
Apa yang terjadi pada Babel sebenarnya adalah tentang kumpulan manusia yang sedang mengarah pada kemurtadan.  Mereka bukan membangun peradaban saja tetapi sedang membangun kerajaan manusia dan bukan kerajaan Tuhan.  Manusia lupa bahwa bumi dan seluruh isinya adalah milik Tuhan.  Berkarya adalah adalah wujud yang mulia dari panggilan Tuhan kepada manusia sejak penciptaan (Kejadian 1:28), tetapi yang terjadi di sini adalah sebuah karya yang dikerjakan dengan kesombongan untukku dan bukan untuk kemuliaanNya (Soli Deo Gloria).
Ketika manusia menjadi hubris (hubris adalah kata dalam bahasa Inggris yang artinya keangkuhan atau keyakinan diri berlebihan yang menganggap diri menyamai bahkan melampaui Tuhan), maka sikap dan perbuatannya bisa saja kelihatan sangat baik dan mulia tetapi jauh di dalam lubuk hati sangat jahat dan meninggalkan Tuhan.
Di Alkitab tercatat beberapa kali tentang sikap hubris yang akhirnya dihukum dan ditumbangkan Tuhan.  Di sana kita melihat bagaimana malaikat yang meninggikan diri dan ingin menyamai Tuhan.  Malaikat yang memberontak itu menjadi iblis dan kelak akan dihukum dengan sangat mengerikan.  Di bagian lain kita melihat raja Nebukadnesar ketika mendapat prestasi gemilang menaklukan sangat amat banyak wilayah jajahan kemudian menjadi sombong luar biasa dan dihukum Tuhan menjadi seperti binatang yang kukunya panjang, mengais-ngais di rumput dan kehilangan kesadaran sebagai manusia untuk jangka waktu tertentu. 
Di Perjanjian Baru kita melihat raja Herodes yang karena keangkuhan luar biasa merasa diri sebagai Tuhan dan ditampar oleh malaikat Tuhan hingga mati dan dimakan cacing setelah pidatonya yang dipuji rakyat seperti “suara Tuhan”.  Sikap hubris adalah gambaran dari orang-orang yang hendak membangun menara Babel.
Hari ini peristiwa Babel terjadi di mana-mana, mulai dari unsur pemerintahan, panggung politik (saya sengaja memakai kata “panggung” karena terlalu banyak sandiwara dan tipu daya yang terjadi), sekolah atau universitas, perdagangan, bahkan hingga di dunia agama.  Sungguh sebuah potret tercela yang sebenarnya enggan dibahas oleh banyak orang.
Di pemerintahan banyak orang yang kelihatannya membangun bangsa tetapi sebenarnya penuh dengan proyek-proyek kepentingan pribadi.  Di politik uang digelontorkan sebanyak mungkin hingga hutang tak terkira, ketika sudah naik menjadi pejabat di suatu tempat maka kekuasaan menjadi alat “bayar hutang” untuk legitimasi kerajaanku.  Di perdagangan menjual produk sebanyak mungkin kelihatan baik tetapi dibaliknya dilakukan dengan menyikut orang lain, bila perlu menyikat orang lain hingga habis.  Di dunia pendidikan tidak jarang terjadi cari nama, plagiat hasil karya, hingga cara-cara yayasan untuk meraup untung sebesar mungkin dan mengabaikan kesejahteraan tenaga pengajar.
Di bidang keagamaan banyak orang-orang yang mengatas namakan untuk Tuhan tetapi sebenarnya sedang mengejar ambisi dan kepentingan kerajaannya.  Di sana terdapat oknum yang bukannya cari jiwa baru tetapi curi domba lain, di tempat lain terdapat sejumlah oknum yang ingin bangun megah dan mewah gedung ibadahnya sebagai lambang sukses, sementara yang lain sibuk buka cabang seperti franchise untuk menargetkan pengembalian break event point dan bila perlu tahun depan sudah untung banyak.
Apa yang terjadi dengan keadaan sekarang?  Apakah tenaga kita habis untuk menuding-nuding orang ini dan orang itu karena membangun Babelnya?  Saya merasa ngeri dan takut melihat realitas orang-orang yang kelihatannya baik dan seharusnya jadi teladan sebagai pemimpin tetapi terjatuh karena virus hubris Babel.  Belajar dari hubris Babel di kejadian pasal 11, seharusnya membawa kita untuk  mengevaluasi diri: Apakah yang saya kerjakan ini berkenan di hati Tuhan?  Apakah yang sedang saya kerjakan ini membangun kerajaanku atau kerajaanNya?
Belajar dari hubris Babel seharusnya membuat kita ngeri dan mawas diri agar tidak mengulangi kekonyolan mereka.  Mimpi yang dikerjakan dengan penuh semangat dapat menjadi penyembahan berhala.  Bukan salah kalau membangun, bersatu, berkerja dengan cerdik, bahkan memiliki visipun adalah hal yang baik.  Semua ini akan dipertanggungjawabkan bahkan akan dihukum oleh Tuhan apabila dikerjakan untuk identitas diri, untuk keangkuhan atau kesombongan diri, dan menggantikan Tuhan dengan ilah “Babel”.  Kiranya Tuhan menolong kita untuk tidak bersikap hubris Babel, bahkan mohon Tuhan mencegah kita sebelum ditekuk hancur hingga konyol seperti menara Babel. 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *