BERKEMAH

BERKEMAH
Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat II Korintus 5:7
Sewaktu Sekolah Dasar, saya pernah mengikuti kegiatan Pramuka.  Salah satu kegiatan di bidang ekstrakurikuler ini adalah berkemah.  Bersama dengan satu tim yang ditunjuk oleh pembina, kami sudah mempersiapkan sejumlah keahlian morse, semaphore, penjelajahan dan setiap materi yang mungkin dilombakan di luar kota. 
Berkemah menghadirkan suasana yang baru dan bersifat petualangan.  Tidur di dalam tenda, beralaskan koran, karung dan tikar adalah alasnya.  Jika malam terasa dingin, jika siang udara terasa panas.  Keadaan bisa menyenangkan, bisa juga tidak menyenangkan, semuanya tergantung cara kita menjalaninya. 
Ada orang yang menyukai kegiatan berkemah karena unsur petualangan, keakraban, dan suasana baru.  Ada juga yang tidak menyukai kegiatan berkemah mungkin karena ketidaknyamanan, banyak kerja keras dan kembali pada kehidupan yang sederhana.
Paulus menyatakan hidup ini seperti berkemah.  Tubuh manusia adalah kemahnya.  Suatu saat kemah itu akan dibongkar, dan setiap orang menuju kekekalan.  Bukan sekedar itu, ada yang namanya penghakiman oleh Allah Yang Maha Kuasa.  Setiap perbuatan sekecil dan sebesar apapun tidak akan luput dari penilaian selama kita “berkemah”.
Orang yang menjalani hidup imannya dalam Kristus Yesus memperoleh bekal (baca: jaminan) dalam berkemah, yakni: Roh Kudus.  Bekal itu menuntun hidup orang percaya dalam suka, dan khususnya juga dalam duka.  Bekal itu disediakan bagi orang percaya hingga perlombaan usai dan kemah dibongkar.
Tidak setiap orang menyukai Pramuka dan kegiatan berkemah, dengan demikian tidak semua orang mengikuti kegiatan ini.  Selama dikatakan hidup, suka atau tidak suka, setiap manusia harus “berkemah” di dalam tubuhnya.  Setiap sikap dan perilaku yang tercermin selama berkemah, setiap motivasi dan prestasi menjadi penilaian bagi Pembina Kehidupan ini.
Meskipun ada hal-hal menyenangkan dan tidak menyenangkan di tempat berkemah maupun di rumah, sesungguhnya bagaimanapun juga di rumah Bapa Sorgawi lebih baik dari pada berkemah di dalam tubuh jasmani.  Di rumah Bapa ada sukacita abadi, ada damai sejahtera, ada kasih, ada sumber kehidupan.  Di kemah tubuh manusia sekalipun ada hal-hal yang menyenangkan, tetapi tetaplah disertai dengan tetesan air mata, kesedihan, permasalahan dan beban berat.
Ketika mengingat kemah, ingatlah pengharapan surgawi!  Kemah boleh menyenangkan karena petualangannya, tetapi tujuan akhir dari kemah adalah penilaian dalam berkemah.  Ketika perlombaan sudah ditutup, kemah dibongkar, yang tersisa adalah penilaian bagaimana motivasi, sikap dan perilaku kita selama berkemah.  Dengan suatu harapan kehidupan kekal di surga, upah kasih karunia Tuhan yang berlimpah, dan perjumpaan dengan Tuhan Yesus seharusnya menjadi kerinduan setiap orang percaya.  Marilah menjalani hidup ini seperti yang dikatakan Paulus: “Sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.  Amin.
If you read history you will find that the Christians who did most for the present world were precisely those who thought most of the next. It is since Christians have largely ceased to think of the other world that they have become so ineffective in this.
C. S. Lewis

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *