ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN

ANDAI AKU GAYUS TAMBUNAN
Kalau engkau melihat dalam suatu daerah orang miskin ditindas dan hukum serta keadilan diperkosa, janganlah heran akan perkara itu, karena pejabat tinggi yang satu mengawasi yang lain, begitu pula pejabat-pejabat yang lebih tinggi mengawasi mereka. Pengkhotbah 5:7
Anda pernah dengar nama Gayus Tambunan di Indonesia?  Bila Anda belum pernah dengar nama ini, maka Anda termasuk orang yang jarang membaca koran, jarang menyimak televisi dan jarang bergaul dengan orang-orang di Indonesia.  Kemungkinan lain adalah Anda tidak tinggal di Indonesia sehingga tidak mengetahui nama yang santer di sebut di mana-mana.
Gayus Halomoan Tambunan adalah pegawai pajak golongan III A yang menjadi tersangka makelar pajak bernilai Miliaran rupiah.  Kasusnya sampai saat ini belum selesai dan terkesan kuat melibatkan orang-orang penting dan berpengaruh sehingga sulit dibongkar tuntas.  Ketika dipenjara, Gayus dengan entengnya bisa pulang ke rumah, menikmati fasilitas mewah (seperti narapidana berduit lainnya), bahkan plesiran ke Bali maupun luar negeri.
Tidaklah heran apabila kemudian ada seorang dari Gorontalo, Bona Paputungan membuat lagu “Andai Aku Gayus Tambunan” untuk mengungkapkan kenyataan hukum yang bisa diperjualbelikan.  Inilah sekilas gambaran negeri yang akrab dengan korupsi dan kesemrawutan dengan mengedepankan tema: Ketidakadilan.  Mengapa begitu banyak orang yang tertarik untuk menyimak berita sampai lagu-lagu semacam ini?  Jawabannya adalah karena memang hal ini yang sedang terjadi dan keadaan ini tidak dapat dipungkiri oleh hati nurani rakyat.
Kalau seandainya Anda jadi Gayus Tambunan, apa reaksi Anda?  Senang dan bergembira karena bisa menikmati harta yang luar biasa banyaknya dan punya pengaruh tingkat tinggi?  Atau justru susah karena dipakai sebagai “boneka” dari kepentingan orang-orang di “atas”?  Fenomena ini seperti lapisan gunung es di bawah air laut yang dingin.  Kelihatannya kecil tetapi akarnya sangat besar dan rumit.
Bila kita berkaca kembali kepada kitab Pengkhotbah, sebenarnya raja Salomo sudah memberikan gambaran datangnya hari-hari seperti ini.  Seolah-olah Salomo berkata, “jangan kaget! Memang itulah yang sedang terjadi”. 
Terjemahan Todays English Version terhadap Pengkhotbah 5:7 menekankan bahwa tindakan pejabat negara yang menyeleweng sebenarnya dilindungi oleh pejabat di atasnya dan pejabat-pejabat yang melakukan penyelewengan dalam sistem yang korup ini juga dilindungi oleh pejabat yang lebih senior.  Sementara itu terjemahan Contemporery English Version lebih condong menjelaskan perkataan Pengkhotbah sebagai tindakan yang disetujui atau diperintahkan oleh atasannya.  Jadi apabila dalam sistem pemerintahan yang korup, pejabat yang rendah melakukan penyelewengan karena diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi.  Inilah gambaran keadaan negeri anta berantah yang dilukiskan oleh Raja Saul tentang dosa yang menggerogoti manusia.
Jauh setelah raja Salomo meninggal, Israel berada dalam keadaan seperti ini sejak dari jaman Raja-raja hingga pembuangan di Babel.  Keadilan diputar balikan, orang-orang minoritas dan lemah dimanfaatkan, diperas dan dinjak-injak.  Hukum diselewengkan justru oleh para penegak hukum.  Rakyat berbuat sekehendak hati dan semaunya sendiri (lihatlah Kitab Hakim-Hakim).  Tidaklah heran kemudian banyak terjadi kekacauan, musibah dan bencana karena ketiadaan pertobatan.
Raja Salomo yang terkenal dengan hikmatnya, menuliskan rentet kehidupan manusia dalam rana: suka duka, senang-susah, lahir-mati, bekerja-istirahat, dan masih banyak lagi yang kesemuanya menyatakan realitas semua orang baik jahat ataupun baik.  Di balik semuanya ini, penulis kitab Pengkhotbah mengingatkan kepada pembaca agar tidak lupa bahwa ada TUHAN.  Pesannya sederhana tetapi penting, “Jangan lupa menghormati dan taat Tuhan!”
Yesus pernah berkata, “Dan karena makin bertambahnya keduhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin.  Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Matius 24:12-13).  Perkataan Tuhan Yesus Kristus ini dirajutkan dalam konteks akhir jaman, di mana ada kehidupan setelah kehidupan.  Ada penghakiman yang adil dan serius kepada seluruh manusia di hadapan Tuhan.
Matius menuliskan apa yang dikatakan Yesus Kristus pada waktu itu agar setiap orang bukan saja percaya kepada Isa Almasih/Yesua Hamshiach/Yesus Kristus tetapi juga memanfaatkan hidup yang satu kali ini mengerjakan sesuatu dalam rangka menyambut kedatangan-Nya yang kedua (Matius 24).
Mari kita mengevaluasi diri sejenak, mungkin kita berpikir kehidupan Gayus H T sangatlah buruk, dosanya sangat besar dan perbuatannya sangat merugikan orang banyak.  Kita mungkin berasumsi negatif terhadap sosok ini (karena dalangnya masih tidak diketahui), namun bagaimana dengan kehidupan kita?  Apakah kita sedang melayani Tuhan?  Apakah kita sedang berbenah untuk mewujudkan hidup yang Tuhan inginkan?  Apakah kita sudah menjawab panggilan Tuhan untuk memberitakan kabar sukacita (Matius 28:19-20)?  Jangan-jangan, kita merasa lebih baik dari Gayus Tambunan, tetapi Tuhan bilang, “Aku tidak penah mengenal kamu!  Enyalah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”   Kiranya Tuhan menolong kita sekalian untuk berbenah diri.  Amin.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *