Allah Cuti?

Allah Cuti?
(Baca: Kejadian 2:1-3)
Dewasa ini istilah cuti begitu lekat bagi banyak orang yang bekerja di berbagai bidang.  Setiap tahun ada sejumlah hari untuk cuti, baik itu di lembaga pemerintahan, swasta hingga di gereja.  Cuti bertujuan bukan saja untuk istirahat, refreshing, tetapi juga menjadi ajang untuk belajar dan diperlengkapi dengan lebih baik.  Inti dari cuti adalah istirahat, berhenti sejenak.
Sebagian orang tidak menyukai kata “cuti”, sebab bagi mereka hidup adalah terus menerus bekerja, produktif dan menghasilkan sesuatu.  Bila tidak bekerja, rasanya diri ini bersalah bahkan berdosa.  Sebagian orang lain merasa “cuti” adalah sebuah kerugian dan kegagalan.
Sebagian orang lain sangat menyenangi yang namanya “cuti” tetapi mempergunakannya dengan keliru.  Cuti dipakai sebagai kesempatan untuk mengumbar nafsu.  Ada orang yang mengkorupsi “cuti” dengan bolos kerja atau memperpanjang sendiri waktu liburnya.  Sudah tidak asing bila sejumlah oknum di instansi tertentu masuk kerja semaunya, pulang kerja secepatnya, dan libur kerja seenaknya.

Bagaimana dengan pola Allah dalam hal cuti?  Apakah Allah juga cuti?  Iya, Kejadian pasal dua adalah pemaparan sangat jelas bagaimana Allah juga cuti alias istirahat.  Pengertian “cuti” ini berbeda dengan konteks pemahaman sejumlah orang pada umumnya termasuk pembahasan di atas.  Sebelum segala sesuatu ada, Allah telah merancang dengan akurat segala isi alam semesta.  Allah menciptakan dengan tidak terburu-buru dan menikmati hasil kerjanya dengan syukur.  Setelah menyelesaikankarya penciptaan, pada hari ketujuh Allah beristirahat.

Pola Allah di dalam berkarya adalah merencanakan, bekerja, istirahat dan menikmati ciptaan-Nya.  Setelah semua itu, Allah tetap bekerja melanjutkan karya-Nya hingga sekarang.  Pada waktu Allah beristirahat, bukan berarti dunia ini kacau ataupun vacuum.  Di dalam cuti Allah, alam berjalan dengan teratur, pemeliharaan Allah berlaku bahkan kehidupan yang dinamis dan bervariasi tengah berjalan dalam prosesnya.
Ada perencanaan dan ada kerja.  Ada kerja dan ada menikmati hasil kerja.  Ada kerja dan ada pula istirahat.  Rupanya ada pola kerja yang perlu diikuti setiap manusia dalam menjalani hidupnya.  Orientasi hidup bukan pada produktivitas atau seberapa banyaknya bekerja, tetapi pada rencana, tujuan, prioritas, kerja, evaluasi/mensyukuri hasil kerja/menikmati, istirahat dan berputar lagi mencapai tujuan (konsep spiral).
Menariknya dalam pola kerja Allah ini adalah Allah memberkati dan menguduskan semua ciptaan-Nya.  Artinya, apa yang dikerjakan Allah bukan saja baik, akurat dan sempurna, tetapi juga di dalam kekudusan.  Di bagian ini kita dapat mengerti bahwa setiap pekerjaan harus dikerjakan di dalam Tuhan dan untuk Tuhan, sebab hanya dalam kerangka inilah manusia dapat menikmati secara tepat dan benar arti dari kehidupan ini.
Apapun pekerjaan Anda (entah sebagai pelajar, karyawan, manager, dst), perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan cuti adalah bagian dari pola hidup yang sehat.  Tidak perlu berlebihan bekerja, sebab akan membuat kita kelelahan dan sakit.  Tidak boleh kelewatan libur, sebab akan membuat kita malas.  Kerja keras perlu, asal tidak diperbudak oleh kerja.  Mau cuti?  Silahkan, Tuhan aja juga cuti.  

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *