NATAL DI RSJ DAN PENJARA?


NATAL DI RUMAH SAKIT JIWA DAN PENJARA?
Baca: Markus 9:14-29
Untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut, untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera (Lukas 1:79).
Ada dua pelayanan yang sering menjadi momok bagi banyak orang: pelayanan di Rumah Sakit Jiwa dan di penjara. Mengapa? Karena kedua pelayanan ini berkesan menakutkan, ganas dan berbahaya.
Pelayanan ibadah di Rumah Sakit jiwa seringkali mendapat stigma bahwa para pasien pasti semua adalah orang gila akut yang bisa teriak sendiri, tertawa tanpa sebab dan melukai atau bahkan membunuh orang tak dikenal sekalipun. Memang pernah ada kejadian orang yang waham kemudian membunuh keluarganya dengan sekop dan berpikir bahwa ada tikus-tikus besar! Tetapi ingatlah bahwa para dokter dan perawat tidak serta merta melepaskan pasien yang tidak terkontrol apalagi saat ibadah Natal bersama. Saya pernah pelayanan ibadah Natal bersama tim di sana. Mereka takut memasuki kompleks besar rumah sakit jiwa ini, namun akhirnya bisa adaptasi dan melayani dengan baik.
Pelayanan ibadah di Penjara memiliki konteks yang harus diketahui oleh para pelayan. Penjara di Indonesia pada umumnya jorok, kotor dan relatif kurang aman. Selesai ibadah Natal, tim pelayanan kami keluar dikawal sejumlah jemaat yang adalah narapidana dari gereja penjara menuju pintu keluar dengan melewati ratusan sel dan beberapa blok, tiba-tiba pembawa kami langsung mengarahkan ke samping dan berjalan memutar. Ada apa? Kemudian kami diberitahu bahwa ada kelompok tertentu di depan yang sebaiknya dihindari. Bayangkan apabila kita melenggang begitu saja seperti di jalan umum, ah lebih baik tidak usah dibahas.
Pelayanan di Rumah Sakit Jiwa dan Penjara tampaknya sulit untuk membawa perubahan sekejap seperti sembuh atau sadar dan bertobat. Siapakah kita manusia dapat mengubah orang yang sakit  kecuali kuasa Tuhan? Itulah yang terjadi pada orang “sakit” kerasukan setan (Markus 9:14-29). Banyak orang berpikir, “Oh, dengan hamba Tuhan A ini lho manjur doanya! Kalau hamba Tuhan B kurang bagus, didoakan tambah mati.” Mereka merasa heran karena para murid tidak sanggup mengusir setan sampai Yesus datang dan anak itu disembuhkan.
Hari ini banyak orang berpikir bahwa doa rohaniwan tertentu lebih manjur dan mujarab dan mengkultuskan seperti dewa. Ini salah! Acuan kesembuhan, pertolongan, pemulihan dan keselamatan harus dan hanya satu: Tuhan! Ingat, Tuhan sanggup bekerja lewat bejana yang sederhana seperti Anda dan saya! Sudahkah Anda menyediakan waktu khusus untuk berdoa? Selamat menyambut Natal, kiranya Kristus dinyatakan melalui kita. Amin.
BAGI MANUSIA MUNGKIN MUSTAHIL, NAMUN TUHAN DAPAT BEKERJA MELAMPAUI APA YANG SANGGUP KITA LAKUKAN
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

NATAL KELABU DI LINDT CAFE SYDNEY


NATAL KELABU DI LINDT CAFÉ SYDNEY
Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi. Yeremia 31:15
Tepat 10 hari sebelum Natal, 15 Desember 2014 dunia dikejutkan dengan peristiwa teroris membajak Lindt Café di pusat kota Sydney, Australia. Man Haron Monis menodongkan senjata kepada 17 orang (sebelumnya 5 orang berhasil lolos). Dalam sekejap daerah bisnis Martin Place ditutup dan kompleks kejadian perkara dipenuhi dengan aparat keamanan.
17 Jam masa menegangkan berakhir dengan 2 orang meninggal dan 4 orang mengalami luka. Seorang yang meninggal adalah ibu dari 3 anak dan seorang lagi adalah manager dari Lindt kafe. Pelaku teroris yang ternyata tidak asing di catatan kriminal kepolisian juga meninggal setelah baku tembak dengan polisi khusus anti teroris.
Ada satu foto dari media massa yang memuat gambar dua orang tawanan (hostages) menempelkan tangan di kaca dan dipaksa menyelipkan bendera ISIS sementara di bawah kaca terpajang dekorasi dan ucapan Selamat Natal. Tragedi kelabu di sana mengingatkan saya kepada tragedi kelabu di Natal pertama ketika Herodes hendak membunuh bayi Yesus dan semua bayi di Bethlehem (Matius 2:16-18). Waktu itu tidak ada pasukan anti teror, tidak ada media massa yang berani meliput di tempat kejadian perkara dan yang ada adalah kepanikan, tangisan histeris dan kedukaan mendalam.
Apa dampak dari kejadian ini? Banyak! Tentunya membuat teror pada banyak orang dan tidak terlepas orang Nasrani maupun Muslim. Sejumlah orang-orang muslim Indonesia berjilbab berkomentar: takut keluar dan jadi korban kekerasan dari orang-orang yang berprasangka buruk kepada muslim. Bukankah ini jebakan Iblis bagi kita semua?
Ketika (saya menyebutnya) “lingkaran setan balas dendam” menyambut  kekerasan seperti teror di atas, maka dapat menimbulkan prasangka (prejudice) buruk terhadap sterotipe tertentu baik agama maupun suku bangsa tertentu yang berujung saling membalas. Di sinilah propaganda yang sengaja dibuat ISIS menguatkan asumsi bahwa muslim sedang dihancurkan dan satu-satunya cara adalah berjuang jihad dengan kekerasan hingga mati pula.
Bagaimana seharusnya sikap kita sebagai orang-orang Nasrani ketika Natal diwarnai kelabu ini? Apakah kita ikutan menaruh prasangka buruk? Apakah kita terpancing untuk melakukan balas dendam dan terjebak dalam kebencian?
Yesus Kristus memahami masalah kehidupan secara nyata (real problem of life) dan ketika Ia datang di Betlehem hingga di Golgota memberikan harapan bagi yang putus asa, terang di dalam kegelapan dunia. Yesus Kristus menjawab masalah nyata dunia dengan hal nyata: menyembuhkan yang sakit, mengenyangkan yang lapar, mengobati yang luka, memulihkan yang hancur, mendampingi yang berduka dan sendiri (lonely), memberikan jaminan keselamatan hidup kekal kepada manusia yang hidup di dunia yang tidak ideal. Tuhan-lah dan bukan agama manusia yang menjadi jawaban atas masalah nyata ini.
Setidaknya ada beberapa hal praktis yang perlu kita pegang: Pertama, jangan prasangka buruk terhadap suku, agama dan kelompok tertentu. Saya mengenal banyak Muslim yang sangat baik dan ramah, bahkan tetangga-tetangga Muslim kami saling berbagi makanan termasuk di bulan Natal ini. Seorang teroris Man Haron Monis jangan serta merta membuat kita berpikiran negatif dan buruk terhadap semua orang Islam.
Kedua, jangan biarkan “lingkaran setan balas dendam” membuat hidup dan dunia kita menjadi makin kelabu. Kristus datang memberi Terang dalam kegelapan dan mewarnai dunia yang kelabu ini, demikian pula Nasrani dipanggil bukan untuk membuat makin kelabu tetapi penuh warna indah termasuk merah dan hijau yang menyapa dan memberkati semua orang.
Ketiga, mari kita jadi saluran berkat Tuhan sesuai konteks keadaan kita manusia yang rapuh ini. Tidak perlu berlagak sok suci, sok saleh dan sok hebat menjadi orang yang bukan diri kita tetapi sesuai kekuatan dalam proses iring Yesus. Bila kemampuan kita hanya 2 helai baju untuk menolong orang yang kedinginan, itu yang terbaik. Bisa jadi 2 buah roti yang kita bagikan dipakai Tuhan untuk menghangatkan orang yang beku hatinya. Anda dan saya dapat dipakai dalam mujizat Tuhan Yesus. Selamat menyambut Natal. Doa saya untuk keluarga korban meninggal dan korban yang trauma, dihibur dan dipulihkan kembali (oh ya, satu orang yang berhasil lolos dari peristiwa di Lindt kafe ini adalah orang Indonesia). Doa saya untuk Anda di bulan Natal ini. Immanuel.
KRISTUS DATANG MEMBERI TERANG DALAM KEGELAPAN, MEMBERI WARNA PENGHARAPAN DALAM KELABU KEPUTUS ASAAN

 

 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

ARE YOU READY FOR CHRISTMAS?


ARE YOU READY FOR CHRISTMAS?
Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai .. bayi itu yang sedang berbaring dalam palungan (Lukas 2:16).
Mungkin Anda bertanya-tanya, “Apa maksud dari topik di atas?” Merayakan Natal di bulan ini lebih penting dari pada natal di tahun-tahun sebelumnya.  Mengapa? Karena kedatangan Kristus yang kedua sudah semakin dekat dan kita dipanggil untuk lebih bersiap lagi apabila hari Tuhan (yom YHWH) itu tiba.
 Hari ini Natal sebenarnya lebih dibutuhkan bagi manusia di muka bumi dari pada tahun-tahun sebelumnya, karena dunia ini penat dengan dusta, kerakusan, kehampaan dan ketidakpastian masa depan. Natal sebenarnya menyapa setiap manusia dari Kitab Kejadian hingga kitab Wahyu; dari Adam dan Hawa yang ditebus lewat korban binatang hingga umat manusia yang ditebus oleh Kristus dan mendapat kesempatan hidup bersama Allah.
Bukankah Nabi Nuh berjaga-jaga dengan bahtera-Nya menghadapi air bah (Kejadian 7; Ibrani 11:7; Matius 7:24-27; Lukas 17:26-27)? Nuh terus melayani Tuhan dan menyampaikan Kabar Baik. Nuh sekeluarga bersiap menantikan Tuhan menyelamatkan dari air bah yang bersifat global.
Ketika Israel keluar dari penjajahan Mesir, disebutkan bahwa, “Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir.  Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun termurun untuk kemuliaan TUHAN.” (Keluaran 12:42). Mereka bersiap menantikan Tuhan memerdekakan dari penjajahan Mesir selama 430 tahun.
Bukankah Maria dan Yusuf diminta bersiap dalam rangkaian sejarah keselamatan Allah? Bukankah para gembala bersiap untuk menjumpai Juru selamat? Bukankah Kakek Simeon dan Nenek Hana walau sudah lanjut usia tetap bersiap atas lawatan Tuhan (Lukas 2)?
Bukankah Yesus berpesan kepada para murid untuk bersiap dengan berjaga-jaga dan berdoa (Matius 24:42)? Kelahiran, kematian hingga kebangkitan Kristus menggenapi arti Natal. Inilah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh umat manusia. Bukan tentang pernak pernik dekorasi meriah, bukan tentang makanan mewah, bukan tentang kado, bukan tentang pujian sesuai selera tetapi tentang Tuhan yang mau hadir melawat Anda dan saya.
Pertanyaannya bukan, berapa banyak uang untuk belanja Natal? Tetapi, Apakah saya sudah siap bila Tuhan datang? Apakah saya berjaga-jaga dengan iman yang berkobar iring Yesus? Atau jangan-jangan, status Nasrani tetapi imannya suam-suam kuku alias sudah mulai menjauh hubungan pribadi dengan Tuhan. Are You Ready for Christmas? Anda mau dan siap dilawat Tuhan? Bersiaplah menyambut Natal!
PERTANYAANNYA BUKAN BERAPA BANYAK UANG UNTUK BELANJA NATAL, TETAPI APAKAH SAYA SUDAH SIAP BILA TUHAN DATANG?
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail