MENGENAL LEBIH DALAM SILSILAH KELUARGA

MENGENAL LEBIH DALAM SILSILAH KELUARGA:
MENGUAK SEDIKIT MAKSUD DARI SILSILAH DALAM ALKITAB
(Baca: Kejadian 10:1-32)
Dalam salah satu cabang materi psikologi terdapat pelajaran mengenai mengerti diri sendiri lewat pohon keluarga.  Dengan asumsi bahwa siapa diri kita sedikit banyak dipengaruhi dan membawa gen dari generasi di atasnya, maka kita bisa melihat kecenderungan sikap dan perilaku kita di masa sekarang dan akan datang.  Sebagai contoh, seseorang yang pohon keluarganya banyak memiliki keadaan bunuh diri, sakit jiwa tertentu akan menurunkan kecenderungan tersebut di anak atau cucu atau mungkin juga salah seorang dari generasi ke tiga.
Seberapa jauh keabsahan kebenaran teori ini belum dapat dipastikan meskipun lewat sejumlah kasus dan dengan hasil analisa sementara.  Sedikit banyak inilah yang membuat sebagian orang tua menasihati anaknya agar mencari pasangan memperhatikan bibit, bobot, bebetalias memperhatikan latar belakang, status dan keadaan secara menyeluruh.
Bila ada teori tentang pohon keluarga dari salah satu cabang materi psikologi, ternyata Alkitab juga memaparkan beberapa kali catatan tentang pohon keluarga (Kejadian 10; I Tawarikh 1; Matius 1; Lukas 3).  Tentu saja Alkitab tidak menyetujui teori sementara pohon keluarga ini.  Alkitab punya tujuan khusus yang terlihat jelas ketika dipaparkan silsilah dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.  Alkitab tidak mengkotakkan seseorang dengan nasib tertentu yang merugikan, tetapi justru lebih pada hal positif di dalam misi Kerajaan Allah.
Alkitab mencatat silsilah untuk memperlihatkan secara jelas blue print atau bagan dari rencana pekerjaan Allah untuk menyelamatkan manusia.  Silsilah Yesus Kristus Sang Mesias yang diutus Allah datang kedunia menaiki kereta keluarga Adam, Abraham, Musa, dan juga Daud.  Mereka adalah tokoh-tokoh Alkitab yang bukan kebetulan dan sekedar ada tetapi dihadirkan Tuhan dengan misinya masing-masing dalam rangkaian rencana Allah bagi umat manusia.
Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa setiap orang, setiap pribadi, setiap individu adalah berharga di hadapan Tuhan.  Setiap kita ada bukan sekedar mencari penghasilan hidup, menikah, punya anak, membangun rumah dan mewujudkan cita-cita tetapi harus diingat bahwa Tuhan menciptkan kita dengan tujuan menggenapi rencana Allah.
Apakah Anda seorang pedagang? Apakah Anda seorang montir? Apakah Anda seorang manajer? Entah Anda adalah orang tua maupun anak, Anda diundang untuk masuk dalam blue printAllah bila Anda ingin berhasil dalam hidup ini.  Rencana Tuhan bukan menghancurkan tetapi membangun, bukan membinasakan tetapi menghidupkan, tidak selalu sensasional tetapi bersifat kekal.
Psikologi pohon keluarga mungkin bisa membawa kita lebih mengenal siapa diri kita dan mengapa kita ada, tetapi tidak bisa menjawab untuk apa kita ada.  Alkitab memberikan paradigma pohon keluarga kita adalah gambaran peran kita dalam sejarah penyelamatan Allah lewat Yesus Kristus.  Peran anak-anak Tuhan bukan sekedar ada dan hidup tetapi memberi makna untuk men-sukses-kan pekerjaan Allah.  Mari, kita ada bukan sekedar ada tetapi ikut dalam pekerjaan Allah yang dirancangkan-Nya sebelum permulaan jaman, supaya kita hidup didalamnya (Efesus 2:10).  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BAGAIMANAPUN JUGA ITU ADALAH ORANG-TUAMU


BAGAIMANAPUN JUGA ITU ADALAH ORANG-TUAMU
(Kejadian 9:18-28)
Beberapa waktu lalu anak saya, Jonas suka sekali dengan buku interaktif berbentuk bahtera Nuh.  Hampir setiap hari dia selalu minta diambilkan buku ini, “Papa, buku..  Papa buku…”.  Ketika sudah membuka buku kisah Nabi Nuh ini, Jonas mengamati seluruh isi dalam bahtera itu, membuka tutup pintu, menaik-turunkan tangga, meletakkan binatang maupun tokoh-tokoh di dalamnya.  Bagi Jonas ini adalah permainan yang mengasyikan karena buku interaktif bahtera Nabi Nuh adalah hal yang baru baginya.  Jonas senang melibatkan ayahnya untuk berbagi pengalaman.
Siapa sih yang tidak pernah mendengar kisah klasik menarik dari Nabi Nuh? Kisah nyata ini bermakna dalam dan tetap relevan bagi kehidupan setiap orang di setiap usia bahkan pada saat ini.  Nuh dan keluarganya yang baru keluar dari bencana air bah.  Mereka memulai kehidupan yang baru di mana Nuh dicatat sebagai petani kebun anggur.  Besar kemungkinan anak-anaknya membantu “mainan” baru dalam usaha mereka.  Anggur bukan saja di makan sebagai buah tetapi juga menjadi minuman yang memabukan.
Di sinilah Alkitab mencatat bahwa ketika Nuh mabuk dan kelihatan auratnya, Ham anaknya bersikap tidak sopan dengan mengumbar keadaan orang tuanya.  Nuh sangat marah ketika mengetahui dan menubuatkan kutukan untuk Kanaan.  Jika kita lihat sekarang, memang sebagian besar landscapeKanaan gersang, panas dan menjadi daerah konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestian.  Nubuatan Nuh terjadi!

Alkitab dengan jelas mengajarkan agar anak-anak menghormati orang tuanya tidak perduli bagaimana dan seperti apa keadaan orang tua.  Ini adalah perintah Tuhan (Ulangan 5:16; Matius 15:4; Efesus 6:3-4) yang sangat jelas.  Perintah Tuhan ini berkaitan dengan relasi kita dengan Tuhan yang memberi berkat.  Bila Anda ingin terus diberkati dan berada dalam rencana Tuhan yang indah, maka sikap menghormati orang tua adalah sikap yang membiarkan Tuhan bekerja untuk dan melalui Anda.
Ada banyak peristiwa anak memiliki hubungan tidak baik dengan orang tuanya.  Ada anak yang tidak tahan dengan sikap semena-mena orang tua, memaki, kata-kata kasar dan pedas yang melukai hati.  Ada anak yang menganggap orang tuanya kuno, tidak “nyambung” bila diajak bicara, dst.  Bahkan ada banyak peristiwa ketegangan dalam keluarga antara anak dan orang tua sehingga mereka tidak saling bicara, tidak saling bertemu bahkan bermusuhan.
Ketika konflik orang tua-anak semakin runyam, biasanya semua pihak membela dan membenarkan diri. Tidak ada satupun yang sudi mengalah dan tetap mengasihi, apalagi bila ini menyangkut sakit hati, kekecewaan, harga diri dan kemarahan yang meledak-ledak.  Pada saat seperti inilah ujian kualitas hidup kita terlihat.  Pada saat seperti inilah kita membutuhkan pemulihan, kekuatan, kerendahan hati dan dorongan kasih Tuhan Yesus.
Apabila kita menghendaki kehidupan yang lebih baik, berkat Tuhan terus mengalir dalam aspek-aspek yang memulihkan dan melegakan, maka kita harus kembali kepada Firman Tuhan.  Hormatilah orang tuamu!  Hal ini tidak dapat ditawar dan dikurangi.  Menghormati dalam arti kata di Perjanjian Lama mengacu kepada sikap menaruh beban, perhatian, dan respek.  
            Apakah gampang menghormati orang tua? Sebagian orang berkata, ya.  Sebagian yang lain akan berkata, tidak!  Keputusan menghormati orang tua adalah pilihan bukan kesanggupan.  Keputusan menghormati orang tua adalah tindakan yang berasal dari sikap kita mengasihi dan menghormati Tuhan.  Menghormati orang tua bukan ditentukan dari sikap orang tua terhadap anak, tetapi lebih pada sikap kita melakukan Firman Tuhan.  Kiranya kasih Tuhan terus memberkati keluarga Anda.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

HABIS HUJAN TERLIHAT PELANGI JANJI ALLAH

HABIS HUJAN TERLIHAT PELANGI JANJI ALLAH
(Baca: Kejadian 9:1-17)

Masih ingatkah Anda ketika pelangi muncul sehabis hujan?  Suatu kesan yang menyegarkan dan enak untuk dipandang adalah warna cerah pelangi sehabis hujan.  Sebenarnya pelangi adalah peristiwa alam yang didatangkan Tuhan sebagai pertanda perjanjian Allah dengan manusia. 
Bila manusia terus ingin merasakan berkat dan penyertaan Tuhan, maka disitulah manusia harus mengingat apa yang menjadi kehendak Tuhan.  Apa yang tercantum dalam Kejadian 9:1-17?  Setidaknya ada tiga prinsip dasar kehendak Tuhan agar berkat Tuhan terus mengalir dalam hidup orang-orang yang mengerjakan perjanjian dengan Penciptanya.
Pertama adalah prinsip: manusia bukan dikuasai binatang tetapi dipimpin oleh Tuhan.  Hari ini banyak film-film animasi yang sangat menarik mengenai betapa hebatnya “pahlawan macan”, betapa sakralnya “kerbau sakti”, dan betapa setaranya binatang dengan manusia karena setiap benda adalah Tuhan (pantheisme).  Pengajaran ini tentu saja salah bila dilihat dari kacamata Firman Tuhan. 
Tuhan menetapkan seluruh isi alam, termasuk hewan-hewan ada di bawah manusia.  Manusia harus menguasai dan mengatur keberlangsungan ekosistem dengan baik bukan mengeksploitasi apalagi merusaknya.  Tuhan memimpin manusia agar tetap diberkati ketika mengatur alam sedemikian rupa bijaksana.
Kedua adalah prinsip: manusia tidak harus vegetarian tetapi tidak boleh kanibal.  Sebagian pandangan dunia adalah bahwa dalam diri hewan terdapat nyawa yang tidak boleh dibunuh apalagi dimakan.  Sementara Alkitab menjelaskan bahwa manusia boleh menjadi pemakan dedaunan (vegetarian), boleh pula memakan hewan yang telah diolah dengan baik dan bersih tentunya. 
Alkitab melarang sikap kanibal, yakni memakan hewan secara hidup-hidup.  Dalam diri hewan memang ada nyawa, tetapi bukan berarti hewan sejajar dengan manusia.  Hewan diciptakan Tuhan dengan tujuan yang ditetapkan Tuhan, yakni salah satunya adalah untuk dimakan (Kejadian 9:3-4).
Ketiga adalah prinsip: manusia diciptakan serupa Allah menuju keselamatan bukan dalam kebinasaan.  Ketika Tuhan menyelamatkan rombongan Nuh dari air bah di dalam bahtera, di sanalah keselamatan Allah dinyatakan dengan jelas.  Konteks peristiwa air bah adalah kehancuran dan kebobrokan manusia dan alam yang telah rusak oleh dosa. 
Tuhan menciptakan manusia untuk hidup dan mengerjakan rencana Allah sebab untuk itulah manusia ada dan diciptakan.  Manusia yang jatuh dalam dosa dan tidak bertobat sedang membunuh dirinya sendiri dalam penderitaan yang kekal.  Bila di masa lalu Nuh dan keluarganya dapat selamat karena masuk dalam bahtera, maka di jaman sekarang kitapun dapat selamat dengan masuk dalam bahtera Kristus.  Dengan percaya dan mengikut Tuhan Yesus Kristus maka kita diselamatkan.
Ketika Anda lihat pelangi, ingatlah perjanjian Tuhan terhadap kita: dalam posisi apa kita hidup, dengan cara apa kita harus hidup dan dengan tujuan apa kita hidup.  Dengan menjalani tiga prinsip inilah berkat dan penyertaan Tuhan senantian mengalir dalam hidup Anda.  Dengan menjalani tiga prinsip inilah Anda akan merasakan kehadiran dan kesuksesan sejati ala Pencipta.  Amin.

Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

AKHIR CERITA NABI NUH DENGAN EVAN ALMIGHTY


AKHIR CERITA NABI NUH DENGAN EVAN ALMIGHTY
(Baca: Kejadian 8:1-22)
Pernakah Anda menonton film “EVAN ALMIGHTY”?  Film yang dibintangi oleh Morgan Freeman dan Steve Carell ini mengetengahkan peristiwa nabi Nuh ala jaman sekarang.  Evan Baxter baru saja mendapat kursi di wakil rakyat (congressman) Washington D.C. suatu jabatan yang sangat diidamkannya.  Di sisi lain, Baxter mendapat panggilan karier dari Tuhan, menjadi seperti nabi Nuh.  Ia tidak bisa lari dari panggilan itu sendiri.  Singkat cerita, Evan akhirnya membuat bahtera dan menyelamatkan keluarga dan penduduk kota dari bencana banjir.  Cerita dalam film ini dipenuhi dengan humor dan akhir yang menyenangkan (happy ending).
Apa sih perbedaan antara kisah nyata di jaman nabi Nuh dengan film Evan Almighty (EA) ini?  Pertama, Film EA adalah kisah fiksi dikemas dengan humor dan diakhiri dengan happy ending, seolah-olah keluarga Evan hidup bahagia selamanya.  Di akhir cerita EA diperlihatkan bagaimana Evan bersama istri dan anaknya berjalan bersama di padang rumput hijau segar dan bahagia.  Tuhan menjumpai Evan di bawah pohon dan meninggalkannya dalam suatu perpisahan.
Kisah nabi Nuh adalah kisah nyata yang dikemas dengan fakta-fakta kerusakan dan kejahatan manusia karena dosa-dosanya.  Peristiwa Nuh diakhiri dengan kenyataan life must go on.  Hidup harus berjalan terus meski bencana telah lewat.  Keseriusan kisah nyata ini bisa jadi memperlihatkan kengerian cara manusia mati ditelan air bah.  Bisa dibayangkan dan dimaklumi bila Nuh dan keluarganya ada rasa takut, was-was dan gentar atas badai, hujan, kilat yang tidak henti-hentinya memusnahkan dunia.  Di akhir peristiwa air bah diperlihatkan Nuh bersekutu dengan Tuhan bukan berpisah.
Hal kedua yang menjadi perbedaan antara EA dengan kisah nabi Nuh adalah fakta peristiwanya.  Bila EA digambarkan bencana sebagai akibat yang bisa dimengerti dari pecahnya bendungan kota, sementara bencana air bah hingga saat ini belum bisa dimengerti oleh manusia baik secara ilmiah maupun kasat mata.  Bencana ini begitu dahsyat dan hampir di semua kebudayaan dan letak geografis di bumi memiliki cerita yang kurang lebih sama dengan peristiwa nabi Nuh.  Cara film Tuhan dalam film EA bekerja adalah masuk akal, sementara cara Tuhan bekerja dalam Alkitab adalah melampaui akal manusia.
Hal ketiga yang menjadi perbedaan penting antara nabi Nuh dengan EA adalah bagaimana masing-masing pelaku sejarah yang dipakai Tuhan menyatakan sikap dan perbuatannya.  Di kisah EA diperlihatkan bahwa Tuhan hanya memakai satu kali dan setelah itu selesai/berpisah alias tidak ada hubungan berkelanjutan.  Hidup keluarga Evan Baxter bahagia selamanya karena sudah melakukan kehendak Tuhan yang sulit.  Sementara di kisah nabi Nuh diperlihatkan bahwa hubungan Tuhan dengan Nuh terus berlanjut dalam kehidupan.  Tuhan terus berkarya dalam sejarah maupun masa depan.  Tidak ada kata perpisahan dari Tuhan, yang ada adalah manusianya yang meninggalkan Tuhan.
Bila sikap Evan Baxter hanya mengucap syukur dan basa-basi dalam bentuk humor, sikap nabi Nuh adalah serius mengorbankan persembahan kepada Tuhan.  Tuhan melihat bukan sekedar hewan dan asap dari bakaran itu, tetapi sesungguhnya Tuhan melihat jauh di dalam lubuk hati Nuh.  Bila di awal pasal 8 Kejadian dituliskan “Tuhan mengingat Nuh”, maka di akhir dari pasal ini dituliskan “Tuhan mencium persembahan…”.  Kata “mencium” bukan sekedar menghirup asap dari korban bakaran, tetapi lebih bermakna impresi yang ditimbulkan dari hati yang murni.  Nuh tidak memberikan sisa persembahan seperti kebanyakan orang.  Nuh mendirikan mezbah yang artinya disediakan secara khusus untuk Tuhan dan Tuhan menikmatinya.

 

Kesimpulannya,  hidup ini sebuah panggilan Tuhan kepada kita.  Kita tidak bisa lari atau menghindari panggilan Tuhan sebab untuk inilah kita diciptakan dan ada di dunia ini.  Bila kita mencoba lari dan menghindar, maka justru hidup kita akan berantakan.  Hidup ini bukan satu babak menjalankan apa yang Tuhan mau dan setelah itu sisanya hidup bahagia selamanya seperti dalam film.  Hidup ini memiliki banyak babak yang harus dijalani dan dikerjakan di dalam pimpinan dan kehendak Tuhan.  Hidup tidak selalu lancar dan keluarga tidak selalu baik-baik apalagi bahagia, tetapi bila kita bersama dan di dalam Tuhan, maka Tuhan sendiri yang akan memimpin dan menolong kita dan keluarga kita.
Yang penting di dalam menjalani panggilan Tuhan setiap hari adalah sikap hati dan perbuatan kita.  Meskipun mungkin perbuatan kita kecil, sederhana tetapi bila dilakukan dengan hati yang murni dan untuk Tuhan bisa menjadi korban yang harum dan menyenangkan hati Tuhan.  Dari sinilah berkat Allah mengalir ke dalam diri kita, keluarga kita dan pada akhirnya melalui kita orang-orang lain diberkati oleh Tuhan.  Kiranya Tuhan menolong kita untuk hidup murni berkorban bagi Dia dalam menjalani panggilan hidup.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail