BERIKAN TELADAN DULU DONK!

BERIKAN TELADAN DULU DONK!
Segera setelah perintah ini tersiar, orang Israel membawa dalam jumlah yang besar hasil pertama dari pada gandum, anggur, minyak, madu dan segala macam hasil bumi. Mereka membawa juga persembahan persepuluhan dari segala sesuatu dalam jumlah yang besar.
II Tawarikh 31:5
Saya pernah mendengar orang tua melarang anaknya untuk merokok sementara dia sendiri merokok seperti asap kereta api sepanjang jalan.  Tidaklah heran perkataan-perkataan seperti ini sering didengar tetapi sulit untuk dilakukan.  Orang yang memberikan pengajaran dan instruksi harus disertai dengan keteladanan.
Inilah yang dilakukan Hizkia, raja Yehuda di dalam menjalankan roda pemerintahannya.  Ia tidak memulai dengan ketamakan untuk mencapai kemajuan negaranya.  Ia merendahkan diri dan mencari Tuhan yang memimpin masa depan bangsanya.
Hizkia memberikan jumlah persembahan yang sangat banyak yang belum pernah terjadi setelah masa pemerintahan raja Salomo.  1000 ekor lembu jantan dan 7000 ekor kambing domba (II Taw.30:23).  Tindakan memberikan persembahan yang besar bagi Tuhan ini diikuti oleh para pemimpin.
Jelaslah ada suatu kaitan antara bagaimana raja Hizkia, para pemimpin memberikan teladan hidup dengan ketaatan rakyat Israel memberikan persembahan bagi Tuhan.  Ketika para pemimpin, rohaniwan dan pengurus gereja memberikan hati yang sungguh bagi pelayanan, tidak hitung-hitungan dalam pelayanan, maka pekerjaan Tuhan di gereja itu akan dibangunkan seperti jaman Hizkia.
Sewaktu SMA, saya pernah mengikuti ret-ret perpisahan kelas 2.  Waktu itu yang putra tidur di ruangan yang besar beramai-ramai.  Seperti barak yang digelar tempat tidur, banyak yang istirahat bersebelahan.  Sebelum tidur saya berdoa.  Rupanya tindakan ini diikuti pula oleh beberapa teman yang tadinya sudah dalam posisi tidur.
Satu orang yang melihat saya berdoa, bangun dan tidak lama juga ikut berdoa kemudian melanjutkan tidur.  Saya senang melihat sejumlah teman juga melakukan hal demikian di hari berikutnya.
Perbuatan kita memberikan efek bagi orang lain.  Memberikan pengaruh dan dipengaruhi adalah bagian dari hidup berkomunitas.  Apa yang dikerjakan di dalam kebenaran Firman Tuhan memberikan efek yang lebih besar dengan perbuatan dari perkataan.  Biarlah kita boleh belajar dari Hizkia, seorang raja muda yang rendah hati dan takut akan Tuhan.  Kiranya Tuhan menolong kita dan menjadikan kita saluran berkat bagi orang-orang di sekitar kita.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MOTIVASI MENYENANGKAN SEMUA ORANG

MOTIVASI MENYENANGKAN SEMUA ORANG
(Baca: Markus 15:1-15)
Dan oleh karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barabas bagi mereka.  Tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.  Markus 15:15
Menurut ilmu Psikologi, tindakan seseorang itu dipengaruhi oleh motivasi hatinya.  Apa yang dilihat oleh mata dan dirasakan indera lainnya akan dipersepsikan berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibentuk dari budaya; latar belakang sejarah pribadi; serta keunikan kepribadian dan moodnya pada waktu itu.  Sederhananya, apabila seseorang memakai kaca mata merah, maka ia akan melihat semua hal berwarna merah.
Jauh sebelum banyak teori Psikologi tentang perilaku dan sikap manusia diteliti, Yesus sudah memaparkan dengan gamblang bagaimana motivasi hati menghasilkan perbuatan (Matius 15:10).  Salah benarnya perbuatan terkadang sangat samar dan berwarna abu-abu, artinya sikap perbuatan manusia didasari dari motivasi hatinya.  Yesus menegur orang-orang pada jaman itu karena hatinya yang jauh dan palsu/munafik.
Sikap perilaku Pilatus sebagai wali negeri alias perpanjangan penguasa Romawi adalah sikap yang dimiliki oleh kebanyakan orang-orang di sekitar kita.  Sikap Pilatus bila dilihat lebih dalam, adalah sangat masuk akal dan logis melihat situasi dan kondisi kedudukannya.  Pilatus berada di dalam wilayah yang suka memberontak.  Pemberontakan terhadap kekuasaan Romawi berulang kali terjadi hingga yang terakhir adalah peristiwa Barabas.  Apabila Pilatus gagal membuat daerahnya tenteram, bebas dari pemberontakan alias situasi keamanan di luar kendali, maka kedudukannya bisa dicopot oleh Kaisar Romawi pada waktu itu.  Bukan hanya itu, kegagalan dan kerugian yang sangat besar dari kepemimpinan yang tidak diperkenan Kaisar bisa berujung pada pembuangan ke daerah terpencil (baca: masa depan suram).
Di konteks diplomatik tingkat tinggi, pernyataan Pilatus: “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” (Yohanes 19:10) dijawab Yesus dengan tepat dan benar, “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” (Yohanes 19:11).  Sebenarnya petinggi Pilatus tidak lebih dari bawahan Kaisar Romawi dan Kaisar Romawi tidak lebih dari Tuhan yang memberi kuasa dan kesempatan dalam hidupnya.
Banyak orang lupa atau sengaja melupakan diri atau dikuasai oleh ketakutan terhadap manusia sehingga rela berbuat dosa dan menyangkali kebenaran.  Sikap Pilatus adalah gambaran dari para pekerja, pengusaha, pelajar, rohanwian sekalipun yang karena “takut” tergeser kedudukannya, mereka ini rela mengkompromikan kebenaran; yang karena “takut” maka ingin menyenangkan semua orang tersebut.
Kata yang dipakai oleh Markus untuk menggambarkan motivasi hati Pilatus adalah sangat jelas, yakni suatu sikap hati yang ingin diterima; dianggap layak; diakui; disenangkan oleh banyak orang di wilayah kekuasaannya. 
Sebenarnya sikap Pilatus yang salah ini sudah mendapat teguran dari berbagai peristiwa, mulai dari dia sendiri yang melihat dan mengetahui dengan jelas secara hukum Romawi bahwa tidak ada kesalahan apa-apa yang membuat Yesus layak dijerat hukum apalagi dihukum mati dengan disalibkan (Yohanes 18:38b).  Istri Pilatus mendapat mimpi yang sangat nyata dan seram yang kemudian memberitahukan kepada Pilatus supaya jangan men-zolimi orang benar itu (Matius 27:19). 
Hari ini banyak orang berada di area “abu-abu” dalam menghadapi permasalahan hidupnya.  Ada yang kemudian lebih suka memilih daerah “hitam” alias salah, dan ada pula yang tetap saja di wilayah “abu-abu” karena “takut”.  Ada yang takut gagal, takut disingkirkan, takut masa depan suram seperti yang dihadapi Pilatus, takut tidak disukai banyak orang, takut hidupnya makin susah.  Keputusan jadi susah dan serba salah ketika rasa “takut” ini menggelayuti hidup kita.
Pada akhirnya, yang mengambil keputusan untuk permasalahan yang terjadi adalah diri kita masing-masing.  Bukan orang lain, bukan pula rohaniwan.  Beberapa kali saya mendengar dan diminta suatu jawaban atas pertanyaan, “Apa yang harus saya lakukan?”  Sangatlah tidak bijaksana bila dijawab, paling-paling saya akan memberikan pengarahan dan pada akhirnya setiap orang harus mengambil keputusannya dan mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Tuhan.
Bagi mereka yang bergumul di daerah “abu-abu” dan memiliki niat untuk hidup di dalam kebenaran, Tuhan Yesus berkata, “Tetapkanlah hatimu, inilah Aku, jangan takut!” (Matius 14:27).  Perkataan Yesus ditegaskan dalam konteks murid-murid berada di dalam perahu yang dikelilingi oleh badai dahsyat yang disebut angin sakal di danau Galilea.  Seolah dengan jelas Yesus mengatakan, “Pastikan diri Anda seperahu dengan Yesus.  bila Anda seperahu dengan Yesus, maka Tuhanlah yang akan menjadi penolongmu.”
Renungan ini bukan seputar bagaimana menghakimi dan mencaci maki Pilatus dengan pergumulannya.  Karena pergumulannya tidaklah mudah dan berat.  Pergumulan Pilatus adalah pergumulan Anda dan saya.  Hanya saja, keputusannya memang adalah salah besar dan harus dipertangungjawabkan kepada Tuhan kelak.  Hari ini, kitapun punya tanggung jawab kepada Tuhan.  Mohon Tuhan menolong kita agar jangan karena “takut” kemudian kita berbuat salah.  Mari kita mohon Tuhan menolong agar motivasi hati kita bukan menyenangkan semua orang, tetapi menyenangkan hati Tuhan.  Kiranya Tuhan menolong kita.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BAHAYA MENGEJEK

BAHAYA MENGEJEK
Lalu berpalinglah ia ke belakang, dan ketika ia melihat mereka, dikutuknyalah mereka demi nama TUHAN. Maka keluarlah dua ekor beruang dari hutan, lalu mencabik-cabik dari mereka empat puluh dua orang anak. II Raja-raja 2:24
Apa jadinya bila seorang menabrak tiang setelah tertawa terpingkal-pingkal melihat temannya jatuh di selokan?  Begini ceritanya, Tommy anak kelas 2 SD hendak pergi ke sekolah dan bertemu Didi di pertigaan jalan.  Karena Tommy berteriak memanggil, pandangan Didi jadi teralih ke ujung jalan pertigaan itu, sementara tidak disadari bahwa di depannya  tidak ada beton jalan trotoar alias lubang got. 
Ketika melihat Didi masuk selokan trotoar, kontan saja Tommy ketawa setengah mati.  Sambil berjalan Tommy terus mengejek Didi sambil tertawa terbahak-bahak.  Seragamnya sudah menjadi putih hitam bukan putih merah.  Begitu Tommy mengarahkan kembali pandangan ke depan, ia menabrak tiang listrik!  Cerita singkat ini menggambarkan seringkali orang yang mengejek kegagalan/musibah orang lain juga akan terkena ejekan karena kebodohannya. 
Ambil saja contoh peristiwa Elisa dengan anak-anak di perjalanan menuju kota Betel.  Entah bagaimana keadaan persis jaman itu, namun terbilang dalam sejarah bahwa orang-orang Israel hidup meninggalkan Tuhan.  Ada 42 anak remaja yang mengejek umat pilihan Tuhan.  Ketika mereka selesai mengejek, tanpa disadari mereka masuk di hutan yang liar dan berhadapan dengan binatang yang buas.  Sebelum mereka sadar dari puasnya mengejek, dua beruang hutan menyerang dengan ganasnya.
Masalahnya bukan Elisa penuh kuasa bisa semaunya membuat orang lain celaka; bukan di sana.  Masalahnya terletak pada dua hal yang membuat mereka pada akhirnya celaka.  Pertama adalah masalah tidak menghormati Tuhan.  Keberadaan nabi Elisa adalah representatif dari kehadiran Tuhan.  Keadaan orang-orang di jaman Elisa hidup mengabaikan bahkan tidak lagi segan terhadap Tuhan. 
Kedua, adalah masalah ketidaksadaran mentertawakan keadaan orang lain dan sedang memuaskan diri di dalam ejekan.  Ketidaksadaran diri inilah yang akan membawa kerugian di suatu waktu dan suatu tempat.
Empat puluh dua anak remaja itu mungkin tidak diajarkan tata krama.  Sebenarnya dari pakaiannya saja, kebanyakan orang Israel mengerti siapa Elisa.  Para remaja ini kemungkinan tidak langsung dilahap beruang di depan Elisa.  Mereka terus berjokka-jokka (jalan) tanpa mawas sedang masuk daerah berbahaya.  Biasa remaja semakin dilarang semakin nekad, semakin ditegur semakin mengacuhkan.
Marilah kita belajar mengevaluasi sikap dan perbuatan kita.  Tertawa itu sehat, tetapi jika tidak sadar bisa dikira orang gila.  Tertawa itu baik, namun tidak perlu mengejek atau mencelakai orang dengan kata-kata.  Jangan sampai dibalik sikap kita yang kelihatannya sepele, kita tanpa sadar sedang  meremehkan Tuhan.  Rugi sendiri lho nanti! 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BAK TANAMAN YANG TUMBUH

BAK TANAMAN YANG TUMBUH
Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun,
menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.  Efesus 2:21
Salah satu kegemaran saya adalah menikmati alam dengan berbagai pernik tanaman-tanamannya.  Sebuah kenangan di masa lalu yaitu di tempat tinggal yang sebelumnya, saya memelihara tanaman.  Ada sejenis cocor bebek yang ditaruh di pot dan disirami setiap pagi hari.  Beberapa hari sekali saya suka mengamati proses pertumbuhan tanaman itu.  Ada beberapa peristiwa unik yang sifatnya alamiah.
Pertama, tanaman yang saya amati secara kasat mata, tidak bergerak dan bahkan tampak daunnya layu di bagian bawah.  Beberapa hari kemudian tumbuh tunas baru.  Ini sungguh membuat hati saya gembira.
Ke dua, sekitar dua minggu kemudian saya melihat ada perbedaan dengan ketinggian tanaman itu.  Hampir satu kali lipat bertambah tinggi.  Tanaman ini cenderung mengarahkan postur tubuhnya pada arah masuknya sinar matahari.
Ke tiga, sewaktu makan siang saya dihentakkan dengan pencerahan baru.  Bukankah keberadaan tanaman yang bertumbuh inilah yang disebut pertumbuhan alami yang sehat?  Tanaman ini kelihatannya tidak bergerak, tetapi bila diamati dengan alat khusus terjadi pergerakkan halus.  Tidak terasa waktu membuktikan pertumbuhan sebagai perubahan ke arah lebih baik, pasti dan bertahap.
Gereja pun seharusnya juga demikian.  Gereja yang bertumbuh sehat bukan dikarbit.  Bukan dengan mengadakan acara besar-besaran, heboh, sensasional dan sekejap.
Gereja yang bertumbuh bak tanaman.  Bertumbuh dalam bahasa Yunani (auksano) berarti bertambah besar dan berkembang.  Pertambahan dimulai dengan regenerasi, artinya adanya pengkaderan jiwa-jiwa yang baru diselamatkan.  Perkembangan bersifat alamiah, tidak harus selalu kelihatan mencolok apalagi bertaburan gemerlap kehebatan  tetapi ada gerakan maju ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
Di dalam Kitab Efesus dijelaskan pertumbuhan orang-orang percaya di dalam komunitas gereja berakar pada Kristus.  Jikalau Kristus yang menjadi akar dan pemersatu, maka Gereja akan bertumbuh secara sehat dan alamiah dikerjakan oleh Tuhan.  Gereja menjadi bertumbuh dengan baik, sesuai fungsi, dan teratur berdasarkan panggilan dan karunia yang disiapkan Tuhan sebelum permulaan jaman.
Gereja yang sehat adalah gereja yang bertumbuh bak tanaman.  Bukan sekedar ada, dan hidup, tetapi bertumbuh.  Pertumbuhan mungkin kelihatan lambat dan menunjukkan sejumlah kegagalan, tetapi selama dipimpin Kristus maka pertumbuhan tetap berjalan dan kudus adanya. 
Bagaimana kehidupan kita sebagai bagian dari Gereja?  Adakah kita sedang bertumbuh atau jangan-jangan hari-hari yang kita lalui  tanpa pertumbuhan apalagi berbuah bagi Kristus.  Adakah kita berkecil hati bahkan putus asa melihat begitu banyak tantangan untuk hidup bertumbuh dalam Tuhan?  Pastikan bahwa apa yang Anda sedang lakukan di tempat kerja; studi; rumah; bahkan Gereja adalah untuk Tuhan Yesus, maka pertumbuhan itu sedang berjalan bersama dengan usaha Anda.  Kiranya kita sebagai Gereja menjadi pribadi yang berakar, bertumbuh dan berbuah di dalam Kristus. Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail