MENYALAHGUNAKAN FUNGSI

MENYALAHGUNAKAN  FUNGSI
(Baca: Yohanes 2:12-25)
Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan.” Yohanes 2:16

Ada perbedaan mendasar antara menyalahgunakan fungsi dan membuat kreatif suatu fungsi.  Menyalahgunakan fungsi adalah menyalahi tujuan dan hakikat dasar suatu tindakan dilakukan; sedangkan membuat kreatif suatu fungsi adalah membuat lebih banyak metode atau mengubah bentuk monoton suatu cara untuk mencapai tujuan tanpa mengubah hakikat dasar dari tindakan yang hendak dicapainya.
Tindakan menyalahgunakan fungsi inilah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang dekat dengan pusat keagamaan (Yerusalem) pada waktu itu.  Yesus kecewa; marah dan tidak dapat menerima sikap yang telah mengubah hakikat dasar dari bait Allah.  Fungsi utama bait Allah adalah tempat umat percaya menyembah Allah; tetapi mereka mengubahnya menjadi tempat untuk mencari keuntungan; tempat korupsi dan tempat berjual beli (pasar).  Orang-orang Yahudi: mulai dari nepotisme antara imam besar Kayafas dan mertuanya Hanas dalam “Peternakan Gereja Hanas”; hingga pasar Lewi yang meraup untung dari orang luar Yahudi maupun non Yahudi.  Mereka telah mengubah fokus kepada Allah saja; kepada fokus kepada keuntungan manusia saja.
Kemarahan Yesus atas penyalahgunaan fungsi Ibadah membuat-Nya membongkar semua bentuk pasar di dekat bait Allah tersebut.  Seharusnya mereka menghargai rumah Bapa sebagaimana seharusnya fungsi itu berjalan.  Nubuat Kristus mengenai perombakan bait Allah oleh orang Yahudi dan pembenahan kembali dalam 3 hari (ayat 19), membuat orang-orang Yahudi heran sebab pembangunan bait Allah terakhir adalah memakan waktu 46 tahun.
Maksud Yesus mengenai nubuat pembangunan Bait Allah dalam 3 hari adalah gambaran orang Israel yang menyalibkan Yesus Kristus; dan Ia akan bangkit pada hari ke 3.  Nubuat ini memang digenapi oleh Yesus sebagai kemenangan Allah atas dosa; kemenangan Allah untuk membuat rekonsiliasi antara Tuhan dengan umat-Nya.
Banyak Bait Allah dalam hidup orang percaya yang telah disalahgunakan keluar dari fungsi utama.  Seharusnya setiap orang yang mengaku Kristen adalah pengikut Kristus.  Mereka yang percaya adalah Bait Allah di mana Allah seharusnya tinggal dan menjadi terutama dalam hidup mereka.  Kenyataannya; tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk kepentingan perutnya semata; keinginannya dalam segala bentuk yang variatif yang kesemuanya keluar dari fungsi mula-mula: mengutamakan Kristus.
Kita adalah bait Allah di mana seharusnya Kristu menjadi utama.  Adakah Kristus masih menjadi yang terutama dalam hidup?  Bagaimana dengan alokasi waktu kita setiap hari?  Bagaimana dengan pikiran; fantasi; perkataan; perbuatan dan kegiatan kita?  Adakah Kristus di tempat utama dari segalanya?  Mohon Tuhan menolong kita hidup sebagaimana seharusnya orang Kristen hidup.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENGUPAS ARTI PERSAHABATAN

 

 

MENGUPAS ARTI PERSAHABATAN
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesukaran.” Amsal 17:17
Orang seperti apakah yang menjadi teman dekatmu?  Pendiam atau yang suka bicara?  Jika anda seorang pendiam kemungkinan lebih suka mencari teman bicara yang ramai; demikian pula sebaliknya: orang yang ramai cenderung suka mencari teman yang pendiam. 
Terlepas dari kebalikan sifat atau jenis kelamin, pada umumnya kita mencari orang yang memenuhi kebutuhan kita, dan bisa jadi justru orang yang mempunyai kecocokan dengan diri kita.  Kecocokan itu dapat berupa kegemaran; keahlian; kerohanian; karakter maupun kebiasaan.  Sering juga persahabatan terjalin akrab karena nyambung-nya bicara; pemikiran maupun tujuan.
Persahabatan seringkali ditandai dengan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.  Hubungan timbal balik dapat terjadi karena senasib sepenanggungan.  Ada pula hubungan kesalingan ini dimulai dari salah satu pihak yang berinisiatif  untuk berbuat baik kepada orang lain terlebih dahulu.  Apapun penyebab dan alasannya; persahabatan muncul dan berkembang sejalan dengan kesalingan yang menguntungkan ke dua belah pihak.
Kata “sahabat” dalam ayat di atas mempunyai pengertian adanya sikap menghormati; menghargai; mencari kesejahteraan/kebaikan kawannya.  Rupanya kesalingan dalam persahabatan di kitab Amsal ini dilandasi dengan motivasi tersebut.  Hubungan yang kokoh kerap kali memang didasari dengan kasih yang menaruh respek.  Dua orang teman yang mendasarkan hubungan hanya pada minat tanpa adanya rasa hormat dan penerimaan, kerap kali menimbulkan konflik; ketersinggungan dan kekecewaan.  Persahabatan yang tidak mempunyai landasan kuat tidak akan bertahan lama dalam permasalahan dan perbedaan.
Ada sebuah cerita mengenai sejumlah burung yang terbang dengan formasi V. Diantara sejumlah burung yang terbang itu ada seekor burung dengan suara jelek dan gaya terbangnya payah.  Pada waktu sedang terbang, ada pemburu menembak salah satu burung tersebut.  Komandan burung memerintahkan dua ekor burung lain untuk menolong dan mendampingi burung yang jatuh tertembak itu.
Dalam cerita ini ke dua burung yang diutus untuk menolong burung yang tertembak tidak jadi menolong justru melarikan diri.  Ke dua burung itu ketakutan dengan letusan bertubi-tubi dari pemburu.
Melihat keadaan itu, burung dengan suara jelek dan gaya terbang yang payah merasa kasihan dan turun menolong burung yang tertembak.  Pada akhir cerita, burung ini sekalipun suara jelek dan gaya terbangnya payah, dia menjadi pemimpin dari kelompok burung lain. 
Cerita ini mengekspresikan bagaimana persahabatan yang baik itu dilukiskan.  Ada orang yang hanya menolong sahabatnya atas perintah orang lain atau karena menguntungkan diri.  Jika tidak membawa keuntungan, pastilah sahabat itu ditinggalkan.  Ada pula orang yang mendasari persahabatannya karena kasih yang menaruh respek.  Persahabatan seperti ini tidak jarang menghasilkan kesetiaan dan keakraban yang dalam. 
Terlepas dari kelemahan dan kekurangan, persahabatan yang didasarkan pada kasih yang hormat menembus batas kepicikan dan menghasilkan kebaikan yang benar.  Persahabatan sejati ini sudah diteladankan oleh Yesus Kristus kepada kita, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.  Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” (Yohanes 15:13-14). 
Yesus Kristus memberikan teladan persahabatan sejati melalui pengorbanan diri-Nya.  Inilah bukti nyata Allah yang berinisiatif mau bersahabat dengan manusia.  Ini pula dasar yang kuat persahabatan antara sesama orang percaya, yakni Kristus Yesus yang sudah mati dan bangkit buat kita.  Yesus Kristus mau menjadi sahabat Anda dan saya.  Maukah Anda menerima jenis persahabatan ini?
Bila ya, maka kita harus masuk dalam dimensi persahabatan yang berbeda dengan cara pandang dunia.  Jenis persahabatan ini bukan angan-angan, bukan pula cari untung, tetapi persahabatan yang ditindaklanjuti dengan melakukan apa yang Tuhan kehendaki.  Persahabatan dengan Allah dan atas inisiatif-Nya ini harus diresponi dengan kasih yang menaruh respek.  Bilah kita mau bersahabat dengan Allah, maka kita harus menaruh sikap respek/hormat kepada-Nya.  Respek itu diwujudkan secara nyata seperti yang Tuhan Yesus mau, “… jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.”
Maukah Anda menjadi sahabat Allah?  Maukah Anda menjalani persahabatan yang kekal ini?  Yuk, kita bersama-sama belajar menjalani relasi persahabatan seperti yang diinisiatifkan Yesus.  Selamat berproses! 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

BAGAIMANA MENGASAH PISAU HIDUP DENGAN TEPAT?

BAGAIMANA MENGASAH PISAU HIDUP DENGAN TEPAT?
(Baca: Matius 25:14-30)
“Maka kta tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar.  Masuklah turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”  Matius 25:21
Diceritakan, si Lugu sedang bersusah payah menebang pohon yang dari beberapa jam tidak juga tumbang.  Kemudian lewatlah seorang bijaksana dan mengamati apa yang tengah dikerjakan si lugu ini.  Sang Bijaksana kemudian mendekat dan bertanya: “Sepertinya Anda sedang mengalami kesulitan menebang pohon ini.  Apakah Anda sering mengasah kapak itu?”  Mendengar pertanyaan itu, si Lugu menjawab: “Ah, saya tidak ada waktu untuk mengasah kapak.  Pekerjaan memotong beberapa pohon saja sudah memakan waktu seharian, apalagi menghabiskan waktu mempercantik kapak jelek ini!”  Sang Bijaksana kemudian mengeluarkan kapaknya dari tas yang dipegangnya.  Ia mengambil beberapa menit memotong pohon dengan kapaknya.  Sekejap jatuh.
Si Lugu kagum melihat kapak yang tajam dan kuat.  Ia kemudian mengatakan: “Wah, Anda pasti baru beli kapak mahal ini ya..!  Kapak jelek saya sudah 2 tahun dan sekarang makin tidak tajam.”  “Kapak ini sudah 20 tahun, tahukah Anda, apa rahasia kapak ini bisa tetap tajam?  Gampang, sediakan waktu untuk mengasahnya.”
Jika kita simak kisah di atas, maka mungkin dalam hati akan mengatakan “bodoh sekali si Lugu ini!”  Pisau manapun bagusnya, jika tidak terus diasah akan kehilangan ketajamannya semula.  Banyak orang menghabiskan waktu hidupnya dengan “menebang pohon” (bekarya) tanpa menyediakan waktu cukup untuk mengasah “pisau hidupnya” (keterampilan).  Ada juga orang yang menggunakan banyak waktu untuk ikut seminar ini dan itu, bahkan berbagai kursus yang dipikirnya sebagai mengasah “pisau kehidupan”, tetapi tidak pernah dapat hasil yang maksimal atau memuaskan.
Firman Tuhan dalam Matius 25:14-30 menceritakan bagaimana seharusnya manusia hidup, apa yang diperlukan untuk mengasah secara efektif/maksimal pisau hidupnya.  Semuanya dipaparkan oleh Yesus Kristus dalam perumpamaan seorang yang hendak pergi ke luar negeri dan mempercayakan hartanya kepada sejumlah orang.
Apa yang dikatakan Yesus pada waktu itu adalah gambaran untuk menjelaskan implikasi dari Kerajaan Allah.  Mereka yang percaya dan meresponi akan mendapat keselamatan Allah, sedangkan mereka yang tidak percaya, tidak setia dan lebih takut dunia dari pada Allah akan mendapat penghukuman.  Perumpamaan ini dipakai untuk mengajar, menegur dan menasihati bagaimana setiap orang mengerjakan kehidupannya.
Setidaknya ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kebenaran ini mengenai bagaimana kita harus menggunakan dan mengasah pisau kehidupan ini.
1.      Talenta yang diberikan Tuhan kepada setiap orang sesuai dengan porsinya (ay.14-15).
Tuhan memberikan setiap orang kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang berguna, membangun dan baik adanya, termasuk setiap Kristen diberikan-Nya talenta.  Jumlah talenta/bakat/karunia Tuhan ini berbeda untuk setiap orangnya.  Minimal setiap orang mempunyai satu talenta untuk dikerjakan, dikembangkan dan dipertanggung jawabkan kepada Tuhan Pencipta Alam.
Talenta yang Tuhan berikan kepada setiap orang percaya bukan tanpa tujuan apalagi dikerjakan dengan asal-asalan.  Setiap orang yang hidup wajib mengerjakan kehidupannya dengan tujuan memuliakan Sang Pencipta.  Setiap karya yang dikerjakan dengan asal-asalan adalah suatu kesalahan dalam menjalani dan menghayati arti hidup ini.
Hal ini bukan berarti setiap orang—entah itu berkarier, studi, pelayanan, dst—harus bekerja sebanyak mungkin di berbagai bidang atau bekerja tanpa memperhatikan keseimbangan hidup.  Keaktifan adalah baik apabila di dasarkan pada pengerjaan talenta yang Tuhan sudah tanamkan pada manusia.
Itulah sebanya mengasah pisau hidup yang efektif adalah spesialisasi.  Setiap pelayanan, pengerjaan apapun bentuknya tidak didasarkan pada berapa banyak waktu, jumlah, ataupun bidang yang dipelajari, namun pada motivasi hati yang benar dan bertolak dari kemampuan yang Tuhan berikan. 
Di sinilah perlunya untuk tidak bersikap lebih hebat atau lebih pandai dalam mengerjakan sesuatu.  Ada orang yang diberikan talenta pandai dalam berpikir, merencanakan, maupun mengkalimatkan dalam teori.  Ada juga yang diberikan talenta dalam mengelolah materi untuk dijadikan hasta karya.  Ada juga yang diberikan talenta dalam menjangkau dan mendekati seseorang untuk suatu tujuan.
2.      Cara yang paling efektif untuk spesialisasi talenta adalah dengan: investasi, mengerjakan dan melipatgandakan apa yang Tuhan sudah berikan (ay.16-18).
Pengertian investasi dalam mengasah pisau kehidupan adalah menyediakan waktu, tenaga dan prioritas untuk pengembangan bakat.  Contohnya orang yang memiliki talenta musik, dapat mengivestasikan waktunya dengan menyediakan 2 jam setiap hari untuk belajar piano. 
Pengertian mengerjakan dalam mengasah pisau kehidupan adalah berkarya, menggeluti dan berpengalaman di dalam talenta yang ada padanya.  Contohnya menulis artikel untuk mereka yang talentanya di bidang literatur.
Pengertian melipat gandakan dalam mengasah pisau kehidupan adalah membuat apa yang sedang dikerjakan jadi berkat bagi lebih banyak orang.  Misalanya melalui training kepada person-person, melalui publikasi media massa, melalui sinergi dengan sejumlah orang yang berbeda keahlian.
3.      Kegagalan hidup dimulai dengan bekerja tanpa fokus kepada talenta yang Tuhan sudah berikan (ay.18-30).
Menyimpan bakat adalah dosa besar yang membuat hidup paling tidak efektif.  Menyimpan bakat dari Tuhan dan tidak mengerjakan maupun mengembangkannya adalah orang tidak baik dan tidak setia.  Orang tersebut dikatakan tidak baik bila hanya mengerjakan talenta untuk kemuliaan sendiri.  Orang yang tidak setia adalah orang yang tidak terus menerus mengembangkan talentanya (sebentar ini, sebentar itu).
Menyimpan bakat dengan asumsi Tuhan yang jahat dan pemaksa adalah mental kebodohan.  Tuhan tidak marah jika kita tidak mengerjakan banyak kegiatan atau bahkan aktivitas pelayanan yang bukan menjadi bidang/talenta kita.
Ketakutan adalah bentuk pemikiran dan sikap mental yang menghambat keberhasilan diri bahkan menghancurkan pemenuhan kehendak Allah dalam diri kita (ay.25).  menyimpan bakat karena taktu adalah sedang menghancurkan diri.
Anda ingin mengasah pisau hidup dengan tepat?  Mulailah bersama dengan Tuhan.  Kerjakan bagian Anda sesuai dengan talenta dan visi yang Tuhan titipkan.  Ingat, biasa terjadi adalah tipis perbedaan antara ambisi dan visi dari Tuhan; tipis perbedaan antara mengerjakan apa yang kita mau dengan yang Tuhan mau.  Oleh sebab itu pastikan bahwa Anda berjalan bersama dengan Tuhan walau kelihatan suram dan tidak jelas langkah ke depan.  Lebih baik berjalan bersama Tuhan di dalam ketidakpastian dari pada berjalan sendiri di dalam “kelancaran” tanpa Tuhan.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

JANGAN KETINGGALAN

Jangan Ketinggalan
(Baca: Kejadian 12:1-20)
“Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya…” Kejadian 12:4
Hidup dengan iman sebenarnya tidak sulit.  Hampir di setiap keadaan, kita ditantang untuk beriman pada langkah yang diputuskan.  Sebagai contoh: jika kita hendak duduk di sebuah kursi, tentu kita melihat penampilan kursi itu dan jika kelihatan kuat dan baik langsung duduk.  Jarang sekali orang hendak duduk kemudian mengukur ketahanan beban suatu kursi, mengamati, mencoba dengan benda lain, diuji di laboratorium baru kemudian duduk di kursi itu. 
Contoh lain: jika kita berjalan, tentu kita hanya melihat jalan di depan yang kelihatan kuat.  Padahal kita tidak pernah tahu apakah jalan di depan kita pasti mutlak aman dan kuat menahan beban kita.  Secara tidak sadar kita sudah hidup dengan iman dengan apa yang biasa kita jalani.
Kenyataannya, hidup beriman jadi sulit ketika berada dalam kondisi di luar kebiasaan, tidak kelihatan bahkan didahului dengan prasangka buruk.  Banyak orang lebih mudah percaya untuk duduk di suatu kursi dari pada percaya kepada Tuhan.  Kepercayaan kepada Tuhan semakin sulit karena Tuhan tidak kelihatan.  Apalagi permintaan Tuhan untuk melakukan hal-hal yang tidak biasa dan tidak menyamankan diri, kita cenderung meragukan janji Tuhan apakah membawa kebaikan atau keburukan bagi diri sendiri.
Abraham diminta Tuhan untuk pergi meninggalkan kampungnya ke tempat yang ditunjukkan-Nya.  Permintaan ini termasuk kategori sangat sulit karena harus membawa semua harta benda dan keluarga ke tempat yang tidak biasa dan belum kelihatan pasti wujudnya.  Pada saat seperti ini, pada umumnya orang menjadi ragu, tidak percaya dan enggan untuk meninggalkan kenyamanan dan keamanan diri.
Pada umumnya yang menjadi masalah seseorang taat atau tidak pada pimpinan Tuhan adalah karena kurang beriman pada janji Tuhan, terlebih karena tidak biasa meninggalkan zona nyaman dan kebiasaannya.  Abraham berani meninggalkan zona nyaman karena ia memandang dan memfokuskan hidupnya kepada janji Tuhan.  Ia terus berkomunikasi dan memelihara komunikasi itu dengan Allah.
Manusia cenderung mengandalkan diri sendiri dengan memakai segala usaha pemikiran dan tenaganya.  Di sinilah mudah bagi orang percaya untuk kurang mengandalkan dan melibatkan Tuhan secara mutlak.  Padahal di balik perintah Tuhan ada janji indah yang menanti diberikan kepada orang percaya yang taat.
Saya pernah ditinggalkan pesawat terbang karena terlambat datang pada jadwal yang sudah ditentukan.  Rasanya pada waktu itu adalah menyesal, sedih, dan kecewa pada diri sendiri.  Peristiwa hidup juga dapat mengalami kerugian seperti ini.  Panggilan Tuhan lewat Firman-Nya dikumandangkan berkali-kali.  Tuhan bekerja lewat hati nurani, lewat suara hati kita, lewat orang-orang di sekitar kita, lewat peristiwa hidup.  Suatu saat, waktunya akan tiba dan tidak ada lagi panggilan.  Orang yang tidak merespon panggilan akan ditinggalkan dan mengalami kerugian yang teramat besar.
Jika kita mengikuti dan taat pada pimpinan Tuhan, maka kita tidak akan ketinggalan rencana indah yang disediakan bagi kita sebelum permulaan jaman.  Jika kita lebih mengandalkan diri dan tidak mau meninggalkan zona kenyamanan demi janji Tuhan, kita akan menderita kerugian, menyesal, sedih dan kecewa.  Biarlah setiap kita belajar memandang dan taat pada pimpinan Tuhan agar tidak ketinggalan apa yang dijanjikan Tuhan bagi kita.  Amin.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail