NO PLACE LIKE HOME

NO PLACE LIKE HOME
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Roma 8:28
Istilah ini menunjukkan: tidak ada tempat yang lebih indah; lebih nyaman; lebih baik; lebih menyenangkan selain rumah kita sendiri.  Namun kenyataan yang sering kali terjadi adalah sebaliknya.  Keadaan di rumah sendiri serasa di neraka; tidak nyaman; tidak menyenangkan bahkan frustasi yang membuat mau gila saja rasanya.
Ada orang yang mengatakan, rumput tetangga selalu kelihatan lebih indah.  Kita mulai melihat keluarga lain yang lebih harmonis; lebih ber “ada”; lebih nyaman; lebih menyenangkan dan lebih terjamin dalam banyak hal.
Kemudian kita disadarkan bahwa masing-masing keluarga ada kesusahannya sendiri.  Setiap orang dalam keluarga tidak akan pernah puas dengan keadaanya jikalau tidak dimulai dengan diri sendiri untuk mengubah cara pandang terhadap hidupnya.
Sang Pencipta telah menempatkan kita dalam keluarga yang sekarang ini.  Bukan suatu kebetulan; bukan suatu kecelakaan; bukan suatu musibah.  Di balik kesusahan yang paling berat pun, menanti berkat Tuhan bagi orang yang mengasihi Dia.
Rancangan kita bukan rancangan Tuhan, Jalan Tuhan bukan jalan kita.  Tuhan sedang membentuk setiap orang berdasarkan kasih dan keadilan-Nya.  Yang kelihatan paling buruk dan tidak berpengharapan dapat dibuat-Nya sukses gemilang.   
Seperti halnya diri kita ataupun dalam keluarga kita; setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.  Untuk inilah Kristus datang dan berkarya di atas kayu salib, supaya kita merasakan keselamatan dan hidup yang sesungguhnya.
Kehidupan serasa sulit bila dipikirkan sendiri, diusahakan sendiri dan ditanggung sendiri.  Tuhan Yesus Kristus menebus kita bukan sekedar memiliki keluarga kandung; tetapi keluarga seiman yang dikerjakan bersama untuk kemuliaan-Nya.
Di sinilah seharusnya beban hidup ditanggung bersama; bertumbuh bersama; saling mendukung dan membangun.  Keindahan rumah ditentukan dari keberadaan Kristus di dalamnya.  Bagaimanapun rumput di rumah milik sendiri.  Kenapa harus mencari ilusi, apalagi halusinasi?  There’s no place like home.    Selamat Tahun Baru 2011.                                
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

GARUDA DI DADAKU

GARUDA DI DADAKU
Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
Roma 12:16
Siapa sih yang tidak tahu berita pertandingan sepak bola AFF Suzuki Cup 2010 yang beberapa waktu ini menyedot perhatian rakyat Indonesia?  Tim Merah Putih kebanggaan Indonesia mendapatkan perhatian, dukungan dan harapan yang sangat besar untuk membawa harum nama bangsa Indonesia.  Kenapa pertandingan sepak bola Timnas Indonesia mendapat perhatian besar saat ini?  Mengapa begitu populer dan seolah membius ratusan juta penduduk Indonesia?  
Pertandingan sepak bola piala AFF kali ini bukan sekedar kemenangan bola tetapi lebih pada kebanggan Indonesia.  Suatu aura rasa ikut memiliki dan menjadi satu bagian dari identitas diri yang telah lama hilang.  Tidak bisa dipungkiri, negara ini banyak memiliki rekor buruk dalam hal korupsi, teroris, perpecahan, chaos, hingga kelunturan berbangsa dan bernegara.
Jauh di dalam lubuk hati, masyarakat Indonesia sadar bahwa negara ini sebenarnya dalam keadaan “porak poranda” dan membutuhkan persatuan serta identitas unik yang dapat dibanggakan.  Kebutuhan inilah yang oleh Psikologi Sosial disebut Self Social.  Pakar Psikologi Sosial Baron dan Byrne mendefinisikannya sebagai identitas kolektif yang meliputi hubungan interpersonal dan aspek-aspek identitas yang datang dari keanggotaan pada kelompok-kelompok yang lebih besar dan tidak lebih  personal yang berdasarkan pada ras, etnis dan budaya.
Saya baru saja mendapat pesan singkat dari seorang teman penggemar bola.  Ia menceritakan pertandingan bola antara Liverpool dengan Italiano Milan di Istanbul tahun 2004.  Mulanya Liverpool tertinggal 3-0 pada babak pertama.  Dikatakan oleh seorang pemain bahwa rasanya merinding mendengar lagu “You are never walk alone” (Anda tidak pernah berjalan sendiri) dari ribuan penonton. Pada akhirnya, Liverpool dapat menyamakan posisi pada babak ke dua dan menang pada saat adu penalti.
Popularitas pemain Merah Putih Indonesia melejit sesungguhnya karena hausnya rakyat ini terhadap identitas self social yang bisa dibanggakan oleh bangsa indonesia, yang sanggup mempersatukan dan membuat negara ini lebih baik.  Apakah peristiwa ini dapat menjawab kebutuhan dan kehausan rakyat?  Kemungkinan besar jawabannya adalah TIDAK.  Tetapi, moment-moment seperti inilah yang berpotensi memberikan pengaruh positif dan sangat baik bagi bangsa ini.
Sungguh, persatuan itu indah dan auranya akan terasa apabila kita menjaganya dengan baik.  Paulus menuliskan surat kepada jemaat di Roma tentang kunci menjaga persatuan.  Ia mengatakan, “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai”.  Perkataan Paulus ini mencakup tiga aspek apabila dibandingkan dengan beberapa terjemahan termasuk bahasa Yunani (asli kitab Roma): rendah hati alias tidak sombong; mau mengarahkan perhatian pada tujuan bersama; dan mau berteman.
Orang yang Rendah hati alias tidak sombong menurut Paulus adalah gambaran dari orang-orang yang mempersembahkan hidupnya untuk Tuhan (Roma 12:1-2).  Orang-orang yang menggunakan talenta/bakat/karunianya dan hidup di dalam kasih.  Kerendahan hati dan tahu diri akan menjaga persatuan dengan sendirinya.
Orang-orang yang mau mengarahkan perhatian pada tujuan bersama dan terbuka untuk hidup bersama (berteman)dalam sikap saling menghargai akan merasakan dan mengalami indahnya persatuan.  Orang yang diliputi dengan prasangka negatif dan menuntut balas dendam hanya akan mendatangkan kehancuran.  Inilah pengajaran Alkitab tentang hidup Kristen yang seharusnya.
Aura persatuan dan spirit kegembiraan dalam mendukung Timnas Merah Putih Indonesia itu indah, asal jangan merusak rumput lapangan sepak bola; asal jangan sengaja bermain laser tanda tidak sportif; asal jangan meneror lawan main dengan  slogan “Ganyang Malaysia!”; asal jangan bertindak anarki.  Seperti ada judul film Indonesia tentang bola, Yuk kita serukan bersama: “Garuda di Dadaku”.  Bersatulah Indonesia!
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

MENYIKAPI HIDUP DENGAN PERDAMAIAN

MENYIKAPI HIDUP DENGAN PERDAMAIAN
 “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian
dengan semua orang!”  Roma 12:18
Adalah mudah bagi kita untuk membalas kebaikan dengan kebaikan dan kejahatan dengan kejahatan; bila perlu kejahatan dibalas dengan lebih jahat dan kejam lagi supaya orang yang merugikan kita dapa jera dan merasakan kepahitan dan kekecewaan kita.  Inilah kecenderungan manusia pada umumnya: “gigi ganti gigi; mata ganti mata”.
Sebaliknya, Firman Tuhan justru mengajarkan kita untuk sebisa mungkin hidup dalam perdamaian.  Hidup dalam perdamaian berarti tidak adanya konflik; pertengkaran; argumen atau digambarkan sebagai keadaan tenang dan bersahabat.
Memang perdamaian itu indah; namun kenyataan tidaklah selalu demikian.  Ada kalanya kita ingin hidup dalam perdamaian, tetapi orang lainlah yang membuat perdamaian itu hancur bak mesin perang yang ditabuhkan di udara. 
Ambil saja sebuah contoh kehidupan Ishak yang makin kaya karena berusaha kemudian dibenci orang Filistin karena iri hati.  Setiap penggalian sumur yang pernah ada dan digali oleh bapanya: Abraham, dinyatakan oleh orang Filistin sebagai sumur mereka (Kejadian 26:12-22).  Rusaknya perdamaian bukan dibuat Ishak, namun perdamaian masih dapat diusahakannya.  Ishak mengambil sikap mengalah dan berusaha mencari sumur yang lain.
Tidaklah mudah bagi kita maupun bagi Ishak sebagai pihak yang dirugikan; dikecewakan; disakiti dan dirongorong untuk mengalah apalagi membiarkan orang lain mengambil hak kita.  Mengapa Ishak mampu mengalah?  Mengapa kita harus mengusahakan perdamaian?  Mengapa kita bahkan harus mengampuni dan mengusahakan yang baik?
Pertama, kita harus mengampuni bahkan mengasihi musuh kita karena ini adalah perintah Tuhan Yesus Kristus: “..kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5:44). 
Ke dua, kita harus mengampuni karena ada hukum logika Firman Tuhan mengatakan: “..jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga mengampuni kamu juga.  Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” (Matius 5:14-15).  Pengampunan dari Tuhan diikuti dengan sikap hati orang yang kemudian mau mengampuni orang lain.
Ke tiga, pengampunan dan hidup berdamai dengan orang lain dan diri sendiri akan menolong kinerja kegiatan kita sehari-hari.  Seringkali ditemukan bahwa orang yang menaruh kebencian; permusuhan dan kepahitan di suatu lingkungan, entah di tempat kerja; di sekolah; maupun di rumah; akan menghambat kelancaran kerja bahkan menghambat kemajuan menuju sukses.  Bayangkan setiap hari pikiran dipenuhi dengan curiga dan permusuhan, bisa stress jadinya hidup ini.
Perdamaian memang tidaklah selalu kita dapatkan, namun tak pelak kitalah yang harus memulainya.  Sikap hati yang mau berdamai dengan mengampuni adalah gaya hidup Kristen.  Inilah berita Natal yang dinubuatkan Yesaya, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita… dan namanya disebutkan orang: … Raja Damai” (Yesaya 9:5).  Tuhan Yesus datang ke dalam dunia bukan saja memberikan keselamatan dan damai sejahtera tetapi memanggil setiap kita untuk membawa damai (Matius 5:9).  Selamat Hari Natal 2010.  Kiranya Damai sejahtera Allah memerintah di dalam diri setiap kita.  Amin.
 
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail

KARAKTER PEMIMPIN: TIDAK AJI MUMPUNG

KARAKTER PEMIMPIN: TIDAK AJI MUMPUNG
I Tawarikh 11:19
katanya: “Jauhlah dari padaku, ya Allah, untuk berbuat demikian! Patutkah aku meminum darah taruhan nyawa orang-orang ini? Sebab dengan mempertaruhkan nyawanya mereka membawanya.” Dan tidak mau ia meminumnya. Itulah yang dilakukan ketiga pahlawan itu.
 
Siapakah yang tidak mengenal nama Daud, raja Israel?  Melalui keturunannya, lahirlah generasi yang dipakai dalam lintasan sejarah Tuhan.  Melalui keturunannya, Tuhan menghadirkan Yesus Kristus yang dikandung dari pada Roh Kudus.
Kepemimpinan  Daud selama masa hidupnya banyak menunjukkan kualitas yang luar biasa dari seorang leader.  Daud bukan sembarang pemimpin yang ditunjuk oleh organisasi atau kumpulan para pemimpin.  Daud bukan pemimpin yang diperoleh dari warisan orang tua pemimpin besar.  Daud menjadi pemimpin karena memiliki karakter pemimpin sejati.
Salah satu kisah dari kehidupan Daud adalah diserang musuh bangsa Filistin di Betlehem.  Sementara Daud di Pas-Damim, ia sangat merindukan dapat meminum kembali air segar di sebuah sumur tempat kelahirannya di Betlehem.
Mendengar pemimpinnya menginginkan air segar dari sumur kelahirannya di Betlehem mereka segera mewujudkannya meskipun tempat itu menjadi markas Filistin.  Mengambil air di tempat itu tampaknya identik  dengan misi bunuh diri.  Herannya, ketiga pahlawan Daud bernama: Isybaal, Sama dan Eleasar (II Sam.23:8-12) berani menyusup diantara markas militer hanya untuk mengambil sekirbat air!
Begitu di depan Daud sudah disajikan air dari sumur Betlehem, Daud bukannya meminum dan tertawa terbahak-bahak: “saya bercanda lho!  Saya kan mau menguji kesetiaanmu.”  Tidak, Daud tidak berkata demikian.  Perkataan Daud menunjukkan karakternya yang memang pemimpin sejati.
Pengorbanan ketiga pahlawan pengikut Daud sangat dihargai.  Daud mempersembahkan air itu bagi Tuhan dan ia tidak meminum barang setetespun.  Bukan karena Daud jual mahal, tetapi karena penghargaan yang sangat besar bagi pahlawan pengikutnya yang rela berkorban nyawa.
Jaman sekarang banyak pemimpin yang menggunakan kesempatan dibalik kesempitan.  Mendelegasikan tipis bedanya dengan mengeksploitasi.   Mendelegasikan adalah membagi tugas untuk tujuan dan kepentingan bersama.  Mengeksploitasi adalah memanfaatkan pengikut untuk kepentingan dan keegoisan pemimpin.
Pemimpin sejati adalah pemimpin yang dimulai dari takut akan Tuhan.  Pemimpin sejati tidak berpikir: “Apa yang dia bisa lakukan untuk saya?”  Pemimpin sejati berpikir: “Apa yang dapat saya lakukan buat dia?  Apa yang dapat kita lakukan untuk mencapai tujuan bersama?” 
Kepemimpinan Daud tidak aji mumpung.  Artinya, kepemimpinannya tidak dilakukan dengan mencari kesempatan mempergunakan pengikut untuk memenuhi kebutuhannya dan memuaskan ambisi “visi”-nya, bukan pula pilih kasih berdasarkan suka atau tidak suka.
Daud menunjukkan kepemimpinan yang menghargai pengorbanan pengikutnya.  Ia memberikan hasil pertaruhan nyawa ketiga pahlawan sebagai korban persembahan dihadapan Tuhan.  Dengan kata lain, apa yang dilakukan Daud ditujukan bagi kemuliaan Tuhan.  Marilah kita belajar menjadi pemimpin yang tidak aji mumpung.
Facebooktwitterredditpinteresttumblrmail